BAB I
PENDAHULUAN
1.1 RASIONAL
Dewasa ini perkembangan dunia yang begitu pesat menjadikan
kebutuhan akan pendidikan semakin meningkat. Namun, pada kenyataannya masih banyak
masyarakat yang masih belum mengenyam pendidikan formalnya, entah hal tersebut
dikarenakan rendahnya tingkat ekonomi masyarakat, rendahnya tingkat kesadaran
masyarakat akan pendidikan dan juga terjadinya hal-hal insidental yang tidak
diharapkan terjadi seperti hamil pranikah. Kebutuhan akan pendidikan sangatlah
penting diharapkan dengan adanya masyarakat yang mengenyam pendidikan akan
menjadikan suatu negera menjadi negara yang lebih baik.
Pendidikan menurut Ibnu Khaldun (dalam Ariyanto) adalah transformasi nilai-nilai dari pengalaman untuk mempertahankan
eksistensi manusia dalam masyarakat yang berkebudayaan serta zaman yang terus
berkembang, maka pendidikan sebagai suatu proses untuk mewujudkan suatu
masyarakat yang berkebudayaan serta masyarakat yang seutuhnya. Berdasarkan pemaparan
Ibnu Khaldun yang mengartikan bahwa maju mundurnya suatu bangsa
ditentukan oleh tingkat pendidikan masyarakat di suatu negara itu sendiri.
ditentukan oleh tingkat pendidikan masyarakat di suatu negara itu sendiri.
Pendidikan di Indonesia
itu sendiri sangatlah memprihatinkan, hal tersebut dapat dilihat angka putus
sekolah yang bersumber dari PDSP – Kemendikbud 2013 di bawah ini:
Berdasarkan data di atas dapat kita lihat berapa
banyak angka putus sekolah dari setiap jenjang pendidikan, baik dari jenjang
pendidikan dasar maupun menengah. Oleh karena itu untuk memaksimalkan pelayanan
pendidikan untuk masyarakat yang ada di Indonesia maka pelaksanaan pendidikan tidak
hanya pada pendidikan formal saja, melainkan pendidikan non formal dan informal.
Pendidikan Non formal itu sendiri menurut Undang-undang Sisdiknas tahun 2003
pasal 1 ayat 12 “Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar
pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang
sedangkan ayat 13 menyatakan “Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga
dan lingkungan. Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan
bahwa fungsi PNF adalah mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan
pada penguasaan pengetahuan dan ketrampilan fungsional serta mengembangkan
sikap dan kepribadian professional. Dengan kata lain Pendidikan Non Formal
merupakan sebuah pendidikan alternatif bagi mereka yang terkendala dalam
memperoleh pendidikan jalur formal. Hal ini
sesuai dengan tujuan PLS yang ada dalam PP 73 tahun 1991, yaitu membina warga belajar
agar memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk
mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah atau melanjutkan ketingkat atau
jenjang yang lebih tinggi serta memenuhi kebutuhan belajar masyarakt yan tidak
dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan sekolah.
1.2 FOKUS KAJIAN
2.
Bagaimanakah perencanaan kegiatan Program Paket C di PKBM
Sumber Ilmu Sidoarjo?
3.
Bagaimana pengorganisasian di PKBM Sumber Ilmu
Sidoarjo?
4.
Bagaimana pengelolaan Program paket C di PKBM Sumber
Ilmu?
5.
Bagaimana keluaran yang dihasilkan oleh Program paket
C di PKBM Sumber Ilmu?
6.
Bagaimana pengembangan Program Paket C di PKBM Sumber
Ilmu?
1.3 TUJUAN PENULISAN
2.
Untuk mengetahui perencanaan kegiatan Program Paket C
di PKBM Sumber Ilmu Sidoarjo.
3.
Untuk mengetahui pengorganisasian di PKBM Sumber Ilmu
Sidoarjo.
4.
Dapat menjelaskan pengelolaan Program paket C di PKBM
Sumber Ilmu.
5.
Dapat menjelaskan keluaran yang dihasilkan oleh
Program paket C di PKBM Sumber Ilmu
6.
Dapat menjelaskan Pengembangan Program Paket C di PKBM
Sumber Ilmu Sidoarjo
1.4 MANFAAT
PENULISAN
1.
Sebagai bahan pengetahuan yang dapat dibagikan untuk mahasiswa
dan masyarakat umum
2.
Sebagai bahan refleksi dan motivasi bagi PKBM Sumber
ilmu demi kemajuan lembaga
3.
Sebagai bahan
untuk mempromosikan PKBM Sumber Ilmu
1.5 METODE
PENELITIAN
1.
