Monday, March 21, 2016

Artikel (Teknik Penulisan Karya Ilmiah)

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KEGIATAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH
Diana Tri Lestari
Program Studi Manajemen Pendidikan 
Fakultas Ilmu Pendidikan 
Universitas Negeri Surabaya
dianatrilestari07@gmail.com
1.      Latar Belakang
Perkembangan dunia yang begitu pesatnya membuat sebagian bahkan seluruh orang berubah menjadi pribadi yang cenderung peduli dengan pribadinya masing-masing dengan kata lain pemenuhan kebutuhan akan cenderung semakin meningkat seperti pada teori hierarki kebutuhan manusia Abraham Maslow yang meliputi kebutuhan fisik (Physical needs), kebutuhan akan keselamatan dan rasa aman (Security and safety), kebutuhan rasa memiliki dan cinta kasih (love and beloging), kebutuhan akan kehormatan diri (respect of self exteem), kebutuhan akan pengetahuan dan pemahaman (knowledge and understanding), kebutuhan akan keindahan dan aktualisasi diri (beauty and self actualization) yang kesemua teori tersebut menyatakan bahwa kebutuhan manusia selalu dinamis dan tidak puas untuk selalu memenuhi keinginan dalam kehidupannya (M. Rahman, 1997: 187-189). Hal tersebut dapat diperkuat dengan gaya hidup yang cenderung hedonisme sehingga cara apapun ditempuh dalam memenuhi sifat dari hedonisme
itu sendiri, tidak hanya itu dalam bermasyarakatpun orang-orang lebih cenderung untuk bisa hidup dengan ketentraman dan kenyamanan melalui penyekatan rumah-rumah dengan dinding maupun pagar yang membuat mereka lebih terisolasi dari dunia luar dan tidak ingin diganggu akan privasi mereka. Keadaan yang demikian biasanya dapat dijumpai di daerah perkotaan dengan aktivitas manusia yang padat. Keadaan yang seperti itu dapat berpengaruh juga dalam dunia pendidikan seperti pada pengambilan rapot siswa yang bertujuan untuk mendekatkan para wali siswa dengan sekolah, terkadang orang tua lebih memilih untuk diwakilkan seperti diwakilkan ponakannya, pembantunya, sopirnya dan lain-lain hal, dari pada mereka datang sendiri. Pengambilan rapot dapat diwakilkan apabila anak tersebut memang benar-benar tidak mempunyai orang tua kandung dikarenakan anak tersebut yatim piatu.
Berdasarkan permasalahan tersebut dapat mengakibatkan kesenjangan, tidak hanya dalam tatanan bermasyarakat melainkan dalam tatanan pendidikan untuk anak mereka sendiri. Misalnya orang tua cenderung pasif dalam setiap kegiatan di sekolah yang melibatkan seluruh komponen sekolah baik internal yang cenderung dari dalam sekolah itu sendiri seperti guru beserta staff karyawan, maupun faktor eksternal yaitu mulai dari orang tua yang berperan aktif, masyarakat setempat, instansi-instansi yang terkait. Oleh karena itu dalam meminimalisir pengaruh yang tidak baik tersebut alangkah lebih baiknya apabila masyarakat khususnya orang tua siswa sendiri ikut aktif bersama dengan sekolah membina dan membimbing peserta didik agar dalam kegiatan belajar mengajar dapat terealisasikan dengan baik.
Realisasi yang dimaksud di sini yaitu realisasi yang berhubungan dengan peran aktif masyarakat atau partisipasi masyarakat dalam setiap kegiatan pendidikan di sekolah yang oleh pihak sekolah realisasi atau aspirasi masyarakat dijembatani oleh program-program yang telah dibuat oleh wakil kepala sekolah bidang kehumasan. Selain itu, realisasi juga dapat membentuk suatu kerjasama antara sekolah dan juga masyarakat yang dalam hal ini diwakilkan oleh orang tua peserta didik secara keseluruhan. Lebih jelasnya mengenai kehumasan itu sendiri, berikut penjelasannya:
A.    Pengertian Humas
Istilah hubungan masyarakat atau public relations pertama kali dikemukakan oleh Presiden Amerika Serikat, Thomas Jefferson, pada tahun 1807. Pada waktu itu yang dimaksud dengan public relation adalah foreign relation atau hubungan luar negeri.
