BAB
1
PENDAHULUAN
A.Konteks
Penelitian
Sekolah merupakan tempat siswa atau
peserta didik mengemban ilmu serta melaksanakan kegiatan pembelajaran dalam
rangka mengembangkan kepribadian, keterampilan serta pengetahuan. Salah satu
yang menunjang berlangsungnya kegiatan peserta didik tersebut agar berlangsung
secara efektif dan efisien adalah asrama. Asrama merupakan suatu tempat
penginapan yang ditujukan untuk anggota suatu kelompok, umumnya murid-murid
sekolah.Alfin Toffler (dalam Kusmintardjo,1993)
memberikan batasan asrama sekolah sebagai berikut: “Asrama adalah
suatu tempat tinggal bagi anak-anak dimana mereka diberi pengajaran atau bersekolah”. Dengan demikian asrama sekolah dapat diartikan sebagai suatu tempat di mana para siswa bertempat tinggal dalam jangka waktu yang relatif tetap bersama dengan guru sebagai pengasuhnya yang memberikan bantuan kepada para siswa dalam proses pengembangan pribadinya melalui proses penghayatan dan pengembangan nilai budaya.
suatu tempat tinggal bagi anak-anak dimana mereka diberi pengajaran atau bersekolah”. Dengan demikian asrama sekolah dapat diartikan sebagai suatu tempat di mana para siswa bertempat tinggal dalam jangka waktu yang relatif tetap bersama dengan guru sebagai pengasuhnya yang memberikan bantuan kepada para siswa dalam proses pengembangan pribadinya melalui proses penghayatan dan pengembangan nilai budaya.
Masalah merupakan kesenjangan yang terjadi
ketika hasil yang didapat tidak sesuai dengan harapan. Begitu juga yang terjadi
dalam asrama. Masalah yang muncul dalam asrama sekolah sebagian besar adalah
masalah yang terjadi akibat pelanggaran-pelaanggaran tata tertib. Tidak hanya
itu terkadang fasilitas yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang
disosialisasikan atau tidak mendukung sehingga peserta didik kurang nyaman
untuk bertempat tinggal di asrama tersebut.
Seiring berjalannya waktu masalah yang
terjadi dalam asrama tidak bisa dibiarkan begitu saja. Manajemen Layanan Khusus
ditetapkan dan diorganisasikan untuk memudahkan atau memperlancar pembelajaran,
serta dapat memenuhi kebutuhan khusus siswa di sekolah. Diantaranya meliputi:
manajemen layanan bimbingan konseling, layanan perpustakaan sekolah, layanan
kesehatan, layanan asrama, dan manajemen layanan kafetaria/kantin sekolah.
Layanan-layanan tersebut harus di kelola secara baik dan benar sehingga dapat
membantu memperlancar pencapaian tujuan pendidikan di sekolah. Menurut
Kusmintardjo (1992:1) sekolah tidak akan berfungsi jika tidak ada sesuatu yang
membuatnya berfungsi. Dalam sebuah pendidikan harus mempunyai unsur-unsur salah
satunya yaitu Menejemen Layanan Khusus. Dengan begitu Manajemen Layanan Khusus
sangat penting dalam pendidikan khususnya diterapkan dalam sebuah sekolah untuk
mengatur berbagai layanan yang menunjang segala bentuk kegiatan yang ada
disekolah.
Untuk mengetahui realisasi kegiatan
Manajemen Layanan Khusus berjalan dengan baik dan dapat diterapkan sesuai
dengan esensinya di sekolah, peneliti
akan melakukan observasi atau penelitian. Penelitian atau observasi tersebut
akan peneliti
lakukan di Pondok Pesantren
Daarul Muttaqien Surabaya, dengan mengambil tema “Pengelolaan
Asrama Pondok Pesantren Daarul Muttaqien”. Pondok Pesantren ini berada di
kawasan permukiman mewah di Surabaya Barat, seperti Darmo Satelit, Darmo
Permai, dan Citra Land. Kecuali itu, cukup dekat dengan jantung kota Surabaya,
dan transportasinya mudah dijangkau, karena berada di Jl. Raya Manukan Raya dan
Candi Lontar, serta dekat terminal bemo Manukan. Pondok Pesantren Daarul
Muttaqien merupakan pondok pesantren paling bontot yang pernah ada di Jawa
Timur. Pondok pesantren ini dibangun sejak tahun 16 Juni 2002 dan diresmikan
pada tahun 2009. Pondok pesantren ini Menggabungkan dua wajah, menerapkan
sistem pendidikan umum dan modern. Pondok Pesantren Daarul Muttaqien ini
dipimpin oleh KH Achmad Shofwan Lc. Ponpes Darul Muttaqien memiliki beragam
fasilitas, salah satunya yakni asrama putri dan putra berlantai III mampu
menampung 500 santri. Untuk itu disini peneliti akan membahas mengenai
“Pengelolaan Asrama di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien.”manajemen layanan
khusus atau pengelolaan terhadap asrama
di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan
pernyataan dari Konteks Penelitian maka fokus penelitian yang akan dibahas
adalah :
1. Bagaimana gambaran
kondisi asrama di Pondok
Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya?
2. Bagaimana
pengadaan asrama di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya?
3. Bagaimana
pengelolaan asrama di Pondok
Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya?
4. Bagaimana
administrasi keuangan di
asrama Pondok
Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya?
5. Apa
saja yang menjadi permasalahan dalam pengelolaan asrama di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya?
6. Bagaimana
upaya-upaya pihak yayasan dalam mengatasi permasalahan asramadi Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan
pembahasan dalam fokus penelitian maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk
mengetahui gambaran kondisi asrama Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya
2. Untuk
mengetahui pengadaan asrama Pondok
Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya
3. Untuk
mengetahui pengelolaan asramaPondok
Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya
4. Untuk
mengetahui administrasi keuangan dalam pengelolaan asrama di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya
5. Untuk
mengetahui apa saja yang menjadi pemasalahan dalam pengelolaan asrama di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya
6. Untuk
mengetahui bagaimana upaya-upaya pihak yayasan dalam mengatasi permasalahan asrama
di Pondok Pesantren Daarul
Muttaqien Surabaya
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
A.
Manajemen
Layanan Khusus
Manajemen
layanan khusus di sekolah ditetapkan dan diorganisasikan untuk memudahkan atau
memperlancar pembelajaran, serta dapat memenuhi kebutuhan khusus siswa di
sekolah. Diantaranya meliputi: manajemen layanan bimbingan konseling, layanan
perpustakaan sekolah, layanan kesehatan, layanan asrama, dan manajemen layanan
kafetaria/kantin sekolah. Layanan-layanan tersebut harus di kelola secara baik
dan benar sehingga dapat membantu memperlancar pencapaian tujuan pendidikan di
sekolah.Kusmintardjo (1992:4), pelayanan khusus atau pelayanan bantuan
diselenggarakan di sekolah dengan maksud untuk memperlancar pelaksanaan
pengajaran dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.
Pada
hakekatnya, untuk mempermudah penyelenggaraan kegiatan layanan khusus kepala
sekolah dituntut memiliki kemampuan menerapkan pendekatan psikologis didalam
mengadministrasian personal. Para petugas kesehatan, pekerja kafetaria, dan
petugas bimbingan, serta personel lainnya, harus merasa bahwa mereka merupakan
bagian yang penting dari penyelenggaraan sekolah secara keseluruhan. Kepala
sekolah harus membantu staf non-edukatif untuk
mencapai sikap tersebut, dengan memberikan kesempatan berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan.