Wawancara
Wawancara dilakukan dengan tujuan
menggali informasi mengenai sistem
manajemen PNF di PKBM Sumber Ilmu Sidoarjo. Bersandar pada klasifikasi Patton
(Moleong, 2008:187-188) bahwa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Pertama, wawancara percakapan
informal (the informal conversation
interview), ialah wawancara yang sepenuhnya didasarkan pada susunan
pertanyaan spontan ketika interaksi berlangsung khususnya pada proses observasi
partisipatif di lapangan. Terkadang
orang yang diwawancarai tidak diberitahu bahwa mereka sedang diwawancarai. Sehingga dalam hal ini peneliti bisa mendapatkan informasi yang apa adanya
di lapangan
Kedua, wawancara umum dengan
pendekatan terarah (the general interview
guide approach), ialah jenis wawancara yang menggariskan sejumlah isu yang
harus digali dari setiap responden sebelum wawancara dimulai. Pertanyaan yang
diajukan tidak perlu dalam urutan yang diatur terlebih dahulu atau dengan
kata-kata yang dipersiapkan. Panduan wawancara memberikan checklist
selama wawancara untuk meyakinkan bahwa topik-topik yang sesuai telah
terakomodasi. Peneliti menyesuaikan baik urutan pertanyaan maupun kata-kata
untuk responden tertentu.
Ketiga, wawancara terbuka yang baku
(the standardized open-ended interview),
meliputi seperangkat pertanyaan yang secara seksama disusun dengan maksud untuk
menjaring informasi mengenai isu-isu yang sesuai dengan urutan dan kata-kata
yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Jenis wawancara yang dijelaskan di atas
digunakan oleh peneliti untuk memperoleh informasi dari subjek penelitian,
sesuai dengan permasalahan yang dirumuskan. Seringkali peneliti sendiri
melakukan intervensi dan mendesakkan pendapat para narasumber agar informasi
yang diperoleh terjamin reliabilitasnya.
2. Observasi
Observasi ini dilakukan untuk
mendapatkan data dan fakta tentang sistem
manajemen PNF di PKBM Sumber Ilmu Sidoarjo. Orientasinya menyangkut
pengembangan materi, metode, media, evaluasi dan semua fenomena aktivitas yang
berkait dengan pembelajaran sistem manajemen PNF di PKBM Sumber Ilmu Sidoarjo;
melalui potret iklim budaya di PKBM Sumber Ilmu Sidoarjo. Observasi partisipan
dan non-partisipan dilakukan peneliti secara berulang sesuai konteks
permasalahan yang dikaji diatas. Observasi yang dilakukan secara berulang ini
pun bertujuan agar responden terbiasa, sehingga dapat berperilaku sewajarnya
dan mengungkap budaya yang sesungguhnya (tidak dibuat-buat). Untuk kepentingan
dalam penelitian ini, maka observasi ini dilakukan perekaman dan pemotretan
yang akan dijadikan bahan analisis lebih lanjut.
3. Studi
Dokumentasi
Peneliti memanfaatkan sumber-sumber
berupa catatan dan dokumen (non human resources) untuk pengembangan
analisis kajian. Sebagaimana Lincoln dan Guba (1985:276-277) menjelaskan bahwa
catatan dan dokumen ini dapat dimanfaatkan sebagai saksi dari kejadian-kejadian
tertentu atau sebagai bentuk pertanggungjawaban.
Kajian
dokumen difokuskan pada aspek materi dan substansi yang terkait dengan sistem manajemen PNF di PKBM Sumber Ilmu Sidoarjo. Dokumen-dokumen
itu adalah surat ijin pendirian PKBM
Sumber Ilmu, Dokumen pembelajaran, Profil PKBM, dan sebagainya yang mendukung
informasi dan data kajian.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 KONSEP
PENDIDIKAN NON FORMAL
Pendidikan merupakan kawasan
dinamis yang menjadi perbincangan semua kalangan masyarakat. Hampir tidak ada
orang yang mengatakan bahwa pendidikan tidak penting. Seorang presiden,
gubernur, bupati, walikota, camat, kepala desa, sampai kepala rumah tangga
dapat dipastikan memberikan perhatian pada pendidikan. Bahkan banyak kalangan yang
menyatakan bahwa pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap insan.
Tidak sulit mengatakan bahwa
pendidikan berjalan sepanjang hayat. Atau menyatakan bahwa keluarga, masyarakat
dan sekolah mempunyai tanggungjawab pendidikan yang oleh Ki Hajar Dewantara
disebut sebagai Tripusat Pendidikan. Tapi pada kenyataannya, seperti hal
kehidupan pada dipandang sebagai sekolah (pendidikan formal). Pendidikan non
formal dan informal merupakan sesuatu diluar mainstream. Oleh karena
itu, dinamika kesulitan mencari kesamaan makna istilah pendidikan memang bukan
suatu rahasia lagi.