Menurut Glen dan Denny Griswold
Glen dan Denny Griswold menyatakan bahwa ublic relation is the management function which evaluates public attitudes, identified the policies, and prosedures of an individual or organization with public interest, and execules a program of action to earn public understanding and acceptance (humas merupakan fungsi manajemen yang diadakan untuk menilai dan menyimpulkan sikap publik, menyesuaikan kebijaksanaan dan prosedur instansi atau organisasi dengan kepentingan umum, serta menjalankan suatu program untuk mendapatkan pengertian dan dukungan masyarakat).
Menurut Oemi Abdurrahman
Oemi Abdurrahman menjelaskan bahwa humas adalah kegiatan untuk menanamkan dan memperoleh pengertian, dukungan, kepercayaan, serta penghargaan pada dan dari publik suatu badan pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Menurut Edward L. Bernays
Edward L. Bernays mengatakan bahwa hubungan masyarakat mempunyai tiga pengertian, yaitu:
a.       Memberikan penerangan kepada masyarakat
b.      Membujuk masyarakat untuk mengubah sikap dan tindakannya
c.       Mengusahakan untuk mengintegrasikan sikap dan tindakan perusahan dengan masyarakat dan sebaliknya, masyarakat dengan prusahaan
B.     Pengertian publik
NIELS MULDER
Publik adalah pihak yang menerima, dan karena pembangunan ekonomi adalah tujuan kebijakan yang paling menonjol, maka bisnis dan negara atau politik uanglah yang menjadi pemain utama dalam gelanggang politik.
IMMANUEL KANT
Publik bukan lagi para pejabat atau institusi politis, melainkan masyarakat warga (civil society) yang kritis dan berorientasi pada kepentingan moral universal umat manusia
SUKADJI G
Publik adalah sejumlah orang, yang dalam kesempatan tertentu, di tempat tertentu, akan berkomunikasi dengan kita
 LATIPAH HENDRATI
Publik adalah komunitas masyarakat tertentu
I. BAMBANG SUGIHARTO & AGUS RACHMAT W
Publik adalah segala hal serentak bukan apap pun juga, kekuatan yang paling berbahaya serentak sesuatu yang paling tak bermakna, orang bisa saja bicara atas nama publik, tetapi tetap publik itu bukan sosok nyata siapa pun
C.     Peran publik dalam pendidikan
Pasal 188 (2) PP Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, peran serta masyarakat telah dirumuskan sebagai berikut. Masyarakat menjadi sumber, pelaksana, dan pengguna hasil pendidikan. Oleh karena itu,  masyarakat mempunyai peran dalam bentuk (a) penyediaan sumber daya pendidikan, (b) penyelenggaraan satuan pendidikan, (c) penggunaan hasil pendidikan, (d) pengawasan penyelenggaraan pendidikan, (e) pengawasan pengelolaan pendidikan, (f) pemberian pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada pemangku kepentingan pendidikan pada umumnya; dan/atau (g) pemberian bantuan atau fasilitas kepada satuan pendidikan dan/atau penyelenggara satuan pendidikan dalam menjalankan fungsinya. Cukup banyak dan beragam kemungkinan peran yang dapat ditunaikan oleh masyarakat dalam urusan pendidikan.
Pasal 188 (1) bahwa ”Peran serta masyarakat meliputi peran serta perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan”. Bahkan dalam Pasal 188 (4) dinyatakan bahwa peran serta masyarakat secara khusus dapat disalurkan melalui dewan pendidikan tingkat nasional, dewan pendidikan tingkat provinsi, dewan pendidikan tingkat kabupaten/kota, komite sekolah, dan atau organ representasi pemangku kepentingan satuan pendidikan.
