PARTISIPASI
MASYARAKAT DALAM KEGIATAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH
Diana
Tri Lestari
Program
Studi Manajemen Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Surabaya
dianatrilestari07@gmail.com
1. Latar Belakang
Perkembangan dunia yang begitu pesatnya membuat sebagian bahkan seluruh
orang berubah menjadi pribadi yang cenderung peduli dengan pribadinya
masing-masing dengan kata lain pemenuhan kebutuhan akan cenderung semakin
meningkat seperti pada teori hierarki kebutuhan manusia Abraham Maslow yang
meliputi kebutuhan fisik (Physical needs), kebutuhan akan keselamatan
dan rasa aman (Security and safety), kebutuhan rasa memiliki dan cinta
kasih (love and beloging), kebutuhan akan kehormatan diri (respect of
self exteem), kebutuhan akan pengetahuan dan pemahaman (knowledge and
understanding), kebutuhan akan keindahan dan aktualisasi diri (beauty
and self actualization) yang kesemua teori tersebut menyatakan bahwa
kebutuhan manusia selalu dinamis dan tidak puas untuk selalu memenuhi keinginan
dalam kehidupannya (M. Rahman, 1997: 187-189). Hal tersebut dapat diperkuat
dengan gaya hidup yang cenderung hedonisme sehingga cara apapun ditempuh dalam
memenuhi sifat dari hedonisme
itu sendiri, tidak hanya itu dalam
bermasyarakatpun orang-orang lebih cenderung untuk bisa hidup dengan
ketentraman dan kenyamanan melalui penyekatan rumah-rumah dengan dinding maupun
pagar yang membuat mereka lebih terisolasi dari dunia luar dan tidak ingin
diganggu akan privasi mereka. Keadaan yang demikian biasanya dapat dijumpai di
daerah perkotaan dengan aktivitas manusia yang padat. Keadaan yang seperti itu
dapat berpengaruh juga dalam dunia pendidikan seperti pada pengambilan rapot
siswa yang bertujuan untuk mendekatkan para wali siswa dengan sekolah,
terkadang orang tua lebih memilih untuk diwakilkan seperti diwakilkan
ponakannya, pembantunya, sopirnya dan lain-lain hal, dari pada mereka datang
sendiri. Pengambilan rapot dapat diwakilkan apabila anak tersebut memang
benar-benar tidak mempunyai orang tua kandung dikarenakan anak tersebut yatim
piatu.
Berdasarkan permasalahan tersebut dapat mengakibatkan kesenjangan, tidak
hanya dalam tatanan bermasyarakat melainkan dalam tatanan pendidikan untuk anak
mereka sendiri. Misalnya orang tua cenderung pasif dalam setiap kegiatan di
sekolah yang melibatkan seluruh komponen sekolah baik internal yang cenderung
dari dalam sekolah itu sendiri seperti guru beserta staff karyawan, maupun
faktor eksternal yaitu mulai dari orang tua yang berperan aktif, masyarakat setempat,
instansi-instansi yang terkait. Oleh karena itu dalam meminimalisir pengaruh
yang tidak baik tersebut alangkah lebih baiknya apabila masyarakat khususnya
orang tua siswa sendiri ikut aktif bersama dengan sekolah membina dan
membimbing peserta didik agar dalam kegiatan belajar mengajar dapat
terealisasikan dengan baik.
Realisasi yang dimaksud di sini yaitu realisasi yang berhubungan dengan
peran aktif masyarakat atau partisipasi masyarakat dalam setiap kegiatan
pendidikan di sekolah yang oleh pihak sekolah realisasi atau aspirasi
masyarakat dijembatani oleh program-program yang telah dibuat oleh wakil kepala
sekolah bidang kehumasan. Selain itu, realisasi juga dapat membentuk suatu
kerjasama antara sekolah dan juga masyarakat yang dalam hal ini diwakilkan oleh
orang tua peserta didik secara keseluruhan. Lebih jelasnya mengenai kehumasan
itu sendiri, berikut penjelasannya:
A. Pengertian Humas
Istilah hubungan masyarakat atau public relations
pertama kali dikemukakan oleh Presiden Amerika Serikat, Thomas Jefferson, pada
tahun 1807. Pada waktu itu yang dimaksud dengan public relation adalah foreign
relation atau hubungan luar negeri.