Memang nyata dengan mainstream
pembangunan pendidikan yang hingga kini masih bertumpu pada sekolah
(pendidikan formal), maka tidak bisa dimungkiri bahwa posisi pendidikan nonformal
dan informal masih termajinalkan. Menurut pandangan konvensional pendidikan non
formal apalagi informal kebanyakan tidak mengahasilkan credential atau
sertifikat yang dianggap dapat mengangkat gengsi atau harkat dan martabat
seseorang. Bahkan proses-proses yang terjadi di dalamnya memang tidak
diwujudkan dalam ruang, waktu, dan kelengkapan-kelengkapan penunjang
pembelajaran dan pendidikan dalam format yang terukur dan memenuhi standar yang
menjadi harapan para penyusun standar.
Jika direnungkan, sebenarnya
permajinalan terhadap pendidikan nonformal dan informal terjadi akibat hal yang
bersifat artifisial. Karena secara susbstantif kita sulit membohongi diri
sendiri bahwa sesungguhnya kemajuan yang dicapai dalam kehidupan kita justru
banyak diperoleh dari pendidikan nonformal dan informal. Namun persoalannya
kita kesulitan membuktikan ‘tanda kehadiran belajar’, ‘buku bahan ajar’,’tanda
lulus’ dan sejenis sertifikat lainnya. Sehingga hasil belajar pendidikan non
formal dan informal selalu diragukan dan sulit mendaat pengakuan.
Malcolm Knowles, ia kerap
dijuluki sebagai ‘Rasul’ Andragogi. Dalam salah satu bukunya yang berjudul pedagogy
versus andragogy, ia memberikan perhatian pada upaya mencari
perbedaan-perbedaan antara edagogi yang terlegimitasi sebagai landasan kelimuan
praktik pendidikan formal dimana sasarannya adalah ank-anak, dengan andragogy
yang diklaim sebagai landasan keilmuan praktik pendidikan orang dewasa yang
banyak diselenggarakan melalui pendidikan nonformal dan informal.
Sebagai telaah akademik,
pemikiran dan kajian yang dilakukan Malcolm Knowles merupakan suatu motivasi
untuk membangkitkan kekuatan pendidikan nonformal dan informal dalam tataran
akademik maupun praktis. Menurut Ivan Ilich yang ditulisnya dalam Deschooling
society. Keterbatasan proses pendidikan pada kelembagaan yang mapan
(terutama sekolah) menjadi dasar gagasan Ivan Ilich untuk mencari pendidikan
alternatif yang memungkinkan warga belajar daat memenuhi harapan dan kebutuhan
belajarnya dengan akses sumber daya yang luas melalui kehidupan. Ivan Illich berpendapat
bahwa belajar tidak boleh tersekat oleh ruang dan waktu, karena belajar bisa
dilakukan di banyak tempat dan setiap saat.
Pendidikan Nonformal merupakan pendidikan yang teratur
dengan sadar dilakukan tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan-peraturan yang
tetap dan ketat. Sifat-sifat pendidikan nonformal diantaranya:
1.
Pendidikan nonformal lebih fleksibel
Sifat fleksibel di atas dalam arti luas seperti tidak ada tuntutan
syarat credential yang keras bagi anak didiknya, waktu penyelenggaraan
disesuaikan dengan kesematan yang ada artinya dapat beberapa bulan, beberapa
tahun atau beberapa hari saja.
2.
“Pendidikan non formal mungkin lebih efektif dan
efisien untuk bidang-bidang pelajaran tertentu”. Bersifat efektif oleh karena
“program pendidikan non formal bisa spesifik sesuai dengan kebutuhan dan tidak
memerlukan syarat-syarat (guru, metode, fasilitas lain) secara ketat.
3.
Pendidikan non foral bersifat qiuck yielding artinya
dalam waktu yang singkat dapat digunakan untuk melatih tenaga kerja yang
dibutuhkan, terutama untuk memperoleh tenaga yang memiliki kecakapan.
4.
Pendidikan non formal sangat instrumental “artinya
pendidikan yang bersangkutan bersifat luwes, mudah dan murah serta dapat
menghasilkan dalam waktu yang relatif singkat.
2.1.1
Syarat- syarat Pendidikan Non Formal:
1.
Pendidikan non formal harus jelas tujuannya
Tujuan ini harus merupakan sesuatu yang dirasakan manfaatnya oleh
peserta. Hal ini tentu saja tujuan mendapatkan dukungan dari nilai-nilai,
aspirasi dan kebutuhan masyarakat sebagai peserta.