B.
Prinsip-Prinsip
Layanan Khusus Sekolah
Prinsip-prinsip
layanan khusus sekolah terdiri atas prinsip-prinsip yang berhubungan dengan
siswa, pembimbing dan orgnisasi dan administrasi.
1. Prinsip-prinsip
yang berhubungan dengan siswa yang dibimbing:
a. Pelayanan
bimbingan harus diberikan kepada seluruh peserta.
b. Harus
ada kriteria untuk mengatur prioritas layanan bimbingan kepada siswa.
Diperlukan suatu alat pengukur yang cermat agar dapat dibedakan siswa yang mana
yang harus didahulukan.
c. Program
bimbingan hrus dipusatkan kepada siswa.
d. Pelayanan
bimbingan harus dapat memenuhi kebutuhan kebutuhan individu yang bersangkutan.
e. Keputusan
terakhir dalam proses bimbingan ditentukan oleh individu yang dibimbing.
Pembimbing bertugas membantu siswa untuk menenggulangi masalah dengan berbagai
alternatif keputuasan, sehingga pengembalian keputusan pada siswa sendiri.
f. Individu
yang mendapat bimbingan harus dapat berangsur-angsur dapat membingan dirinya sendiri.
2.
Prinsip-prinsip
yang berhubungan dengan pembimbing:
a. Petugas-petugas
bimbingan harus melakukan tugasnya sesuai dengan kemampuan dan kewajiban
masing-masing.
b. Petugas-petugas
bimbingan di sekolah dipilih atas dasar kualifikasi keperibadian, pendidikan,
pengalaman dan kemampuan.
c. Petugas
bimbingan harus mendapat kesempatan untuk memperkembangkan diri serta
kealhlliannya melalui berbagai latihan.
d. Petugas
bimbingan hendaknya mempergunakan informasi yang tersedia mengenai individu
yang dibimbing beserta lingkungannya sebagai bahan untuk membuat individu yang
bersangkutan kea rah penyesuaian diri yang lebih baik.
e. Petugas
bimbingan harus menghormati dan menjaga kerahasiaan informasi tentang individu
yang dibimbing.
f. Petugas-petugas
bimbingan hendaknya mempergunakan berbagai jenis metode dan teknik yang tepat
dalam melaksanakan tugasnya.
g. Petugas-petugas
bimbingan hendaknya memperhatikan dan mempergunakan hasil penelitian dalam
bidang minat kemampuan dan hasil belajar individu untuk kepentingan perkembangn
kurikulum sekolah.
C.
Layanan
Asrama Sekolah
Asrama
adalah suatu tempat penginapan yang ditujukan untuk anggota suatu kelompok,
umumnya murid-murid sekolah. Asrama biasanya merupakan sebuah bangunan dengan
kamar-kamar yang dapat ditempati oleh beberapa penghuni di setiap kamarnya.
Alfin
Toffler (dalam Kusmintardjo, 1993) memberikan batasan asrama sekolah (school-house)
sebagai berikut: “Asrama
adalah suatu tempat tinggal bagi anak-anak dimana mereka diberi pengajaran atau
bersekolah”. Dengan demikian asrama sekolah dapat diartikan sebagai suatu
tempat di mana para siswa bertempat tinggal dalam jangka waktu yang relatif
tetap bersama dengan guru sebagai pengasuhnya yang memberikan bantuan kepada
para siswa dalam proses pengembangan pribadinya melalui proses penghayatan dan
pengembangan nilai budaya.
Tujuan
diselenggarakannya asrama sekolah secara umum adalah untuk menunjang
keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan di sekolah, sedangkan secara khusus
tujuan penyelenggaraan asrama adalah sebagai berikut:
a. Menanamkan
rasa disiplin pada diri siswa.
b. Membiasakan
para siswa untuk mecintai belajar bersama-sama dengan teman sebayanya.
c. Membantu
para siswa agar dapat menyesuaikan diri pada kehidupan sosial dalam lingkungan sebayanya.
d. Membantu
para siswa dalam proses pengembangan pribadinya melalui penghayatan dan
pengembangan nilai- nilai kecerdasan dan ketrampilan.
Ada dua
aspek yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan asrama sekolah, yaitu: aspek
sarana (hardware), dan aspek
pengelola asrama (software).
1.
Pengelolaan Sarana Fisik (hardware)
Agar pengelolaan asrama sekolah dapat berjalan dengan
lancar, diperlukan fasilitas-fasilitas yang menunjang penyelenggaraan asrama,
misalnya: pengadaan sarana yang sangat diperlukan untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan belajar, bermain, makan, dan sebagainya.
Di samping itu hal yang juga perlu diperhatikan adalah
pengaturan sarana serta lokal asrama. Di dalam upaya mengatur sarana dan
lokal-lokal tersebut, hendaknya pertimbangan lebih difokuskan pada gagasan agar
kegiatan-kegiatan yang dilakukan di tempat-tempat itu masing-masing dapat
mencapai hasil yang maksimal. Jangan sampai terjadi kegiatan-kegiatan yang satu
dapat menghambat kemajuan kegiatan lain yang juga sama pentingnya. Selain itu
ada juga beberapa hal yang harus diperhatikan dalam kehidupan di asrama
sekolah, diantaranya:
a)
Memberikan kesempatan untuk mengembangkan
bakat-bakat, seperti bakat kesenian dan bakat-bakat di bidang lain, dari
penghuni asrama sekolah.
b)
Memberikan kesempatan yang cukup
untuk mengerjakan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianut oleh
para penghuni asrama.
c)
Memberikan kesempatan kepada para
penghuni asrama untuk bergaul dengan masyarakat atau organisasi/perkumpulan di
luar asrama, sehingga mereka terbiasa dalam pergaulan di luar asrama, misalnya
melalui pertandingan persahabatan dalam bidang olahraga, dan sebagainya.
2.
Aspek Pengelola Asrama (software)
Yang dimaksud pengelola asrama adalah pengurus asrama
dan pelaksana asrama sekolah. Pengurus asrama dapat berjumlah 5 sampai 7 orang,
yang terdiri atas guru dan anggota Dharma Wanita sekolah yang bersangkutan
serta diketuai oleh wakil kepala sekolah (urusan kesiswaan). Masa kerja
pengurus asrama dapat 3-5 tahun, dan setelah itu perlu ada pilihan lagi. Karena
pengurus asrama ini merupakan salah satu bagian dari system sekolah,
maka pengurus asrama dalam melaksanakan kegiatannya bertanggung jawab langsung
kepada kepala sekolah. Sedangkan pelaksana asrama terdiri atas pegawai tetap
sekolah yang berkantor dan bertempat tinggal di asrama. Mereka dibantu oleh
beberapa pembantu pelaksana operasional yang bertugas dalam bidang kebersihan
dan keamanan.
Adapun tugas dari pengelola asrama sekolah adalah
sebagai berikut:
a.
Membuat peraturan-peraturan penyelenggaraan
asrama
1)
Menentukan beberapa syarat dalam
penerimaan (atau pelepasan) para siswa untuk dapat diterima sebagai penghuni
asrama sekolah.