Menurut
Glen dan Denny Griswold
Glen dan
Denny Griswold menyatakan bahwa ublic relation is the management function
which evaluates public attitudes, identified the policies, and prosedures of an
individual or organization with public interest, and execules a program of
action to earn public understanding and acceptance (humas merupakan fungsi
manajemen yang diadakan untuk menilai dan menyimpulkan sikap publik,
menyesuaikan kebijaksanaan dan prosedur instansi atau organisasi dengan
kepentingan umum, serta menjalankan suatu program untuk mendapatkan pengertian
dan dukungan masyarakat).
Menurut
Oemi Abdurrahman
Oemi
Abdurrahman menjelaskan bahwa humas adalah kegiatan untuk menanamkan dan
memperoleh pengertian, dukungan, kepercayaan, serta penghargaan pada dan dari
publik suatu badan pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Menurut
Edward L. Bernays
Edward L.
Bernays mengatakan bahwa hubungan masyarakat mempunyai tiga pengertian, yaitu:
a. Memberikan
penerangan kepada masyarakat
b. Membujuk
masyarakat untuk mengubah sikap dan tindakannya
c. Mengusahakan
untuk mengintegrasikan sikap dan tindakan perusahan dengan masyarakat dan
sebaliknya, masyarakat dengan prusahaan
B. Pengertian
publik
NIELS MULDER
Publik adalah pihak yang menerima, dan karena
pembangunan ekonomi adalah tujuan kebijakan yang paling menonjol, maka bisnis
dan negara atau politik uanglah yang menjadi pemain utama dalam gelanggang
politik.
IMMANUEL KANT
Publik bukan lagi para pejabat atau institusi politis,
melainkan masyarakat warga (civil society) yang kritis dan berorientasi pada
kepentingan moral universal umat manusia
SUKADJI G
Publik adalah sejumlah orang, yang dalam kesempatan
tertentu, di tempat tertentu, akan berkomunikasi dengan kita
LATIPAH
HENDRATI
Publik adalah komunitas masyarakat tertentu
I. BAMBANG SUGIHARTO & AGUS RACHMAT W
Publik adalah segala hal serentak bukan apap pun juga,
kekuatan yang paling berbahaya serentak sesuatu yang paling tak bermakna, orang
bisa saja bicara atas nama publik, tetapi tetap publik itu bukan sosok nyata
siapa pun
C. Peran publik
dalam pendidikan
Pasal 188 (2) PP Nomor 17 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, peran serta masyarakat telah
dirumuskan sebagai berikut. Masyarakat menjadi sumber, pelaksana, dan pengguna
hasil pendidikan. Oleh karena itu, masyarakat mempunyai peran dalam
bentuk (a) penyediaan sumber daya pendidikan, (b) penyelenggaraan satuan
pendidikan, (c) penggunaan hasil pendidikan, (d) pengawasan penyelenggaraan
pendidikan, (e) pengawasan pengelolaan pendidikan, (f) pemberian pertimbangan
dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada pemangku kepentingan pendidikan
pada umumnya; dan/atau (g) pemberian bantuan atau fasilitas kepada satuan
pendidikan dan/atau penyelenggara satuan pendidikan dalam menjalankan
fungsinya. Cukup banyak dan beragam kemungkinan peran yang dapat ditunaikan
oleh masyarakat dalam urusan pendidikan.
Pasal 188 (1) bahwa ”Peran serta masyarakat meliputi
peran serta perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha,
dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu
pelayanan pendidikan”. Bahkan dalam Pasal 188 (4) dinyatakan bahwa peran serta
masyarakat secara khusus dapat disalurkan melalui dewan pendidikan tingkat
nasional, dewan pendidikan tingkat provinsi, dewan pendidikan tingkat kabupaten/kota,
komite sekolah, dan atau organ representasi pemangku kepentingan satuan
pendidikan.
D.
Realisasi
kerja sama sekolah dengan masyarakat
1.
Kerjasama
sekolah dengan orang tua siswa
a.