2.
Ditinjau dari segi masyarakat, program pendidikan non
formal harus menarik (appealing) baik hasil yang akan dicapai maupun cara-cara
melaksanakannya.
Appealing ini
sangat diperlukan karena di dalam pendidikan non formal harus memperoleh
dukungan daripada masyarakat serta partisipasi aktif masyarakat. Partisipasi
masyarakat sangat diperlukan karena dalam pelaksanaan pendidikan non formal pun
perlu pasilitas dan pembiayaan.
3.
Adanya integrasi pendidikan non formal dengan
program-program pembangunan dalam masyarakat.
Pengalaman menunjukkan bahwa sesuatu program pendidikan tidak akan
berhasil kalau tidak berkaitan dengan kegiatan bangunan di daerah yang
bersangkutan. Oleh karena itu, sebelum diadakan perencanaan pendidikan non
formal disusun, maka hendaknya program disusun.
4.
Organisasi kesenian, kursus-kursus kesenian, penataran
pembinaan kesenian.
5.
Kegiatan lain-lain
·
Pembinaan pada nara pidana
·
Siaran pedesaan
2.2 KONSEP PKBM
Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) merupakan prakarsa pembelajaran masyarakat
yang didirikan dari, oleh dan untuk masyarakat. PKBM adalah suatu institusi
yang berbasis masyarakat (Community Based Institution). Terminologi PKBM
dari masyarakat, berarti bahwa pendirian PKBM merupakan inisiatif dari
masyarakat itu sendiri. Keinginan itu datang dari suatu kesadaran akan
pentingnya peningkatan mutu kehidupan melalui suatu proses transformasional dan
pembelajaran. Inisiatif ini dapat dihasilkan oleh suatu proses sosialisasi akan
pentingnya PKBM sebagai wadah pemberdayaan masyarakat kepada beberapa anggota
atau tokoh masyarakat setempat oleh pihak pemerintah ataupun oleh pihak lain di
luar komunitas tersebut. Oleh masyarakat, berarti bahwa penyelenggaraan,
pengembangan, dan keberlanjutan PKBM sepenuhnya menjadi tanggung jawab
masyarakat itu sendiri. Ini juga bermakna adanya semangat kebersamaan,
kemandirian, dan kegotongroyongan dalam pengelolaan PKBM serta penyelenggaraan
berbagai program pendidikan masyarakat pada lembaga tersebut. Untuk
masyarakat, berarti bahwa keberadaan PKBM sepenuhnya untuk kemajuan dan
keberdayaan kehidupan masyarakat tempat lembaga tersebut berada. Eksistensi
lembaga didasarkan pada pemilihan program-program yang sesuai dengan kebutuhan
pendidikan atau pemberdayaan masyarakat. Hal ini tidak menutup kemungkinan
anggota masyarakat di luar komunitas tersebut ikut serta dalam berbagai program
dan kegiatan yang diselenggarakan oleh PKBM. Masyarakat bertindak sekaligus
sebagai subjek dan objek dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh
PKBM.
2.2.1
Komponen PKBM
a.
Komunitas Binaan/Sasaran
Setiap PKBM memiliki komunitas yang menjadi tujuan atau
sasaran pengembangannya. Komunitas ini dapat dibatasi oleh wilayah geografis
tertentu ataupun komunitas dengan permasalahan dan kondisi sosial serta ekonomi
tertentu.
b.
Peserta Didik
Peserta didik adalah bagian dari komunitas binaan atau dari
komunitas lainnya yang dengan kesadaran yang tinggi mengikuti satu atau lebih
program pembelajaran yang ada di lembaga.
c.
Pendidik/Tutor/Instruktur/Narasumber Teknis
Pendidik/tutor/instruktur/narasumber
teknis adalah sebagian dari warga komunitas tersebut ataupun dari luar yang
bertanggung jawab langsung atas proses pembelajaran atau pemberdayaan
masyarakat di lembaga.
d.
Penyelenggara dan Pengelola
Penyelenggara PKBM adalah sekelompok warga masyarakat setempat
yang dipilih oleh komunitas yang mempunyai tanggung jawab atas perencanaan,
pelaksanaan, dan pengembangan program di PKBM serta bertanggung jawab terhadap
seluruh pelaksanaan program dan harta kekayaan lembaga. Pengelola
program/kegiatan adalah mereka yang ditunjuk melaksanakan kegiatan
teknis/operasional program tertentu yang ada di PKBM.
e.
Mitra PKBM
Mitra PKBM adalah pihak-pihak dari luar komunitas maupun
lembaga-lembaga yang memiliki agen atau perwakilan atau aktivitas atau
kepentingan atau kegiatan dalam komunitas tersebut yang dengan suatu kesadaran
dan kerelaan telah turut berpartisipasi dan berkontribusi bagi keberlangsungan
dan pengembangan suatu PKBM.