2)
Menentukan biaya yang minimum (tidak
komersial) dalam arti bahwa penentuan tarif biaya disini adalah untuk
mendidik para penghuni asrama agar dapat bertanggung jawab, mandiri dan mengahargai
diri.
3)
Menentukan waktu pembayaran sewa,
misalnya ditarik setiap satu semester sekali atau setiap bulan.
4)
Mengatur atau memberi sanksi kepada
penghuni asrama yang melanggar peraturan.
b.
Menyusun rencana anggaran belanja
untuk pengelolaan pertahun
a.
Menentukan besarnya biaya untuk
pemeliharaan gedung, termasuk pengecatan dan perbaikan kerusakan-kerusakan
ringan.
b.
Menentukan besarnya biaya untuk
menjaga kebersihan gedung da halaman asrama sekolah termasuk peralatannya;
c.
Membuat peraturan yang berkaitan dengan
keamanan asrama sekolah, misalnya:
a.
Kunci kamar harus disimpan di kantor
asrama, apabila penghuni hendak pergi ke sekolah atau bepergian untuk suatu
keperluan, dan sebaiknya di kantor asrama disediakan tempat kunci tersendiri
yang masing-masing kunci diberi kode monor kunci.
b.
Membuat jadwal piket jaga asrama
sekolah secara bergiliran selama 24 jam, dimana masing-masing 6 jam.
d.
Menyusun peraturan yang berkaitan
dengan hak dan kewajiban petugas pelaksana termasuk pembantu-pembantunya.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A.
Pendekatan dan Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian
kualitatif.Karena data dan informasi yang peneliti kumpulkan lebih banyak
bersifat keterangan-keterangan atau penjelasan yang bukan berbentuk
angka.Menurut M. Nazir (1986:159) pendekatan
kualitatif adalah suatu pendekatan dalam melakukan penelitian yang beroriantasi
pada gejala-gejala yang bersifat alamiah karena orientasinya demikian, maka
sifatnya naturalistik dan mendasar atau bersifat kealamiahan serta tidak bisa
dilakukan di laboratorium melainkan harus terjun di lapangan. Oleh sebab itu,
penelitian semacam ini disebut dengan field study.
Peneliti menggunakan teknik
wawancara dalam memperoleh semua sumber yang dibutuhkan sebagai dasar acuan
dalam penelitian.Diharapkan setelah melalui wawancara dengan para informan data
yang diberikan lengkap mengenai pengelolaan Pondok Pesantren Daarul Muttaqien
Surabaya. Adapaun kendala yang ada di lapangan diantaranya pengurusan ijin di Pondok
Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya karena waktu yang tidak memungkinkan
terhadap observasi yang dilakukan untuk mengetahui proses pengelolaan asrama
dengan baik. Oleh karena itu, peneliti melakukan pendekatan interview
(wawancara) kepada pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan Pondok
Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya khususnya pengelola pondok
pesantren.Peneliti juga menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan
sebelumnya, kemudian peneliti mengembangkan pertanyaan tersebut berdasarkan
situasi dan kondisi yang ada di lapangan. Setelah itu, peneliti akan
menggunakan data-data sekunder seperti dokumen, foto-foto dan alat yang
menunjuang lainnya dalam melengkapi observasi peneliti.
B. Kehadiran Peneliti
B. Kehadiran Peneliti
Peneliti melakukan observasi
mengamati dengan cermat terhadap obyek penelitian. Untuk memperoleh data
tentang penelitian ini, pertama-tama peneliti
terjun langsung ke lapangan untuk memperoleh data sesuai dengan ciri
penelitian kualitatif. Sebelum peneliti hadir di lapangan peneliti memperoleh
izin terlebih dahulu dari pihak-pihak atau instansi-instansi terkait yang
bertanggungjawab sesuai dengan prosedur yang berlaku. Peneliti hadir sebagai
pewancara atau pengumpul data tanpa mempengaruhi kehidupan yang diteliti. Peneliti
memilih sekolah atau Yayasan Pondok Pesantren Daarul Muttaqien untuk dijadikan
acuan dalam pengambilan data-data, karena menurut peneliti Yayasan ini memiliki
karakteristik yang unik dengan penyebutan nama Murobby untuk ustadz dan ustadzah yang mengurusi pondok pesantren tersebut, tidak hanya itu Yayasan Pondok Pesantren Daarul Muttaqien ini dipimpin oleh K.H Achmad Shofwan Lc.ini memakai pola perpaduan antara
pesantren salaf dan modern.
Kiai Shofwan mengatakan, para santri Daarul Muttaqien akan dibekali pengetahuan dan keterampilan
yang berhubungan dengan masalah kemandirian. Ini guna menciptakan lapangan
kerja. Selain yang lebih utama santri ditanamkan akhlak mulia, berbuat adil,
toleran (tasamuh), serasi (tawazun) dan terhindar dari sifat
ekstrim (tathorruf) dalam mengabdikan diri kepada agama, masyarakat,
nusa dan bangsa.
Sedangkan tujuan khusus pendidikan mendorong para santri
mampu berbahasa Arab dengan baik dan benar, sebagai alat untuk mengkaji ilmu
Islam. Sehingga bisa membaca dan memahami Al Qur’an,
sunnah, kitab kuning, berakhlakul karimah dan terampil dalam urusan
duniawi-ukhrowi.
C.
Lokasi Penelitian
Penelitian
ini terletak di daerah Surabaya tepatnya di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya. Pondok pesantren ini juga berada di kawasan permukiman
mewah di Surabaya Barat, seperti Darmo Satelit, Darmo Permai, dan Citra Land.
Kecuali itu, cukup dekat dengan jantung kota Surabaya, dan transportasinya
mudah dijangkau, karena berada di Jl. Raya Manukan Raya dan Candi Lontar, serta
dekat terminal bemo Manukan.
Berikut
peneliti sajikan denah Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya yang diambil
dari google map.
Gambar 3.1 Arah menuju Pondok Pesantren
Pondok Pesantren Daarul Muttaqien merupakan pondok
pesantren modern di surabaya. Pondok pesantren tersebut dikelola dan
dikembangkan oleh satu keluarga yakni mulai dari ketua yayasan atau pemimpin
yayasan, pengurus dan pengelola yayasan lainnya tidak lain adalah satu anggota
keluarga. Pendiri atau ketua yayasan adalah K.H Achmad shofwan Lc. Itu
merupakan keunikan tersendiri dari Pondok Pesantren Daarul Muttaqien. Alasan
itulah yang menarik peneliti untuk melaksanakan observasi
di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien.
D.
Sumber Data
Sumber data untuk kepentingan analisis
dalam penelitian ini dibagi dalam dua kategori, yakni : pertama, sumber bahan
cetak (kepustakaan), meliputi buku teks, dokumen-dokumen kurikulum, makalah,
klipping, jurnal, surat kabar, situs internet, dan lain-lain, yang menjelaskan
tentang manajemen Pondok Pesantren
Daarul Muttaqien Surabaya.