Dasar
dan tujuan kerja sama sekolah dengan orang tua siswa
1)
Kesamaan
tanggung jawab
Di dalam GBHN ditegaskan bahwa pendidikan adalah
tanggungjawab bersama antara pemerintah, orang tua dan masyarakat. Pemerintah
mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, mulai taman kanak-kanak sampai denga
universitas. Sementara itu, pihak yang bertanggung jawab mendidik adalah guru,
mulai guru taman kanak-kanak sampai dengan guru besar di universitas.
2)
Kesamaan
tujuan
Para orang tua menghendaki putra-putri mereka menjadi
warga negara atau manusia yang baik dan berguna bagi negara dan bangsa. Dmikian
pula dengan guru. Para guru menghendaki siswa mereka menjadi manusia yang sehat
jasmani dan rohani, terampil serta berguna bagi negara dan bangsa.
b.
Tujuan
kerjasama sekolah dengan orang tua siswa
1)
Saling
membantu dan saling mengisi
Anak lebih lama berada di rumah dari pada di sekolah.
Oleh karena itu, proses pendidikan di rumah dan di sekolah harus diselaraskan.
Jangan sampai di sekolah dibina dan di tertibkan, tetapi selama tujuh belas jam
di rumah dibiarkan atau sebaliknya.
Hendaknya guru selalu memberikan informasi kepada
orang tua siswa menegnai segi-segi positif dan negatif anak mereka. Informasi
tersebut dapat diberikan secara tertulis maupun lisan melalui kunjungan guru
kepada orang tua siswa. Dengan mengetahui kekuranagn atau kelemahan sang anak,
guru bersama orang tua siswa dapat melakukan pembinaan semestinya.
2)
Membantu
keuangan dan barang
Orang tua siswa yang mengetahui berbagai kekurangan
sarana sekolah dapat memberikan bantuan, baik berupa uang maupun barang, baik
sendiri-sendiri maupun melalui organisasi BP3 (Badan Pembantu Penyelenggaraan
Pendidikan).
3)
Mencegah
perbuatan yang kurang baik
Manusia tidaklah sempurna, begitu juga dengan segala
kelemahan dan kekurangan, mungkin anak akan berbuat sesuatu yang dapat
mengganggu stabilitas lingkungan. Namun, orang tua dan guru dapat bersama-sama
mencegah usaha yang tidak baik tersebut dengan cara memberi petunjuk dan
bimbingan kepada sang anak.
4)
Membuat
rencana yang baik untuk anak
Melalui kelebihan atau bakat yang dimiliki anak, guru
bersama orang tua membuat rencana pengembangan lebih lanjut, misalnya
mengembangkan bakat olahraga, seni tari, seni musik, dan seni lukis.
2.
Teknik
Kerja Sama Sekolah dengan Orang Tua Siswa
a.
Melalui
Badan Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan (BP3)
Orang tua siswa menyatukan diri dalam satu organisasi
BP3. BP3 adalah sebuah organisasi yang berusaha membantu penyelenggaraan
pendidikan di sekolah. Sekolah dapat menyampaikan kekurangan-kekurangan program
tahunan sekolah kepada BP3 dan BP3 berusaha membantu menyukseskan
program-program sekolah
b.
Melalui
pertemuan penyerahan buku laporan pendidikan
Pembagian buku laporan pendidikan (rapor) setiap
caturwulan dilaksanakan melalui pertemuan antara orang tua dan guru. Orang tua
sebaiknya tidak mewakilkan kepada orang lain karena dalam acara tersebut kepala
sekolah atau wali kelas akan memberikan penjelasan tentang prestasi dan
kelemahan para siswanya.
c.
Melalui
ceramah ilmiah
Ceramah ilmiah sebaiknya dihadiri para orang tua siswa
dan guru. Isi ceramah disesuaikan dengan kepentingan perkembangan siswanya,
misalnya masalah kenakalan remaja, masalah anak lambat belajar, serta masalah
anak pembohong dan pemalas.
3.
Bidang
kerja sama sekolah dengan orang tua siswa
a.
Bidang
Pendidikan Mental
Anak sering mengalami kesulitan belajar. Penyebabnya
bermacam-macam, misalnya rumah tangga orang tuanya kacau, anak tinggal bersama
ibu atau ayah tiri, dan ayah jarang pulang ke rumah. Situasi rumah tangga yang
kurag baik sangat mempengaruhi sikap anak di sekolah, misalnya anak menjadi pemurung
atau frustasi. Oleh sebab itu, kondisi seperti itu harus dihilangkan dan
diusahakan agar tidak mengganggu perkembanga kepribadian anak.
b.