2.3 PROGRAM PAKET C
Program Paket C merupakan salah satu upaya yang
dilakukan oleh pemerintah untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat usia
sekolah dan usia dewasa yang karena berbagai keterbatasan tidak melanjutkan
pendidikan formal. Paket C murni integrasi vokasi sistem terbuka adalah program
pendidikan kesetaraan Paket C setara SMA yang mengintegrasikan pembelajaran
akademik dan pembelajaran ketrampilan siap kerja dengan pola pembelajaran yang
disesuaikan dengan potensi,
karakteristik masing-masing
warga belajar. Pada program Paket C juga terdapat pemberian materi yang
disampaikan oleh tutor baik langsung atau menggunakan media pembelajaran. Media
merupakan komponen masukan yang dapat membantu pelaksanaan proses pembelajaran
pelatihan. Media pembelajaran dapat berupa sumber, alat, bahan yang di perlukan
untuk kegiatan belajar ( Tri Joko Raharjo dalam Ashari Duri, 2005:12).
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 DESKRIPSI DATA
3.1.1
Profil PKBM Sumber Ilmu
NILEM :
35.1.24.1.1.0009
Nama Lembaga :
PKBM. Sumber Ilmu
Alamat Lembaga : Jl. Raya Kepadangan No. 99
RT/RW :
06/02
Kelurahan :
Kepadangan
Kecamatan :
Tulangan
Kabupaten/Kota : Kabupaten
Sidoarjo
Propinsi :
Jawa Timur
Kode Pos : 61273
No Telp :
031-70406447
Faximile :
031-8850114
URL/Website :
-
Email :
-
Penanggung Jawab :
TANGGUNG JAWAB, S.KOM, S.PD, M.PD
Jenis Kelamin :
Laki-laki
No. KTP :
3515092606790006
Pendidikan Terakhir :
Master (S2)
3.1.2
Basis Program
1.
Kewirausahaan
2.
Perdagangan
3.
Keagamaan
3.1.3
Status Lembaga
Kepemilikan :
Yayasan/Orang. Masyarakat
Tahun Berdiri :
2002
Nama Notaris :
MUHAMMAD SUYITNO, SH, M.Kn
No. Akte Notaris :
04
Tanggal Akte :
25 May 2007
NPWP :
02.638.078.2-603.000
3.1.4
Perijinan Lembaga
Nomor Ijin
Operasional :
421.9/001/404.3.1/2009
Tanggal : 04 Januari 2010
Instansi Pemberi
Ijin :
DINAS PENDIDIKAN KAB. SIDOARJO
3.1.5
Wilayah Geografis
Pedesaan
3.1.6 Jenis Program
Lembaga
1. Kelompok
Bermain/Play Group (KB)
2. Pendidikan
Keaksaraan
3. Pendidikan
Kesetaraan Paket Paket A
4. Pendidikan
Kesetaraan Paket Paket B
5. Pendidikan
Kesetaraan Paket Paket C
6. Kursus komputer
7. Taman Bacaan
Masyarakat
8. Universitas
Terbuka UPBJJ SURABAYA
3.1.7 VISI PKBM SUMBER ILMU:
TERWUJUDNYA PKBM
YANG HANDAL KUAT, KOMPETITIF, DAN MAMPU MENCETAK HASIL KELULUSAN YANG CERDAS
TERAMPIL MANDIRI PRODUKTIF SERTA DAPAT HIDUP HARMONIS.
3.1.8 MISI PKBM SUMBER
ILMU
1. Meningkatkan
iman dan taqwa warga belajar
2. Memberi bekal
kemandirian kepada warga belajar
3. Selalu aktif
mencari terobosan-terobosan dalam kualitas pembelajaran.
4. Mengedepankan
kualitas dari pada kuantitas
3.1.9 TUJUAN PKBM
SUMBER ILMU
1. Ikut aktif
berperan dalam penyelenggaraan pendidikan
2. Membentuk SDM
yang siap di dunia kerja
3. Memperluas
kesempatan belajar bagi masyarakat
3.1.10 Hasil Observasi
Berdasarkan hasil observasi
yang telah kami lakukan di PKBM SUMBER ILMU Kecamatan Tulangan Pada hari
Minggu, 03 Mei 2015 kami dapat memaparkan data yang kami peroleh sebagai
berikut :
PKBM SUMBER ILMU ini
terbentuk atas anjuran dari Dinas Pendidikan KAB. Sidoarjo dimana pada setiap
kecamatan harus memiliki lembaga pendidikan non formal binaan, setelah ada
anjuran atau intruksi tersebut UPTD Kecamatan Tulangan melakukan sosialisasi ke masyarakat tentang
pentingnya keberadaan lembaga non formal sejenis PKBM (Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat).