Kedua,
sumber responden (human resources)dipilih
secara purposive sampling, yang
didasarkan pada: (a) memainkan peran penting di sekolah, (b)
memiliki pengetahuan yang berharga sesuai dengan kajian penelitian, (c)
memiliki keinginan bekerja sama dan berbagi informasi tentang kajian
penelitian. Selain itu, peneliti juga menggunakan snowball technique, yakni dengan menghubungi beberapa narasumber,
yang kemudian ditanya tentang narasumber lain yang potensi seperti Ketua Pondok Pesantren
Daarul Muttaqien Surabaya, Pimpinan
Yayasan Pondok Pesantren
Daarul Muttaqien Surabaya, pengawas
Yayasan Pondok Pesantren
Daarul Muttaqien Surabaya, begitu seterusnya sampai semua data yang dibutuhkan
untuk mengetahui konsepsi dan implementasi model pengembangan budaya demokrasi
konstitusional dalam perspektif school-based democracy education
terkumpul.
E.
Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan
data dan informasi dalam penelitian ini dilakukan dengan berbagai cara dan teknik
yang berasal dari berbagai sumber. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan
data dan informasi yang digunakan adalahwawancara, observasi, dan studi
dokumentasi.
a.
Wawancara
Wawancara dilakukan dengan tujuan
menggali manajemen layanan khusus Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya. Bersandar pada klasifikasi Patton
(Moleong, 2008:187-188) bahwa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Pertama, wawancara percakapan
informal (the informal conversation
interview), ialah wawancara yang sepenuhnya didasarkan pada susunan
pertanyaan spontan ketika interaksi berlangsung khususnya pada proses observasi
partisipatif di lapangan. Terkadang
orang yang diwawancarai tidak diberitahu bahwa mereka sedang diwawancarai.
Kedua, wawancara umum dengan
pendekatan terarah (the general interview
guide approach), ialah jenis wawancara yang menggariskan sejumlah isu yang
harus digali dari setiap responden sebelum wawancara dimulai. Pertanyaan yang
diajukan tidak perlu dalam urutan yang diatur terlebih dahulu atau dengan
kata-kata yang dipersiapkan. Panduan wawancara memberikan checklist selama
wawancara untuk meyakinkan bahwa topik-topik yang sesuai telah terakomodasi.
Peneliti menyesuaikan baik urutan pertanyaan maupun kata-kata untuk responden
tertentu.
Ketiga, wawancara terbuka yang baku
(the standardized open-ended interview),
meliputi seperangkat pertanyaan yang secara seksama disusun dengan maksud untuk
menjaring informasi mengenai isu-isu yang sesuai dengan urutan dan kata-kata
yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Jenis wawancara yang dijelaskan di atas
digunakan oleh peneliti untuk memperoleh informasi dari subjek penelitian,
sesuai dengan permasalahan yang dirumuskan. Seringkali peneliti sendiri
melakukan intervensi dan mendesakkan pendapat para narasumber agar informasi
yang diperoleh terjamin reliabilitasnya.
b.
Observasi
Observasi ini dilakukan untuk
mendapatkan data dan fakta tentang manajemen layanan khusus asrama.
Orientasinya menyangkut pengembangan materi, metode, media, evaluasi dan semua
fenomena aktivitas yang berkait dengan pembelajaran manajemen layanan khusus di
Pondok
Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya; melalui potret iklim budaya Pondok
Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya, dan kegiatan ekstrakurikuler dalam
kehidupan Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya. Observasi partisipan
dan non-partisipan dilakukan peneliti secara berulang sesuai konteks
permasalahan yang dikaji diatas. Observasi yang dilakukan secara berulang ini
pun bertujuan agar responden terbiasa, sehingga dapat berperilaku sewajarnya
dan mengungkap budaya yang sesungguhnya (tidak dibuat-buat). Untuk kepentingan
dalam penelitian ini, maka observasi ini dilakukan perekaman dan pemotretan
yang akan dijadikan bahan analisis lebih lanjut.
c.
Studi Dokumentasi
Peneliti memanfaatkan sumber-sumber
berupa catatan dandokumen (non human
resources) untuk pengembangan analisis kajian. Sebagaimana Lincoln dan Guba
(1985:276-277) menjelaskan bahwa catatan dan dokumen ini dapat dimanfaatkan
sebagai saksi dari kejadian-kejadian tertentu atau sebagai bentuk
pertanggungjawaban.
Kajian dokumen difokuskan pada aspek
materi dan substansi yang terkait dengan asrama dalam manajemen layanan khusus.Dokumen-dokumen
itu adalah kurikulum Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya, Dokumen
Pembelajaran, Jurnal, Profil Sekolah, Tata Tertib Sekolah, dan sebagainya yang
mendukung informasi dan data kajian.
F.
Analisis Data
Data yang telah peneliti
kumpulkan selama mengadakan penelitian perlu diolah dan dianalisis dengan penuh
ketelitian, keuletan dan secara cermat sehingga mendapatkan suatu kesimpulan
tentang obyek-obyek penelitian yang baik. Menurut kasiram (2008:127)
data yang terkumpul tanpa dianalisis menjadi tidak bermakna, tidak berarti,
menjadi data yang mati dan tidak berbunyi. Oleh karena itu, analisis data ini
untuk memberi arti, makna, dan nilai yang terkandung dalam data. Dapat
disimpulkan bahwa analisis data merupakan suatu cara untuk mengelolah,
mengamati dan memaparkan data secara sistematis dan terorganisir.
Suatu penelitian yang efektif dan efesien, bila semua data yang dikumpulkan
dapat dianalisis dengan teknik analisis tertentu. Itulah kirahnya, pada saat
merancang penelitian, sudah harus dipikirkan data yang akan dikumpulkan dan
teknik analisis data yang akan digunakan. Adapun analisis yang digunakan adalah
analisis data non statistik atau biasa disebut dengan data
kualitatif yang secara umum, pedoman
yang digunakan dalam analisis data secara kualitatif berdasar pada pola
berpikir ilmiah, yang mempunyai ciri; sistematis dan logis. Orang bisa mulai
dari data-data konkrit, kemudian dihubungkan dengan dalil-dalil umum, yang
sudah dianggap benar. Ini disebut analisis secara induksi. Sebaliknya orang
bisa mulai dari dalil-dalil umum, postulat atau paradigma tertentu, kemudian
menghubungkan dengan data-data empiris, sebagai pangkal tolak mengambil
kesimpulan. Ini disebut analisis secara deduksi.
G.
Pengecekan Keabsahan Data
Untuk menetapkan
keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik
pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteri
tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (credibility),
keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability),
dan kepastian (confirmability).
Berikut ikhtisar yang terdiri dari kriteria yang
diperiksa dengan satu atau beberapa teknik pemeriksaan tertentu.
Tabel 3. 1 Teknik Pemeriksaan
KRITERIA
|
TEKNIK PEMERIKSAAN
|
Kredibilitas
(derajat kepercayaan)
|
(1)
Perpanjangan keikutsertaan
(2)
Ketekunan pengamatan
(3)
Triangulasi
(4)
Pengecekan sejawat
(5)
Kecukupan referensial
(6)
Kajian kasus negatif
(7)
Pengecekan anggota
|
Kepastian
|
(8)
Uraian rinci
|
Kebergantungan
|
(9)
Audit kebergantungan
|
Kepastian
|
(10)
Audit kepastian
|
Berdasarkan tabel keabsahan data di atas peneliti menggunakan teknik :
a.