Bidang
Pengembangan Bakat
Anak mungkin memiliki bakat tertentu, misalnya bakat
seni, teknik atau sastra. Bakat tersebut perlu segera diketahui sehingga
melalui bidang studi yang sesuai dengan bakat anak, guru dan orang tua siswa
dapat bersama-sama membina dan mengembangkan bakat anak tersebut.
c.
Bidang
Pengajaran
Sebaiknya, setiap hari guru menugasi anak untuk mengerjakan
pekerjaan rumah (PR). Oleh karena itu, orang tua harus membantu menjelaskan
hal-hal yang belum diketahui anak. Jika belum mengerti tugas yang dibebankan
kepada anak, orang tua harus bertanya kepada guru sehingga orang tua dapat
membantu kelancaran belajar anak mereka.
d.
Bidang
Kebudayaan
Permasalahan yang ditekankan dalam bidang kebudayaan
adalah penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Di sekolah anak diberi
pelajaran bahasa Indonesia yang baik, tetapi kalau kondisi di rumah tidak
mendukung, tentu perkembangan bahasa anak akan jelek. Oleh karena itu, orang
tua harus berbahasa Indoensia yang baik dan benar agar situasi rumah dan
sekolah sama.
Demikian pula dalam pembinaan kebersihan dan
keindahan. Hendaknya diusahakan agar siswa tampil serasi. Berpakaian tidak
harus mahal, tetapi yang terpenting bersih. Pada peringatan hari besar
nasional, misalnya diusahakan siswa mengenakan pakaian nasional.
4.
Kerjasama
Sekolah dengan Masyarakat Luas
a.
Dasar
dan Tujuan Kerjasama Sekolah dengan Masyarakat
1.
Dasar
Kerjasama Sekolah dengan Masyarakat
a)
Kesamaan
Tanggungjawab
Pada GBHN ditegaskan bahwa pendidikan adalah tanggung
jawab bersama antara pemerintah, orang tua, dan masyarakat. Masyarakat terdiri
atas kelompok-kelompok dari individu-individu yang berusaha menyelenggarakan
pendidikan atau membantu usaha-usaha pendidikan. Komponen masyarakat terdiri
dari berbagai organisasi penyelenggara pendidikan, organisasi keagamaan,
organisasi kepramukaan, organisasi politik, organisasi sosial, organisasi olahraga,
atau organisasi kesenian yang bergerak dalam usaha pendidikan. Organisasi
masyarakat juga terdapat individu-individu atau pribadi-pribadi yang bersimpati
terdapat pendidikan di sekolah.
b)
Kesamaan
Tujuan
Sekolah menghendaki agar para siswanya kelak menjadi
manusia pembangun yang pancasialais. Masyarakat juga menghendaki agar semua
warga negara menjadi manusia pembangun yang pancasilais. Individu yang pancasilais
diharapkan datang dari sekolah. Oleh karena itu, antara sekolah dan masyarakat
harus mempunyai kesamaan tujuan.
2.
Tujuan
Kerjasama Sekolah dengan Masyarakat
a)
Saling
Membantu dan Saling Mengisi
Waktu belajar siswa di sekolah sangat terbatas, yaitu
tujuh jam. Waktu senggang di luar sekolah dapat dimanfaatkan untuk berbagai
kegiatan atau organisasi, misalnya kegiatan kepramukaan, keolahragaan,
kesenian, dan keagamaan. Selain itu, masyarakat dapat pula menyelenggarakan
pendidikan yang bersifat spesialisasi, misalnya pendidikan keahlian. Alangkah
baik jika program-program yang telah disusun dikonsultasikan terlebih dahulu
dengan pihak sekolahtempat anggota masyarakat belajar.lebih baik lagi jika
program tersebut disusun bersama, misalnya dalam rangka mengisi waktu libur
atau waktu senggang lainnya.