PKBM itu lembaga pendidikan
non formal yang menyelenggarakan pendidikan dan melayani peserta didik yang drop
out dari SD sampai SMA , atau peserta didik yg tidak bisa melanjutkan ke
jenjang selanjutnya contoh SD yang tidak mau melanjutkan ke SD-SMP, SMP-SMA
dengan alasan keterbatasan ekonomi, drop out karena “kecelakaan” seperti
hamil pra nikah tidak boleh sekolah di formal dan pendidikan non formal sebagai
wadah siswa tersebut, sesuai dengan visi dan misi lpendidikan non formal yaitu
sebagai penyelenggara melayani dan juga sekaligus sebagai penambah, pengganti,
pelengkap pendidikan formal. Melayani pendidikan yang tidak mungkin tertampung
di pendidikan non formal.
PKBM SUMBER ILMU didirikan
tahun 2002 oleh tokoh setempat, yang memelopori adalah Desa Kematren. PKBM ini
telah berganti pimpinan sebanyak tiga kali. Pertama dipimpin oleh pak sofan
Hadi selama 2 kali periode, lalu digantikan oleh Bapak Muzaini, S.Pd selama 2
periode, saat ini ketuanya adalah Bapak Taufiqurrahman.
Awal mula masyarakat
mengenal PKBM SUMBER ILMU ini adalah dari adanya kegiatan sosialisasi dari
mulut ke mulut karena merupakan satu-satunya lembaga pendidikan non formal
binaan di kecamatan Tulangan. Kegiatan sosialisasi dilakukan melalui kepala sekolah
SD saat ada rapat dinas, kepada kepala desa saat ada rapat dinas di kecamatan
pertemuan khusus untuk kepala desa setiap 1 bulan sekali, ada paguyuban kepala
desa merupakan kesempatan untuk bersosialisasi barang kali ada
tetangganya,keluarganya, sanak familinya yang belum memiliki ijazah yang tidak
mungkin bersekolah di sekolah formal ada lembaga yang khusus menangani peserta
didik yang tidak mungkin bersekolah di sekolah formal. Misalnya usianya sudah
tua, padahal banyak bapak-bapak dan ibu-ibu yang bukan dalam usia sekolah
membutuhkan ijazah misalnya ingin mencalonkan kepala desa, ingin mencalonkan
jadi perangkat desa yang notabennya ijazahnya sama dan dilindungi oleh
undang-undang.
Tutor diambilkan dari
lingkungan dimana pembelajaran itu berada, misalnya PKBM ini wilayahnya 1
kecamatan kebetulan di Tulangan ini hanya 1 PKBM yang sudah mencakup sewilayah
tulangan. Karena luasnya ada 20 desa teknik kita untuk melayani masyarakat yang
lemah secara ekonomi, secara umur sosialisasinya ada ketua, coordinator,
coordinator lembaga, coordinator lapangan. Tugas coordinator
lapangan adalah mengkoordinir sasaran warga belajar di lapangan. dimana banyak
warga belajar yang menyelenggarakan pembelajaran tutor yang datang namun tidak
menutup kemungkinan tutor diambilkan dari warga sekitar dengan pertimbangan
supaya bisa membantu kelancaran barangkali teman-teman sebagai warga belajar
mengalami hambatan seperti yang malas belajar dan sering tidak datang.
Terkadang kejar paket itu
dipandang sebelah mata, memang masyarakat Indonesia tidak mau belajar kalau
tidak butuh, misalnya kalau mau mencalonkan kepala desa, dan perangkat
desa baru mencari ijazah. Misalnya ada
pendaftaran perangkat desa tidak memiliki ijazah SMA berapapun saya bayar yang
penting dapat ijazah padahal Tujuan pemerintah tidak seperti itu tetapi
memberikan layanan pendidikan setara dengan ijazah yang diberikan. Tergantung
pada kita menyikapinya, jika kita benar-benar melaksakan layanan pendidikan
yang sesuai dengan aturan masyarakat akan menilai pembelajaran ada dan
kualitasnya bisa dipertanggung jawabkan. Yang dikhawatirkan memang teman-teman
menyepelehkan paket C itu yang perlu diluruskan. Program-program disesuaikan
dengan kebutuhan dan program-program di PKBM ini akan terus berlanjut karena
masyarakat sudah sadar akan pentingnya pendidikan sudah terlanjur menanamkan
wajib belajar 9 tahun yang berbeda dengan paradigma lama yang penting bisa
membaca, menulis, dan berhitung tetapi sekarang tidak seperti butuh pekerjaan,
butuh pengetahuan.