D.    Realisasi kerja sama sekolah dengan masyarakat
1.      Kerjasama sekolah dengan orang tua siswa
a.       Dasar dan tujuan kerja sama sekolah dengan orang tua siswa
1)      Kesamaan tanggung jawab
Di dalam GBHN ditegaskan bahwa pendidikan adalah tanggungjawab bersama antara pemerintah, orang tua dan masyarakat. Pemerintah mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, mulai taman kanak-kanak sampai denga universitas. Sementara itu, pihak yang bertanggung jawab mendidik adalah guru, mulai guru taman kanak-kanak sampai dengan guru besar di universitas.
2)      Kesamaan tujuan
Para orang tua menghendaki putra-putri mereka menjadi warga negara atau manusia yang baik dan berguna bagi negara dan bangsa. Dmikian pula dengan guru. Para guru menghendaki siswa mereka menjadi manusia yang sehat jasmani dan rohani, terampil serta berguna bagi negara dan bangsa.
b.      Tujuan kerjasama sekolah dengan orang tua siswa
1)      Saling membantu dan saling mengisi
Anak lebih lama berada di rumah dari pada di sekolah. Oleh karena itu, proses pendidikan di rumah dan di sekolah harus diselaraskan. Jangan sampai di sekolah dibina dan di tertibkan, tetapi selama tujuh belas jam di rumah dibiarkan atau sebaliknya.
Hendaknya guru selalu memberikan informasi kepada orang tua siswa menegnai segi-segi positif dan negatif anak mereka. Informasi tersebut dapat diberikan secara tertulis maupun lisan melalui kunjungan guru kepada orang tua siswa. Dengan mengetahui kekuranagn atau kelemahan sang anak, guru bersama orang tua siswa dapat melakukan pembinaan semestinya.
2)      Membantu keuangan dan barang
Orang tua siswa yang mengetahui berbagai kekurangan sarana sekolah dapat memberikan bantuan, baik berupa uang maupun barang, baik sendiri-sendiri maupun melalui organisasi BP3 (Badan Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan).
3)      Mencegah perbuatan yang kurang baik
Manusia tidaklah sempurna, begitu juga dengan segala kelemahan dan kekurangan, mungkin anak akan berbuat sesuatu yang dapat mengganggu stabilitas lingkungan. Namun, orang tua dan guru dapat bersama-sama mencegah usaha yang tidak baik tersebut dengan cara memberi petunjuk dan bimbingan kepada sang anak.
4)      Membuat rencana yang baik untuk anak
Melalui kelebihan atau bakat yang dimiliki anak, guru bersama orang tua membuat rencana pengembangan lebih lanjut, misalnya mengembangkan bakat olahraga, seni tari, seni musik, dan seni lukis.
2.      Teknik Kerja Sama Sekolah dengan Orang Tua Siswa
a.       Melalui Badan Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan (BP3)
Orang tua siswa menyatukan diri dalam satu organisasi BP3. BP3 adalah sebuah organisasi yang berusaha membantu penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Sekolah dapat menyampaikan kekurangan-kekurangan program tahunan sekolah kepada BP3 dan BP3 berusaha membantu menyukseskan program-program sekolah
b.      Melalui pertemuan penyerahan buku laporan pendidikan
Pembagian buku laporan pendidikan (rapor) setiap caturwulan dilaksanakan melalui pertemuan antara orang tua dan guru. Orang tua sebaiknya tidak mewakilkan kepada orang lain karena dalam acara tersebut kepala sekolah atau wali kelas akan memberikan penjelasan tentang prestasi dan kelemahan para siswanya.
c.       Melalui ceramah ilmiah
Ceramah ilmiah sebaiknya dihadiri para orang tua siswa dan guru. Isi ceramah disesuaikan dengan kepentingan perkembangan siswanya, misalnya masalah kenakalan remaja, masalah anak lambat belajar, serta masalah anak pembohong dan pemalas.