Jadwal yang ketata, misalnya sejak anak bangun hingga
tidur kembali, dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan
keribadian dan kemampuan seerti yang dituntut GBHN. Perkembangan tersebut
diprogramkan oleh dan untuk masyarakat, yang juga dituntut GBHN. Program
bersama yang ketat tidak memberi kesempatan kepada sang anak untuk berbuat
kurang baik sebab kelelahan setelah mengikuti kegiatan-kegiatan positif membuat
sang anak akan segera beristirahat.
Bermain piano, menabuh gamelan, serta berolahraga
karate, judo, sepak bola, dan sebagainya adalah kegiatan positif. Pelajaran
tersebut mungkin sudah diberikan di sekolah, tetapi karena waktunya sangat
terbatas, yang diberikan tentu hanya dasar-dasarnya. Oleh karena itu,
masyarakatlah yang bertugas memperdalam pengetahuan dan keterampilan anak.
b)
Membantu
Keuangan, Bangunan, dan Barang
Pendidikan yang baik membutuhkan ruang belajar, alat
bantu, dan dana yang cukup. Dana yang terdapat di sekolah biasanya terbatas,
yaitu dari anggaran rutin, SPP, dan proyek Pelita, untuk sekolah yang sedang
mendapat alokasi dan subsidi anggaran dari pemerintah.
Untuk mengatasi hal itu, masyarakat dapat membantu
sekolah melalui BP3. Anggota masyarakat yang berminat dan bersimpati dapat
memberikan bantuan kepada sekolah, misalnya berupa alat bantu pendidikan, uang
dan buku perpustakaan.
b.
Bidang
Kerjasama Sekolah dengan Masyarakat
1)
Bidang
Pendidikan Moral Pancasila
Pendidikan Moral Pancasila harus diajarkan sejak taman
kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Penghayatan terhadap nilai-nilai Pancasila
tidak hanya dilaksanakan di sekolah, tetapi juga dapat dilaksanakan di rumah
karena anak lebih banyak berada di
masyarakat dari pada di sekolah.
2)
Bidang
Pendidikan Olahraga
Manusia Pancasilais seperti yang dicita-citakan GBHN
adalah manusia yang sehat dan jasmani dan rohani. Karena pembinaan olahraga di
sekolah sangat terbatas, latihan-latihan sebagai penambahan dan pengembangan
jasmani perlu diadakan di lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, berbagai
perkumpulan olahraga yang tergabung dalam KONI sangat bermanfaat untuk
mempercepat proses pembinaan jasmani, misalnya melalui PBSI, PBVSI, Pelti,
PASI, dan PSSI.
3)
Bidang Pendidikan Kesenian
Bidang kesenian sangat diperlukan. Oleh karena itu
berbagai perkumpulan kesenian yang terdapat di lingkungan masyarakat sangat
membantu proses pembinaan kecintaan anak terhadap kesenian.
4)
Bidang
Pendidikan Anak-anak Berkelainan
Anak-anak yang mengalami hambatan dalam belajar juga
perlu mendapat bantuan khusus. Oleh karena itu, masyarakat dapat membantu
mereka dengan jalan membentuk organisasi-organisasi sosial, sekolah luar biasa,
atau bantuan khusus kepada mereka
5)
Bidang
Pendidikan Keterampilan
Pendidikan keterampilan membutuhkan waktu lama karena
jumlah jam pelajaran keterampilan di sekolah tidak memungkinkan sehingga
dibutuhkan kerjasama yang erat dengan berbagai organisasi dalam masyarakat.
5.
Bentuk
Partisipasi Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Partisipasi masyarakat sering
diartikan sebagai sumbangan tenaga, ide, uang, atau barang dalam rangka
menyukseskan program atau proyek pembangunan. Partisipasi masyarakat diartikan
seberapa besar tenaga, ide dana, atau barang yang dapat disediakan sebagai sumbangan
atau kontribusi masyarakat kepada proyek-proyek pemerintah.
Menurut Soegarda Poerbakawatja
(1981: 251), partisipasi adalah suatu gejala demokrasi tempat orang-orang
diikutsertakan dalam perencanaan dan pelaksanaan segala sesuatu yang berpusat pada
berbagai kepentingan. Orang-orang juga ikut memikul tanggungjawab sesuai dengan
tingkat kematangan dan tingkat kewajiban mereka. Partisipasi dilakukan dalam
bidang fisik maupun bidang materiil serta dalam bidang penentuan kebijaksanaan.