Edaran dari DIKTI Paket C
boleh melanjutkan ke perguruan tinggi setara universitas. Namun teman-teman
banyak yang kurang percaya diri dan mengatakan bahwa daftar di
universitas-universitas di tolak.
3.1.11 Daftar Tutor
PKBM Sumber Ilmu
Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo
No
|
Nama
|
Tempat,Tanggal Lahir
|
Bidang Studi
|
Alamat
|
1.
|
Fadlan Asmadi, S.Pd, M.Pd
|
Sidoarjo, 06-12-1969
|
Sosiologi
|
Tanggulangin
|
2.
|
Baikuni, S.Ag
|
Sidoarjo,01-04-1952
|
Pend. Agama Islam
|
Tulangan
|
3.
|
Drs. M. Sholik
|
Sidoarjo,01-05-1962
|
B. Indonesia
|
Tulangan
|
4.
|
Parwesthi, S.Pd
|
Sidoarjo,26-06-1979
|
Geografi IPS
|
Tulangan
|
5.
|
Suwandi, S.Pd
|
Surabaya,05-11-1959
|
IPA
|
Tulangan
|
6.
|
Taufik Rohman, M.Pd
|
Sidoarjo,26-06-1979
|
Ekonomi
|
Tulangan
|
7.
|
Zaelani, S.Pd
|
Sidoarjo,08-05-1965
|
Pkn
|
Tulangan
|
8.
|
M.Su’ud, S.Pd
|
Sidoarjo,11-12-1968
|
Fisika
|
Tulangan
|
9.
|
Drs. Yusuf
|
Sidoarjo,15-12-1963
|
Matematika
|
Tulangan
|
10.
|
Agung Budiman, S.Pd
|
Sidoarjo,03-06-1973
|
B. Inggris
|
Tulangan
|
11.
|
Zainul Abidin, S.Kom
|
Sidoarjo,01-08-1983
|
Life Skill Komputer
|
Tulangan
|
12.
|
Dwi Nurmalasari, S.Pd
|
Sidoarjo,06-12-1969
|
Keterampilan
|
Tulangan
|
13.
|
Siti Munawaro, S.Pd.I
|
Sidoarjo,29-11-1969
|
P. Agama
|
Tulangan
|
14.
|
Putri Anggarwati RC
|
Sidoarjo,17-06-1993
|
Administrasi
|
Tulangan
|
15.
|
Jum Jum Juhanah
|
Sidoarjo,15-03-1970
|
Administrasi
|
Tulangan
|
3.1.12
STRUKTUR ORGANISASI PKBM “SUMBER ILMU” KECAMATAN
TULANGAN
PELINDUNG
KACABDIN
|
KOORDINATOR PROG.PAUD
Hj. ULIPAH, S.Pd
|
PENGELOLA
KBU/MAGANG
DWI NURMILAWATI, S.Pd
|
PENGELOLA UNIVERSITAS TERBUKA POKJAR
TULANGAN
ROHMAN M.Pd
|
PENGELOLA TBM
SUWANDI, S.Pd
|
KOORDINATOR PROG.KF
SRI ENDAH, S.Pd
|
PENGELOLA KURSUS/LIFE SKILL
Zaenal Abidin, S.Kom
|
KOORDINATOR PROG. KESETARAAN
Baikuni S.Ag
PAKET A SETARA SD
PAKET B SETARA SMP
PAKET C SETARA SMA
|
SEKRETARIS
FADLAN ASMADI, M.Pd
|
BENDAHARA I
ISDA NUR’AINI
BENDAHARA II
SUNARSIH
|
KETUA
TAUFIQ ROHMAN, M.Pd
|
PENASEHAT
PENILIK/TLD
|
TUTOR
|
3.2 TEMUAN DATA
Berdasarkan hasil observasi
yang telah peneliti lakukan temuan yang peniliti peroleh dari Program Paket C PKBM
Sumber Ilmu Sidoarjo bahwasannya lulusan dari Program Paket C yang ingin
melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi mengalami kesulitan untuk mendaftar ke
perguruan tinggi yang ada di karenakan lulusannya tidak percaya diri akibat
penolakan saat mendaftar di Universitas pada umumnya. Meskipun dengan adanya
surat edaran dari dikti yang memperbolehkan lulusan dari Program Paket C bisa
malnjutkan ke jenjang yang lebih tinggi atau di perguruaan tinggi. Namun pada
kenyataannya seperti yang sudah dijelaskan diawal. Untuk memenuhi kebutuhan
akan lulusan Program Paket C maka PKBM Sumber Ilmu Sidoarjo menyelenggarakan
Universitas Terbuka (UT) dengan bekerjasama dengan UPBJJ(Unit Pendidikan
Belajar Jarak Jauh) Surabaya.