3.      Bidang kerja sama sekolah dengan orang tua siswa
a.       Bidang Pendidikan Mental
Anak sering mengalami kesulitan belajar. Penyebabnya bermacam-macam, misalnya rumah tangga orang tuanya kacau, anak tinggal bersama ibu atau ayah tiri, dan ayah jarang pulang ke rumah. Situasi rumah tangga yang kurag baik sangat mempengaruhi sikap anak di sekolah, misalnya anak menjadi pemurung atau frustasi. Oleh sebab itu, kondisi seperti itu harus dihilangkan dan diusahakan agar tidak mengganggu perkembanga kepribadian anak.
b.      Bidang Pengembangan Bakat
Anak mungkin memiliki bakat tertentu, misalnya bakat seni, teknik atau sastra. Bakat tersebut perlu segera diketahui sehingga melalui bidang studi yang sesuai dengan bakat anak, guru dan orang tua siswa dapat bersama-sama membina dan mengembangkan bakat anak tersebut.
c.       Bidang Pengajaran
Sebaiknya, setiap hari guru menugasi anak untuk mengerjakan pekerjaan rumah (PR). Oleh karena itu, orang tua harus membantu menjelaskan hal-hal yang belum diketahui anak. Jika belum mengerti tugas yang dibebankan kepada anak, orang tua harus bertanya kepada guru sehingga orang tua dapat membantu kelancaran belajar anak mereka.
d.      Bidang Kebudayaan
Permasalahan yang ditekankan dalam bidang kebudayaan adalah penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Di sekolah anak diberi pelajaran bahasa Indonesia yang baik, tetapi kalau kondisi di rumah tidak mendukung, tentu perkembangan bahasa anak akan jelek. Oleh karena itu, orang tua harus berbahasa Indoensia yang baik dan benar agar situasi rumah dan sekolah sama.
Demikian pula dalam pembinaan kebersihan dan keindahan. Hendaknya diusahakan agar siswa tampil serasi. Berpakaian tidak harus mahal, tetapi yang terpenting bersih. Pada peringatan hari besar nasional, misalnya diusahakan siswa mengenakan pakaian nasional.
4.      Kerjasama Sekolah dengan Masyarakat Luas
a.       Dasar dan Tujuan Kerjasama Sekolah dengan Masyarakat
1.      Dasar Kerjasama Sekolah dengan Masyarakat
a)      Kesamaan Tanggungjawab
Pada GBHN ditegaskan bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, orang tua, dan masyarakat. Masyarakat terdiri atas kelompok-kelompok dari individu-individu yang berusaha menyelenggarakan pendidikan atau membantu usaha-usaha pendidikan. Komponen masyarakat terdiri dari berbagai organisasi penyelenggara pendidikan, organisasi keagamaan, organisasi kepramukaan, organisasi politik, organisasi sosial, organisasi olahraga, atau organisasi kesenian yang bergerak dalam usaha pendidikan. Organisasi masyarakat juga terdapat individu-individu atau pribadi-pribadi yang bersimpati terdapat pendidikan di sekolah.
b)      Kesamaan Tujuan
Sekolah menghendaki agar para siswanya kelak menjadi manusia pembangun yang pancasialais. Masyarakat juga menghendaki agar semua warga negara menjadi manusia pembangun yang pancasilais. Individu yang pancasilais diharapkan datang dari sekolah. Oleh karena itu, antara sekolah dan masyarakat harus mempunyai kesamaan tujuan.
2.      Tujuan Kerjasama Sekolah dengan Masyarakat
a)      Saling Membantu dan Saling Mengisi
Waktu belajar siswa di sekolah sangat terbatas, yaitu tujuh jam. Waktu senggang di luar sekolah dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan atau organisasi, misalnya kegiatan kepramukaan, keolahragaan, kesenian, dan keagamaan. Selain itu, masyarakat dapat pula menyelenggarakan pendidikan yang bersifat spesialisasi, misalnya pendidikan keahlian. Alangkah baik jika program-program yang telah disusun dikonsultasikan terlebih dahulu dengan pihak sekolahtempat anggota masyarakat belajar.lebih baik lagi jika program tersebut disusun bersama, misalnya dalam rangka mengisi waktu libur atau waktu senggang lainnya.