Ketekuanan pengamatan
Ketekunan
pengamat bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang
sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian
memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Hal itu berarti bahwa
peneliti hendaknya mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara
berkesianambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol.
b.
Triangulasi
Triangulasi
adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain.
Di duar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap
data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan
melalui sumber lainnya. Denzin (1978) membedahkan empat macam triangulasi
sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik
dan teori.
c.
Pengecekan Anggota
Pengecekan
dengan anggota yang terlibat dalam proses pengumpulan data sangat penting dalam
pemeriksaan derajat kepercayaan. Yang dicek dengan anggota yang terlibat
meliputi data, kategori analitis, penafsiran dan kesimpulan.
H.
Tahap-Tahap
Penelitian
1. Perencanaan
Observasi
Perencanaan
merupakan suatu kegiatan untuk menerka, menentukan serta menetapkan rancangan kegiatan agar
sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Perencanaan biasanya dilakukan di awal kegiatan dalam upaya
meminimalisir adanya kesenjangan dan ketidaksesuaian proses pelaksanaan dengan
tujuan yang ingin dicapai.
Dalam kegiatan
observasi atau penelitian perencanaan merupakan tahap yang paling penting dan
sangat berpengaruh terhadap jalannya proses observasi. Oleh karena itu
perencanaan dilaksanakan diawal kegiatan sebelum melaksanakan observasi.
Perencanaan dalam kegiatan observasi atau penelitian yang akan peneliti lakukan diantaranya :
1. Menentukan
tema mengenai observasi yang akan dilaksanakan
2. Menentukan
objek yang akan di observasi
3. Menentukan
metode penelitian yang nantinya akan diterapkan dalam observasi
4. Menyiapkan
pertanyaan-pertanyaan yang nantinya akan
digunakan dalam sesi wawancara didasarkan pada tema dan objek yang akan di
observasi
5. Membuat
proposal penelitian sebagai pedoman objek yang akan diobservasi dalam
mempersiapkan kegiatan observasi.
6. Membuat
surat izin observasi
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan
merupakan kegiatan realisasi dari perencanaan yang dilakukan sebelumnya.
Melalui pelaksanaan peneliti dapat mengetahui bagaimana realisasi atau
implementasi perencanaan yang telah dirancang apakah sesuai dengan perencanaan
yang telah disusun ditetapkan atau tidak.
Dalam kegiatan observasi
pelaksanaan merupakan tahap yang paling berpengaruh terhadap hasil dari
observasi apakah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai atau tidak. Kegiatan
pelaksanaan dalam observasi meliputi :
1. Terjun
langsung ke lapangan penelitian atau objek penelitian yang telah ditetapkan.
2. Melakukan
kegiatan observasi sesuai dengan metode penelitian yang telah direncanakan
sebelumnya yaitu melalui teknik pengumpulan data Meliputi :
1. wawancara
: memberikan beberapa pertanyaan kepada narasumber atau informan sesuai dengan
tema yang telah direncanakan sebelumnya.
2. Studi
dokumentasi : memanfaatkan sumber-sumber berupa catatan dandokumen (non human resources) untuk pengembangan
analisis kajian. Dalam pengambilan dokumentasi disesuaikan dengan tema yang
telah direncanakan.
3. Hasil
Hasil merupakan
realisasi dari pelaksanaan dalam kegiatan observasi. Dalam kegiatan observasi
hasil sangat menentukan dari semua tahap-tahap penelitian yang telah dilakukan.
Pada hakikatnya hasil akan menentukan apakah perencanaan yang telah ditetapkan
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai atau ditetapkan. Hasil nantinya akan di
realisasikan berupa laporan penelitian yang disusun dan dibukukan sebagai bukti
dari kegiatan observasi tersebut.
BAB
IV
PAPARAN
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Profil Pondok
Pesantren Daarul Muttaqien
Pondok
Pesantren ini berada di kawasan permukiman mewah di Surabaya Barat, seperti
Darmo Satelit, Darmo Permai, dan Citra Land. Kecuali itu, cukup dekat dengan
jantung kota Surabaya, dan transportasinya mudah dijangkau, karena berada di Jalan Raya Manukan Raya dan Candi
Lontar, serta dekat terminal bemo Manukan. Pondok Pesantren Daarul Muttaqien
merupakan pondok pesantren paling bontot yang pernah ada di Jawa Timur. Pondok
pesantren ini dibangun sejak tahun 16 Juni 2002 dan diresmikan pada tahun 2009.
Pondok pesantren ini Menggabungkan dua wajah, menerapkan sistem pendidikan umum
dan modern. Pondok Pesantren Daarul Muttaqien ini dipimpin oleh KH Achmad Shofwan
Lc.
B.
Sejarah Terbentuknya Pondok Pesantren Daarul Muttaqien
Pesantren paling bontot yang pernah
ada di Jawa Timur. Sejak 16 Juni 2002, Kota Surabaya memiliki pondok pesantren
(ponpes) baru, yakni Darul Muttaqien. Ponpes yang terletak di Jl. Candi Lontar
ini, berbeda dengan pesantren lama yang lebih kental dengan sistem
salafiyahnya. Ponpes Darul Muttaqien memilih terobosan baru. Menggabungkan dua
wajah, menerapkan sistem pendidikan umum dan modern. Ponpes Darul Muttaqien ini
dipimpin oleh KH Achmad Shofwan Lc.
Kiai Shofwan mengatakan, para
santri Darul Muttaqien akan dibekali pengetahuan dan keterampilan yang
berhubungan dengan masalah kemandirian. Ini guna menciptakan lapangan kerja.
Selain yang lebih utama santri ditanamkan akhlak mulia, berbuat adil, toleran (tasamuh),
serasi (tawazun) dan terhindar dari sifat ekstrim (tathorruf)
dalam mengabdikan diri kepada agama, masyarakat, nusa dan bangsa. Sedangkan
tujuan khusus pendidikan mendorong para santri mampu berbahasa Arab dengan baik
dan benar, sebagai alat untuk mengkaji ilmu Islam. Sehingga bisa membaca dan
memahami Al Quran, sunnah, kitab kuning, berakhlakul karimah dan terampil dalam
urusan duniawi-ukhrowi.Ponpes Darul Muttaqien memiliki beragam fasilitas
masing-masing mushala, asrama putri berlantai III mampu menampung 500 santri,
gedung sekolah, balai kesehatan, koperasi, kantor, laboratorium bahasa,
komputer, perpustakaan, kantin, guest house untuk wali santri, agrobisnis,
sarana olahraga dan lainnya.Sedangkan program sekolah yang ditawarkan adalah
kajian kitab agama Islam dalam bentuk pondok pesantren terpadu, taman
pendidikan Alquran, pendidikan formal seperti play group/TK, SD, SLTP/MTsN,
SMU/MA (full day school) dan perguruan tinggi.