Universitas Terbuka ini
sebagai wujud dari kebutuhan akan lulusan Program Paket C yang ingin
melanjutkan ke Perguruan tinggi. Sehingga, dapat dikatakan bahwa PKBM Sumber
Ilmu ini menerakan konsep pendidikan sepanjang Hayat atau pendidikan seumur
hidup (Long Life Education). Hal tersebut dapat terjadi karena pada PKBM
Sumber Ilmu ini telah menyelenggarakan program dari Pendidikan Anak Usia dini
(PAUD) sampai ke pendidikan tinggi dan juga program-program keterampilan yang
menunjang bagi kehidupan masyarakat sumber ilmu.
3.3 PEMBAHASAN
3.3.1
Perencanaan kegiatan Program Paket C di PKBM Sumber
Ilmu Sidoarjo
Pada awalnya PKBM Sumber Ilmu mengadakan suatu program berdasarkan
kebutuhan dari masyarakat akan pentingnya pendidikan. PKBM Sumber Ilmu ini kemudian
mencari tau atau menelusuri kebutuhan pendidikan warga belajar yang berada di
lokasi kab. Sidoarjo melalui koordinator lapangan Setelah diketahui bahwa yang
dibutuhkan oleh masyarakat terutama warga belajar adalah program paket c, maka PKBM
Sumber Ilmu mengajukan proposal mengenai warga belajar yang ingin mengenyam
pendidikan setara dengan SMA atau Program Paket C ke Dinas Pendidikan yang terkait.
Setelah itu dari dinas keluar surat keputusan mengenai pelaksanaan program
paket c maka pelaksanaan untuk program kejar paketpun dapat dilaksanakan.
3.3.2
Pengorganisasian di PKBM Sumber Ilmu Sidoarjo
3.3.3
Pengelolaan Program paket C di PKBM Sumber Ilmu
3.3.4
Keluaran yang dihasilkan oleh Program paket C di PKBM
Sumber Ilmu
Lulusan yang dihasilkan dari
program paket c di PKBM Sumber Ilmu yaitu dapat melanjutkan ke jenjang
perguruan tinggi, menjadi seorang perangkat desa, menjadi seorang kepala desa.
3.3.5
Pengembangan Program Paket C di PKBM Sumber Ilmu
Memberikan pelayanan sebaik mungkin
agar warga belajar tidak pindah ke PKBM yang lainnya
3.4 POLA MANAJEMEN
YANG DITERAPKAN
Warga belajar yang sudah tidak memasuki usia sekolah
dan warga belajar memiliki masalah
dengan pendidikan Formalnya seperti putus sekolah dengan berbagai alasan:
tingkat ekonomi yang rendah, hamil pra nikah dll
|
Perencanaan
Pengorganisasian
Pelaksanaan
Pengawasan
Pengembangan
|
Warga belajar yang mampu
bersaing di masyarakat: melanjutkan di perguruan tinggi, menjadi perangkat
desa, menjadi kepala desa.
|
BAB IV
PENUTUP
4.1 SIMPULAN
Program paket c di PKBM Sumber Ilmu sudah memenuhi tingkat kebutuhan
masyarakat akan pentingnya pendidikan. Hal tersebut dikarenakan program paket c
selalu diadakan setiap tahun. Selain itu, dengan adanya program paket c maka
tingkat pendidikan masyarakat dirasa sudah memenuhi standar yang berlaku.
4.2 SARAN
1.
PKBM Sumber Ilmu sebaiknya mencatat outcome
setiap warga belajar
DAFTAR RUJUKAN
Sudiapermana, Elih. 2013. Pendidikan
Nonformal dan Informal. Bandung: Edukasia Press
Joesoef, Soelaiman. 1992. Konsep
Dasar Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara
Ashari, Duri. 2013. Model Pembelajaran Warga Belajar Kejar Paket C Di Tinjau
Dari Prestasi Belajar Di Sanggar Kegiatan Belajar Gunungpati Kota Semarang. Skripsi diajukan dalam rangka
penyelesaian studi strata I untuk
mencapai gelar sarjana pendidikan. Jurusan pendidikan luar sekolah, Fakultas ilmu pendidikan, Universitas negeri semarang, 2013. Dalam http://lib.unnes.ac.id/17162/1/1201408041.pdf (Online) , Diakses
pada tanggal 7 Mei 2015.
Penyiapan surat-surat untuk observasi Menuju Tempat observasi “PKBM
Sumber Ilmu”
UPTD Kecamatan Tulangan
No comments:
Post a Comment