Jadwal yang ketata, misalnya sejak anak bangun hingga tidur kembali, dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan keribadian dan kemampuan seerti yang dituntut GBHN. Perkembangan tersebut diprogramkan oleh dan untuk masyarakat, yang juga dituntut GBHN. Program bersama yang ketat tidak memberi kesempatan kepada sang anak untuk berbuat kurang baik sebab kelelahan setelah mengikuti kegiatan-kegiatan positif membuat sang anak akan segera beristirahat.
Bermain piano, menabuh gamelan, serta berolahraga karate, judo, sepak bola, dan sebagainya adalah kegiatan positif. Pelajaran tersebut mungkin sudah diberikan di sekolah, tetapi karena waktunya sangat terbatas, yang diberikan tentu hanya dasar-dasarnya. Oleh karena itu, masyarakatlah yang bertugas memperdalam pengetahuan dan keterampilan anak.
b)      Membantu Keuangan, Bangunan, dan Barang
Pendidikan yang baik membutuhkan ruang belajar, alat bantu, dan dana yang cukup. Dana yang terdapat di sekolah biasanya terbatas, yaitu dari anggaran rutin, SPP, dan proyek Pelita, untuk sekolah yang sedang mendapat alokasi dan subsidi anggaran dari pemerintah.
Untuk mengatasi hal itu, masyarakat dapat membantu sekolah melalui BP3. Anggota masyarakat yang berminat dan bersimpati dapat memberikan bantuan kepada sekolah, misalnya berupa alat bantu pendidikan, uang dan buku perpustakaan.
b.      Bidang Kerjasama Sekolah dengan Masyarakat
1)      Bidang Pendidikan Moral Pancasila
Pendidikan Moral Pancasila harus diajarkan sejak taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Penghayatan terhadap nilai-nilai Pancasila tidak hanya dilaksanakan di sekolah, tetapi juga dapat dilaksanakan di rumah karena anak lebih banyak berada di  masyarakat dari pada di sekolah.
2)      Bidang Pendidikan Olahraga
Manusia Pancasilais seperti yang dicita-citakan GBHN adalah manusia yang sehat dan jasmani dan rohani. Karena pembinaan olahraga di sekolah sangat terbatas, latihan-latihan sebagai penambahan dan pengembangan jasmani perlu diadakan di lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, berbagai perkumpulan olahraga yang tergabung dalam KONI sangat bermanfaat untuk mempercepat proses pembinaan jasmani, misalnya melalui PBSI, PBVSI, Pelti, PASI, dan PSSI.
3)       Bidang Pendidikan Kesenian
Bidang kesenian sangat diperlukan. Oleh karena itu berbagai perkumpulan kesenian yang terdapat di lingkungan masyarakat sangat membantu proses pembinaan kecintaan anak terhadap kesenian.
4)      Bidang Pendidikan Anak-anak Berkelainan
Anak-anak yang mengalami hambatan dalam belajar juga perlu mendapat bantuan khusus. Oleh karena itu, masyarakat dapat membantu mereka dengan jalan membentuk organisasi-organisasi sosial, sekolah luar biasa, atau bantuan khusus kepada mereka
5)      Bidang Pendidikan Keterampilan
Pendidikan keterampilan membutuhkan waktu lama karena jumlah jam pelajaran keterampilan di sekolah tidak memungkinkan sehingga dibutuhkan kerjasama yang erat dengan berbagai organisasi dalam masyarakat.
5.      Bentuk Partisipasi Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Partisipasi masyarakat sering diartikan sebagai sumbangan tenaga, ide, uang, atau barang dalam rangka menyukseskan program atau proyek pembangunan. Partisipasi masyarakat diartikan seberapa besar tenaga, ide dana, atau barang yang dapat disediakan sebagai sumbangan atau kontribusi masyarakat kepada proyek-proyek pemerintah.