John M. Kohen (1977: 7)
mengemukakan bahwa partisipasi adalah keterlibatan di dalam proses pembuatan
keputusan, pelaksanaan program, pengambilan manfaat, dan pengevaluasian hasil.
Sementara itu, Uphof menyatakan bahwa partisipasi adalah keterlibatan
masyarakat didalam pengambilan keputusan, penentu kebutuhan, penarikan manfaat,
dan pengevaluasian program (Fund Fachrudin, 1992:8).
Berdasarkan beberapa pendapat
yang telah dikemukakan di atas, beberapa hal yang perlu diperhatikan masyarakat
dalam berpartisipasi terhadap suatu program adalah:
a.
Partisipasi
dalam proses perencanaan atau pembuatan keputusan;
b.
Partisipasi
dalam pelaksanaan program;
c.
Partisipasi
dalam pemanfaatn hasil;
d.
Partisipasi
dalam pengevaluasian program
Selain
partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan umum pendidikan secara umum, terdapat
pula partisipasi masyarakat dalam pendidikan secara khusus, misalnya pelaksanaan
program muatan lokal. Pelaksanaan program muatan lokal adalah keikutsertakan
anggota masyarakat dalam kegiatan pencetusan ide, perencanaan program,
pemecahan dan pengevaluasian masalah, serta pelaksanaan program muatan lokal.
Berdasarkan pengertian yang sudah
dijelaskan oleh para ahli beserta karakteristik kerjasama sekolah dengan orang
tua dan masyarakat, partisipasi orang tua dan masyarakat dalam kegiatan
pendidikan serta bentuk-bentuk kerjasama sekolah dengan orang tua dan masyarakat,
maka dalam kehidupan yang selalu dinamis ini masih banyak orang tua, keluarga,
masyarakat yang masih pasif dalam kegiatan pendidikan di sekolah anak-anak
mereka. Padahal pengaruh keluarga terhadap sekolah sangatlah besar yang dapat diibaratkan
seperti rumah dan sekolah yang merupakan dua jalan yang mempunyai satu tujuan
dalam pendidikan seorang anak. Banyak hal yang telah dipelajari seorang anak di
rumah, sebelum dan selama tahun-tahun bersekolah. Belajar yang dilakukan di
rumah itu, berlangsung melalui bahasa yang didengarnya, tingkah laku yang
dilihat dan ditirunya serta nilai-nilai yang diharuskan dan dimengerti atau
diterimanya. Semuanya itu mewarnai tingkah laku dan kegiatannya di
kelas/sekolah.
Hal tersebut juga membawah anak pada
kebiasaan-kebiasaan yang diperolehnya di lingkungan keluarga sebagai hasil dari
proses sosialisasi yang dilakukannya dalam bentuk meniru, mengadaptasi dan
menseleksi tingkah laku dan setiap anggota keluarga, terutama dari kedua orang
tuanya sesuai dengan kepentingan dan kemampuannya. Permasalahan yang dapat kita
ambil disini yakni apabila sedari kecil anak tidak menjumpai kedua orang tua
mereka berada diantara mereka karena alasan materi yang dicari dan juga orang
tua mereka tanpa bisa mengatur waktu dengan baik, maka yang terjadi ialah anak
akan cenderung memiliki perilaku yang menyimpang. Anak akan merasakan yang
namanya ketidakperhatian orang tua terhadap mereka, sehingga anak tersebut akan
cenderung mencari perhatian di luar orang tua mereka seperti berbuat nakal
terhadap teman sekelasnya, sengaja terlambat agar dihukum, sengaja usil dengan
guru dan tindakan-tindakan yang akan merugikan diri sendiri dan juga orang lain.
Selain itu, masih banyak kenakalan remaja yang dilakukan diluar sekolah
diantaranya memakai narkoba, minum-minuman keras, dan bermain dengan para
wanita yang tidak baik. Oleh karena itu, partisipasi dari orang tua di rumah
dan juga tempat mendidik pertama dan utama mempunyai peran yang amat besar
untuk menghiasi karakter dari anak tersebut. Selain itu, tidak hanya dari orang
tua saja yang ikut serta dalam kegiatan pendidikan, seperti dikutip dalam Undang-Undang Republik
Indonesia No 20 tahun 2003 pasal 54 menjelaskan bahwa peran serta masyarakat
dalam pendidikan meliputi peran serta perseorangan, kelompok, keluarga,
organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan dalam
penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan.