Selain itu, terdapat pembinaan dan
pengembangan bahasa Arab dan Inggris, wiraswasta, majelis ta'lim, dakwah
Islamiyah, seminar, kursus, perbankan (Bank Muamalat Islam), manajemen,
wiraswasta dan lainnya. Yayasan Ponoes ini independen tidak
berada di bawah satu golongan tertentu, melainkan dia atas semua golongan. Sehingga
semua lapisan masyarakat bisa datang belajar di Darul Muttaqien.Yayasan ini
memakai pola perpaduan antara pesantren salaf dan modern. Ditambah keterampilan
khusus pengembangan agrobisnis dan agroindustri.Pondok pesantren ini juga
berada di kawasan permukiman mewah di Surabaya Barat, seperti Darmo Satelit,
Darmo Permai, dan Citra Land. Kecuali itu, cukup dekat dengan jantung kota
Surabaya, dan transportasinya mudah dijangkau, karena berada di Jl. Raya
Manukan Raya dan Candi Lontar, serta dekat terminal bemo Manukan.
C. Paparan Data
Peneliti
mendeskripsikan hasil temuan di lapangan berdasarkan pada fokus gambaran
kondisi Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya, pengadaan pondok pesantren
Daarul Muttaqien Surabaya, pengelolaan Pondok PesantrenDaarul Muttaqien
Surabaya, administrasi keuangan di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya,
permasalahan yang ada di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya, upayapihak
yayasan dalam mengatasi permasalahan Pondok PesantrenDaarul Muttaqien Surabaya.
Informasi yang diperoleh
dari proses observasi, dokumentasi dan wawancara diharapkan dapat memberikan
gambaran bagaimana situasi dan kondisi Pondok Pesantren Daarul Muttaqien
Surabaya.
Informan utama dari penelitian ini adalah Ketua Yayasan Daarul
Muttaqien, akan tetapi karena informan utama ada halangan yang tidak
memungkinkan informan ini hadir. Oleh karena itu, informan utama di wakilkan
oleh Bapak Kamal Izzi selaku wakil ketua yayasan yang menangani masalah
pendidikan non formal yang diberi wewenang sebagai pengurus Pondok Pesantren
Daarul Muttaqien dan juga selaku menantu dari Ketua Yayasan Daarul Muttaqien
Surabaya. Bapak Kamal adalah seorang pengurus yayasan yang mengerti dan paham
benar mengenai pengelolaan Pondok Pesantren Daarul Muttaqien ini, sehingga
melalui informan utama inilah semua gambaran kondisi mengenai Pondok Pesantren
Daarul Muttaqien dapat terjawab dengan
baik, selain itu kami melakukan pewancara dengan salah satu Murobby Mu’in selaku koodinator Murobby dan
juga bertanggung jawab pondok pesantren.
Bapak
Kamal menanyai kami lebih detail perihal observasi yang diadakan atau dilakukan
saat itu, kemudian Bapak
Kamal memperkenalkan dirinya dan mulai bercerita mengenai latar belakang Pondok PesantrenDaarul Muttaqien. Kami mulai bertanya atau
melakukan wawancara terhadap Bapak
Kamal mengenai pengelolaan Pondok
PesantrenDaarul Muttaqien.
1.
Gambaran kondisi Pondok Pesantren Daarul Muttaqien
Surabaya
Kondisi
merupakan suatu keadaan yang ada pada suatu tempat yang dapat dinilai, seperti dalam
kondisi Pondok Pesantren Daarul Muttaqien yang terlihat kekeluargaan, saling
berbagi kasih dan gotong royong. Berikut
paparan yang disampaikan wakil ketua yayasan yang juga menantu
dari ketua dan pemilik yayasan:
“Kami menciptakan kondisi lingkungan yang bersifat
kekeluargaan, berbagi kasih, tolong menolong dan juga gotong royong yang
terlaksana di dalam lingkup Pondok Pesantren Daarul Muttaqien ini, karena
mereka jauh dari orang tua dan orang tua mereka juga sudah memasrahkan anaknya
untuk dididik di lingkungan pondok pesantren ini.”
2. Pengadaan
Pondok Pesantren Daarul
Muttaqien Surabaya
Pengadaan biasanya dapat berupa
sarana prasarana yang ada di lingkungan pondok pesantren untuk kenyamanan
penghuni Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya, seperti pemaparan berikut:
“Kami biasanya melakukan pemeriksaan, mencatat sarana
prasarana yang dibutuhkan pada saat siswa tersebut masuk ke pondok pesantren,
jadi kami bisa dipastikan kami melakukan pengadaan pondok pesantren pada saat
siswa sudah ditetapkan resmi menjadi penghuni pondok pesantren.”
Adapun tujuan dari pengadaan Pondok Pesantren Daarul
Muttaqien ini yang disampaikan oleh Bapak Kamal selaku informan utama:
“Tujuan dari adanya asrama ini
sendiri yaitu untuk memandirikan siswa, mendisiplinkan siswa dan memperdalam ilmu keagamaan siswa melalui
kegiatan mengaji (Qur’an),
sholat lima
waktu, sholat tahajjud dan masih banyak lagi. Dimana kegiatan siswa berlangsung
mulai pukul empat
sore (setelah pulang sekolah) sampai subuh. Kegiatan asrama dilakukan mulai pukul empat sore karena yayasan
menerapkan full day school. Selain itu asrama ini hanya ditujukan kepada
siswa SMP saja tidak untuk siswa SD karena memang emosionalnya belum bisa
diatur atau masih labil serta masih perlu bimbingan orang tua. Sehingga asrama
ini hanya ditujukan kepada siswa SMP baik putri maupun putra mulai dari kelasVII, VIII maupun IX SMP.”
Berikut akan disajikan paparan tambahan yang ada di
Pondok Pesantren Daarul Muttaqien oleh Bapak Kamal:
“Karena di sini masih dalam rangka
pembangunan jadi daya tampung yang ada di asrama ini masih sedikit. Untuk
asrama putri hanya dua
kamar dan asrama putra ada empat
kamar. Untuk asrama putri jumlah penghuni asrama hanya sepuluh sampai lima belassiswa, yaknisatu kamar diisi lima sampai tujuh siswa. Sedangkan jumlah penghuni
asrama putra sekitar lima puluh siswa,yakni satu kamar berisi sekitar sepuluh sampai lima belas siswa. Jadi di asrama
ini siswa tidak diwajibkan atau diharuskan untuk menetap di asrama melainkan
bagi mereka yang ingin mandiri dan lebih memperdalam ilmu keagamaan (mengajidan
lain-lain) di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien. Di Pondok PesantrenDaarul
Muttaqien ini juga membuka kesempatan bagi mereka yang ingin memperdalam ilmu
agamanya, jadi asrama tidak hanya untuk siswa dari Pondok PesantrenDaarul Muttaqien
melainkan juga untuk umum. Tetapi ada tempat tersendiri yang dikhususkan untuk
umum. Seperti yang saya katakan tadi”.
3.
Pengelolaan Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya
Sekolah
Daarul Muttaqien atau yang biasa disebut Pondok PesantrenDaarul Muttaqien
merupakan sekolah swasta SDIT dan SMP
terpadu yang dinaungi oleh yayasan yang diasuh atau dikelola oleh satu keluarga
dalam artian yang mengelola Pondok PesantrenDaarul Muttaqien adalah semua
anggota keluarganya sendiri. Jadi bisa disebut yayasan dikelola oleh keluarga
sendiri, dimana pendiri yayasannadalah Bapak K.H Achmad Sofwan yang juga
sebagaipembimbing ibadah haji dan umrah.Berikut paparan pertanyaan wawancara
yang disampaikan oleh informan utama:
“Sebenarnya
yayasan ini kami sekeluarga yang mengelola, jadi Bapak K.H Achmad Sofwan
sebenarnya adalah ayah mertua saya, saya sendiri menjabat bagian pendidikan non
formalnya, kemudian adik ipar saya juga salah satu ustadzah di Pondok Pesantren
Daarul Muttaqien ini. Jadi
bisa dibilang yayasan ini seluruhnya dikelola oleh keluarga sendiri.”