Menurut Soegarda Poerbakawatja (1981: 251), partisipasi adalah suatu gejala demokrasi tempat orang-orang diikutsertakan dalam perencanaan dan pelaksanaan segala sesuatu yang berpusat pada berbagai kepentingan. Orang-orang juga ikut memikul tanggungjawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat kewajiban mereka. Partisipasi dilakukan dalam bidang fisik maupun bidang materiil serta dalam bidang penentuan kebijaksanaan.
John M. Kohen (1977: 7) mengemukakan bahwa partisipasi adalah keterlibatan di dalam proses pembuatan keputusan, pelaksanaan program, pengambilan manfaat, dan pengevaluasian hasil. Sementara itu, Uphof menyatakan bahwa partisipasi adalah keterlibatan masyarakat didalam pengambilan keputusan, penentu kebutuhan, penarikan manfaat, dan pengevaluasian program (Fund Fachrudin, 1992:8).
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, beberapa hal yang perlu diperhatikan masyarakat dalam berpartisipasi terhadap suatu program adalah:
a.       Partisipasi dalam proses perencanaan atau pembuatan keputusan;
b.      Partisipasi dalam pelaksanaan program;
c.       Partisipasi dalam pemanfaatn hasil;
d.      Partisipasi dalam pengevaluasian program
Selain partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan umum pendidikan secara umum, terdapat pula partisipasi masyarakat dalam pendidikan secara khusus, misalnya pelaksanaan program muatan lokal. Pelaksanaan program muatan lokal adalah keikutsertakan anggota masyarakat dalam kegiatan pencetusan ide, perencanaan program, pemecahan dan pengevaluasian masalah, serta pelaksanaan program muatan lokal.
            Berdasarkan pengertian yang sudah dijelaskan oleh para ahli beserta karakteristik kerjasama sekolah dengan orang tua dan masyarakat, partisipasi orang tua dan masyarakat dalam kegiatan pendidikan serta bentuk-bentuk kerjasama sekolah dengan orang tua dan masyarakat, maka dalam kehidupan yang selalu dinamis ini masih banyak orang tua, keluarga, masyarakat yang masih pasif dalam kegiatan pendidikan di sekolah anak-anak mereka. Padahal pengaruh keluarga terhadap sekolah sangatlah besar yang dapat diibaratkan seperti rumah dan sekolah yang merupakan dua jalan yang mempunyai satu tujuan dalam pendidikan seorang anak. Banyak hal yang telah dipelajari seorang anak di rumah, sebelum dan selama tahun-tahun bersekolah. Belajar yang dilakukan di rumah itu, berlangsung melalui bahasa yang didengarnya, tingkah laku yang dilihat dan ditirunya serta nilai-nilai yang diharuskan dan dimengerti atau diterimanya. Semuanya itu mewarnai tingkah laku dan kegiatannya di kelas/sekolah.
Hal tersebut juga membawah anak pada kebiasaan-kebiasaan yang diperolehnya di lingkungan keluarga sebagai hasil dari proses sosialisasi yang dilakukannya dalam bentuk meniru, mengadaptasi dan menseleksi tingkah laku dan setiap anggota keluarga, terutama dari kedua orang tuanya sesuai dengan kepentingan dan kemampuannya. Permasalahan yang dapat kita ambil disini yakni apabila sedari kecil anak tidak menjumpai kedua orang tua mereka berada diantara mereka karena alasan materi yang dicari dan juga orang tua mereka tanpa bisa mengatur waktu dengan baik, maka yang terjadi ialah anak akan cenderung memiliki perilaku yang menyimpang. Anak akan merasakan yang namanya ketidakperhatian orang tua terhadap mereka, sehingga anak tersebut akan cenderung mencari perhatian di luar orang tua mereka seperti berbuat nakal terhadap teman sekelasnya, sengaja terlambat agar dihukum, sengaja usil dengan guru dan tindakan-tindakan yang akan merugikan diri sendiri dan juga orang lain. Selain itu, masih banyak kenakalan remaja yang dilakukan diluar sekolah diantaranya memakai narkoba, minum-minuman keras, dan bermain dengan para wanita yang tidak baik. Oleh karena itu, partisipasi dari orang tua di rumah dan juga tempat mendidik pertama dan utama mempunyai peran yang amat besar untuk menghiasi karakter dari anak tersebut. Selain itu, tidak hanya dari orang tua saja yang ikut serta dalam kegiatan pendidikan, seperti dikutip dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 pasal 54 menjelaskan bahwa peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan.