2.
Pembahasan
Sejalan dengan konsep undang-undang
serta pemikiran dari John M. Kohen dan Soegarda Poerbakawatja mengenai
partisipasi masyarakat yang tidak hanya berupa finansial semata, melainkan
keikutsertaan masyarakatlah yang menjadikan pendidikan di sekolah semakin
berkualitas. Pemerintah
menyerukan dan menekankan bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara
pemerintah, orang tua dan masyarakat. Oleh karena itu, masyarakatpun harus
turut dilibatkan dalam kegiatan pendidikan seperti melaporkan kepada orang tua
apabila ada anak yang dikenalnya menyimpang yang tentu saja penyimpangan
tersebut dilakukan berada di luar sekolah dan di luar rumah. Masyarakat wajib
menjaga kebersihan di sekitar lingkungan sekolah, menjaga ketertiban dan
keamanan, menyediakan tempat pendidikan seperti gedung-gedung museum,
perpustakaan, panggung-panggung kesenian, dan sebagainya, menyediakan berbagai
sumber untuk sekolah seperti aspek alami, industri, perumahan, transportasi,
perkebunan, pertambangan dan sebagainya dan juga menjaga silaturahmi dengan
warga sekolah demi kenyamanan bersama. Selanjutnya,
partisipasi dari pihak institusional juga sangat diharapkan dalam hal pemenuhan
kebutuhan tenaga kerja serta tempat magang bagi anak-anak yang ingin
mendapatkan berbagai pengalaman.
Tidak
hanya itu saja, pihak dari sekolahpun juga harus dapat menarik minat masyarakat
untuk turut serta dalam setiap kegiatan pendidikan di sekolah. Penarikan minat
di sini seperti mengadakan pertemuan dengan aparat desa setempat,
bersosialisasi mengenai inovasi-inovasi pendidikan, mengundang kepala polisi
untuk menyampaikan materi tentang bahaya narkoba pada saat upacara berlangsung,
mengadakan bakti sosial, jalan sehat pada saat ulang tahun sekolah, menampilkan
pentas seni dari para siswa dan sebagainya. Hal tersebut dilakukan, tentu saja
untuk menjalin kerjasama yang baik antara pihak sekolah dengan masyarakat.
3.
Penutup
Kerjasama
yang baik antara sekolah dan masyarakat dapat terbentuk apabila ada yang
namanya peraturan yang mengikat dan kesadaran dari masing-masing pihak baik
dari pihak sekolah maupun dari masyarakat itu sendiri. Pendidikan yang baik
bagi seorang anak tidak hanya di sekolah saja, melainkan pendidikan yang
terbaik apabila anak mendapatkan pendidikan informal yang optimal, pendidikan
formal yang membangun karakter siswa, dan pendidikan non formal bagi anak yang
tidak mampu bersekolah di sekolah non formal. Pendidikan adalah hak bagi semua
orang. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan sesuai dengan jenjang
seusianya. Karena itu, kerjasama yang bersifat membangun antara sekolah dengan
orang tua dan masyarakat perlu ditingktakan. Sekolah tidak akan pernah ada
tanpa adanya masyarakat, begitu juga dengan masyarakat yang tidak akan pernah
maju tanpa adanya pendidikan di sekolah-sekolah. Oleh karena itu, dukungan satu
sama lain sangat diharapkan demi tercapainya tujuan yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Suryosubroto. 2012. Hubungan
Sekolah Dengan Masyarakat (School Public Relation). Jakarta: Rineka Cipta
Nawawi, Hadari. 1989. Organisasi
Sekolah dan Pengelolaan Kelas. Jakarta: Haji Masagung
Rahman, Maman. 1997. Manajemen
Kelas. Semarang: Bagian Proyek Pengembangan, Pendidikan Guru Sekolah Dasar Depdikbud
No comments:
Post a Comment