4.
Administrasi keuangan dalam pengelolaan Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya
Informasi Pendaftaran Pondok:
-
Pendaftaran :
Rp 50.000,00
-
Infaq Makan/Bulan :
Rp 250.000,00
-
Infaq Pendidikan dan Asrama : Rp 50.000,00
-
Perlengkapan :
Rp 200.000,00
Jumlah :
Rp 550.000,00
Infaq Pondok Setiap Bulan:
-
Infaq Pendidikan dan Asrama : Rp 50.000,00
-
Infaq Makan/Bulan :
Rp 250.000,00
Jumlah :
Rp 300.000,00
5. Pemasalahan
di Pondok Pesantren Daarul
Muttaqien Surabaya
Permasalahan adalah kesenjangan antara kenyataan yang
ada tidak sesuai dengan yang diharapkan. Pondok Pesantren Daarul Muttaqien ini
memiliki sejumlah permasalahan yang harus diselesaikan oleh pihak yayasan
Pondok Pesantren Daarul Muttaqien ini. Diantaranya seperti yang dipaparkan oleh
informan utama yaitu:
“Untuk kendala di siswanya sendiri
biasanya terjadi di awal semester
dimana adanya murid baru di pondok.
Biasanya mereka belum bisa menyesuaikan diri diasrama dan belum bisa mengatur
emosi serta bersosialisasi dengan baik. Karena biasanya yang namanya anak SD
masuk ke SMP apalagi tinggal di asrama perlu meyesuaikan waktu yang sedikit
lama. Jadi kami harus ekstra hati-hati dalam membimbing siswa yang seperti itu.
Jadi kebanyakan kendalanya hanya disitu. Untuk kendala sarana dan prasarananya
karena asrama ini masih dalam rangka pembangunan juga jadi sarana dan
prasarananya masih kurang. Sehingga masih seadanya seperti yang terlihat saat ini.”
6. Upaya
pihak yayasan dalam mengatasi permasalahan di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya
Merujuk permasalahan yang sudah dipaparkan sebelumnya
maka Pondok Pesantren Daarul Muttaqien ini memiliki sejumlah peraturan yang
harus ditaati oleh seluruh warga pondok pesantren ini.
“Iya ada, peraturan yang ditetapkan
antara lain siswa harus manaati peraturan yang telah dibuat seperti jadwal
piket, dan lain-lain. Siswa juga wajib mengikuti
seluruh kegiatan yang dilakukan di ponpes seperti mengaji, sholat tahajjud
berjama’ah dan lain-lain.
Apabila ada siswa yang melanggar maka siswa akan dikenakan hukuman
seperti membaca Al Qur’an tetapi siswa tidak sembarangan membaca Al Qur’an melainkan
harus menggunakan pengeras suara sehingga siswa merasa malu apabila baca’annya
salah dan siswa akan merasa jenuh dan tidak akan mengulangi perbuatannya lagi.”
D. Temuan
Penelitian
Temuan peneliti berdasar hasil penelitian atau paparan
data sebelumnya adalah sebagai berikut:
1. Gambaran kondisi
pondok pesantren Daarul Muttaqien Surabaya
Berdasarkan
kondisi di lapangan yang telah dipaparkan sebelumnya maka dalam hal ini
peneliti mendeskripsikan kondisi lingkungan kekeluargaan yang ada di pondok
pesantren Daarul Muttaqien dengan adanya keterlibatan guru secara langsung
dalam menangani peserta didik yang bermasalah secara personal dan melalui
musyawarah dengan orang tua siswa secara intern dan juga dalam berbagi
kasih sudah dapat dipastikan bahwa dalam hal berbagi kasih semua siswa yang
berada di pondok pesantren Daarul Muttaqien sangat peduli terhadap sesama
dilihat dari Muhrobin yang siap sedia menolong permasalahan siswa pondok
pesantren tersebut,Akan tetapi dalam hal gotong royong peneliti masih
belum menemukan dalam lingkungan pondok pesantren Daarul Muttaqien di karenakan
keterbatasan waktu dalam meneliti hal-hal yang bersifat mendalam.
Peneliti dalam
mengobservasi menemukan kondisi yang nyaman dengan sambutan yang menghangatkan,
karena para pengurus pondok pensatren menerima peneliti dengan tangan terbuka
dan menjelaskan serta menjawab seluruh kebutuhan pertanyaan dari peneliti. Dengan demikian, jelaslah bahwa sistem kekeluargaan
yang diterapkan oleh Pondok Pesantren Daarul Muttaqien ini dapat terealisasi
dengan baik.
Gambar 4.1 Suasana hangat saat sesi wawancara berlangsung
2.
Pengadaan Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya
Berdasarkan beberapa pemaparan yang disampaikan oleh informan
dapat dipastikan bahwa:
Pondok pesantren Daarul Muttaqien ini hanya
diperuntukan untuk siswa SMP dari mulai kelas VII-IX SMP. Jarak antara asrama
putra dan putri terbilang cukup jauh sehingga hal tersebut dapat meminimalisir
hal-hal negatif yang selalu ada di pondok-pondok pada umumnya. Ada sekitar
empat kamar untuk laki-laki dan di setiap kamar terisi sepuluh sampai lima
belas siswa, sedangkan kamar perempuan hanya disediakan dua kamar yang
berisikan lima sampai tujuh siswa. Pada saat ini Pondok Pesantren Daarul
Muttaqien ini sedang mengadakan renovasi bangunan sebagai tempat pondok
pesantren perempuan. Program yang disediakan oleh Pondok Pesantren Daarul
Muttaqien yaitu: sholat dhuha, sholat tahajjud, mengaji, sholat tasbih
dilakukan pada awal bulan Masehi, memperingati hari-hari besar Islam, TPQ,
pengajian umum, dan memperingati milad Pondok Pesantren Daarul Muttaqien.
Berikut salah satu program Pondok Pesantren Daarul
Muttaqien:
Gambar 4.2 Jadwal piket Pondok Pesantren Daarul Muttaqien
Gambar 4.3 Jadwal Baca Yasin Sebelum Subuh
3. Pengelolaan
Pondok Pesantren Daarul
Muttaqien Surabaya
Pondok Pesantren
Daarul Muttaqien ini dikelola oleh keluarga dari Bapak K.H Achmad Sofwan selaku
pimpinan yayasan Daarul Muttaqien beserta seluruh keluarga besarnya.Peneliti menemukan sejumah permasalahan dalam
pengelolaan Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya. Pondok pesantren ini
pada dasarnya kurang lebih sedikit dapat berjalan dengan baik. Hal tersebut dapat diperjelas dengan kondisi
asrama yang telah peneliti
amati di Pondok
Pesantren Daarul Muttaqienbaik kondisi kamar putra maupun putri. Kondisi kamar
yang ada di asrama Pondok Pesantren Daarul Muttaqien menurut kelompok kami
kurang efektif dan kondisinya masih berantakan terutama kamar putra. Hal itu
dapat dikarenakan penghuninya yang masih SMP sehingga masih kurang bisa dalam
mengatur atau menata kamarnya atau karena tidak adanya koordinator yang tepat
dalam mengatur kegiatan siswa di asrama.Peneliti tidak menemukan adanya
permasalahan pada sarana seperti toilet, dapur dan tempat mencuci.