2.      Pembahasan
Sejalan dengan konsep undang-undang serta pemikiran dari John M. Kohen dan Soegarda Poerbakawatja mengenai partisipasi masyarakat yang tidak hanya berupa finansial semata, melainkan keikutsertaan masyarakatlah yang menjadikan pendidikan di sekolah semakin berkualitas. Pemerintah menyerukan dan menekankan bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, orang tua dan masyarakat. Oleh karena itu, masyarakatpun harus turut dilibatkan dalam kegiatan pendidikan seperti melaporkan kepada orang tua apabila ada anak yang dikenalnya menyimpang yang tentu saja penyimpangan tersebut dilakukan berada di luar sekolah dan di luar rumah. Masyarakat wajib menjaga kebersihan di sekitar lingkungan sekolah, menjaga ketertiban dan keamanan, menyediakan tempat pendidikan seperti gedung-gedung museum, perpustakaan, panggung-panggung kesenian, dan sebagainya, menyediakan berbagai sumber untuk sekolah seperti aspek alami, industri, perumahan, transportasi, perkebunan, pertambangan dan sebagainya dan juga menjaga silaturahmi dengan warga sekolah demi kenyamanan bersama. Selanjutnya, partisipasi dari pihak institusional juga sangat diharapkan dalam hal pemenuhan kebutuhan tenaga kerja serta tempat magang bagi anak-anak yang ingin mendapatkan berbagai pengalaman.
Tidak hanya itu saja, pihak dari sekolahpun juga harus dapat menarik minat masyarakat untuk turut serta dalam setiap kegiatan pendidikan di sekolah. Penarikan minat di sini seperti mengadakan pertemuan dengan aparat desa setempat, bersosialisasi mengenai inovasi-inovasi pendidikan, mengundang kepala polisi untuk menyampaikan materi tentang bahaya narkoba pada saat upacara berlangsung, mengadakan bakti sosial, jalan sehat pada saat ulang tahun sekolah, menampilkan pentas seni dari para siswa dan sebagainya. Hal tersebut dilakukan, tentu saja untuk menjalin kerjasama yang baik antara pihak sekolah dengan masyarakat.
3.      Penutup
Kerjasama yang baik antara sekolah dan masyarakat dapat terbentuk apabila ada yang namanya peraturan yang mengikat dan kesadaran dari masing-masing pihak baik dari pihak sekolah maupun dari masyarakat itu sendiri. Pendidikan yang baik bagi seorang anak tidak hanya di sekolah saja, melainkan pendidikan yang terbaik apabila anak mendapatkan pendidikan informal yang optimal, pendidikan formal yang membangun karakter siswa, dan pendidikan non formal bagi anak yang tidak mampu bersekolah di sekolah non formal. Pendidikan adalah hak bagi semua orang. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan sesuai dengan jenjang seusianya. Karena itu, kerjasama yang bersifat membangun antara sekolah dengan orang tua dan masyarakat perlu ditingktakan. Sekolah tidak akan pernah ada tanpa adanya masyarakat, begitu juga dengan masyarakat yang tidak akan pernah maju tanpa adanya pendidikan di sekolah-sekolah. Oleh karena itu, dukungan satu sama lain sangat diharapkan demi tercapainya tujuan yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Suryosubroto. 2012. Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat (School Public Relation). Jakarta: Rineka Cipta
Nawawi, Hadari. 1989. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas. Jakarta: Haji Masagung
Rahman, Maman. 1997. Manajemen Kelas. Semarang: Bagian Proyek Pengembangan, Pendidikan Guru Sekolah Dasar Depdikbud




No comments:

Post a Comment