Gambar
4.4 Dapur Gambar 4.5
Kamar Mandi
4. Administrasi
keuangan dalam
pengelolaan Pondok Pesantren
Daarul Muttaqien Surabaya
Berikut
peneliti sajikan Tabel dari Keuangan Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya
Tabel
4.1 Pendaftaran
Pondok Pesantren
Informasi Pendaftaran Pondok Pesantren
|
|
Pendaftaran
|
Rp 50.000,00
|
Infaq Makan/Bulan
|
Rp 250.000,00
|
Infaq Pendidikan dan Asrama
|
Rp 50.000,00
|
Perlengkapan
|
Rp 200.000,00
|
Jumlah
|
Rp 550.000,00
|
Tabel
4.2 Infaq pondok
pesantren
Infaq Pondok Setiap Bulan
|
|
Infaq Pendidikan dan Asrama
|
Rp 50.000,00
|
Infaq Makan/Bulan
|
Rp 250.000,00
|
Jumlah
|
Rp 300.000,00
|
5. Pemasalahan
di Pondok Pesantren Daarul
Muttaqien Surabaya
Berdasarkan
pemaparan data oleh Informan utama maka dapat disimpulkan bahwa Manajemen dalam
pengurusan siswa di pondok pesantren terbilang cukup baik, karena sudah adanya
pembagian wewenang dalam hal membimbing peserta didik terutama peserta didik
kelas VII SMP yang memiliki masa transisi dari masa anak-anak yaitu pada
jenjang sekolah dasar menuju ketingkat masa pubertas.Menurut pendapat peneliti
setelah melakukan observasi dan juga wawancara terhadap subjek yang diteliti maka
manajemen sarana prasana yang ada di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien masih
kurang baik perawatannya maupun penataanya. Hal tersebut dikarenakan adanya
pembangunan (perbaikan) pondok pesantren untuk memperluas wilayah bagian pondok
pesantren. Sarana prasarana yang ada di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien masih
belum memadai, dikarenakan peneliti menemukan sejumlah permasalahan yang ada di
dalam kamar tidur laki-laki dan juga perempuan diantaranya adanya alas tidur
yang masih berupa matras yang menurut peneliti hal tersebut tidak layak
digunakan karena dapat mempengaruhi kondisi kesehatan siswa pondok pesantren
tersebut. Begitupun juga dengan tidak adanya teras untuk keperluan pendidikan
yang memungkinkan siswa pondok pesantren kurang bisa bersantai menenangkan
pikiran setelah beraktivitas di
luar pondok pesantren.
Hal tersebut
bisa dikarenakan pondok
pesantren masih dalam dalam tahap pembangunan seperti
yang dikatakan oleh pengurus yayasan maupun pengurus asrama, dan jugadi Pondok Pesantren
tersebut lebih mengutamakan pendidikan formal dan pendidikan non formalnya.Asrama hanya mendukung kegiatan
formal serta tidak diwajibkan semua siswa untuk tinggal di pondok pesantren dan hanya beberapa
siswa yang mau dalam rangka memperdalam ilmu agama serta memandirikan diri. Hal itu dibuktikan dengan disahkannya pondok
pesantren pada tanggal 11 Oktober 2009.
Gambar 4.6Peresmian Pondok Pesantren Daarul Muttaqien
6. Upayapihak
yayasan dalam mengatasi permasalahan di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya
Pihak Yayasan menerapkan tata tertib bagi yang
melanggar peraturan yang sudah dibuat oleh pihak yayasan pondok pesantren
dengan tujuan mendidik siswa untuk disiplin dan bertanggung jawab dalam setiap
kegiatan yang berlangsung. Tata tertib yang dibuat diantaranya: Apabila siswa
tidak mengikuti kajian kitab dan Jamm’iyah tanpa ijin, maka siswa akan
dikenakan sanksi seperti membaca Al-Quran satu juz dengan pengeras suara atau
membersihkan seluruh asrama (toilet, teras, kamar). Berikut lebih lengkapnya
akan dilampirkan pada Lampiran 1 mengenai tata tertib yang ada di Pondok
Pesantren Daarul Muttaqien dalam rangka meningkatkan kedisiplinan siswa.
BAB V
PEMBAHASAN
A. Pengertian Asrama
Menurut
Toffler, asrama adalah suatu tempat tinggal bagi anak-anak dimana mereka diberi
pengajaran atau bersekolah. Sedangkan menurut Carter V. Good asrama sekolah
merupakan lembaga pendidikan baik tingkat dasar ataupun tingkat menengah yang menjadi
tempat bagi para siswa untuk dapat bertempat tinggal selama mengikuti program
pengajaran. Demikian dapat disimpulkan bahwa
asrama sekolah adalah suatu tempat dimana para siswa bertempat tinggal dalam
jangka waktu yang relative tetap bersama dengan guru sebagai pengasuhnya
yang memberikan bantuan kepada para siswa dalam proses pengembangan pribadinya
melalui proses penghayatan dan pengembangan nilai budaya.
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam mengelola asrama sekolah
adalah sebagai berikut:
1.
Sesuai dengan tujuan
menyelenggarakan asrama
2.
Ide-ide pengelolaan
asrama sekolah tidak akan terlepas dari lokasi, lingkungan dan situasi sekolah.
3.
Dalam asrama sekolah
hendaknya diciptakan suatu suasanahome yaitu suatu situasi dimana para
penghuni asrama merasa berada dirumahnya sendiri, sehingga mereka selalu bersikap
wajar dan merasa turut memiliki asrama tersebut.
4.
Asrama hendaknya
memberikan pengaruh positif dalam pembentukan dan penanaman sikap serta
kebiasaan-kebiasaan yang baik pada diri siswa.
5.
Asrama perlu menetapkan
tata tertib dan disiplin yang disertai dengan usaha pengawasan untuk membantu
pertumbuhan sikap yang baik bagi para penghuniya.
6.
Pengawasan di asrama
hendaknya dilakukan secara bersahabat dan kekeluargaan, sehingga para penghuni
tidak merasa selalu diawasi.
Pada
dasarnyaMenurut F. Patty (1983) dalam Junaidi menyebutkan beberapa fasilitas
yang harus dimiliki asrama sekolah sebagai berikut:
1. Memiliki
kamar tidur yang cukup luas, yang dapat menampung semua penghuni asrama beserta pengawas-pengawasnya, yang jumlahnya
disesuaikan dengan jumlah penghuni.
2. Memiliki
kamar pakaian yang dilengkapi almari pakaian serta rak sepatu/sandal yang
jumlahnya disesuaikan dengan jumlah penghuni, dan apabila tidak mungkin kedua
kamar (kamar tidur dan kamar pakaian) dipisahkan, maka kedua kamar tersebut
dapat disusun menjadi satu kamar dengan pengaturan yang sesuai dengan kebutuhan
dan fungsi masing-masing.
3. Memiliki ruang makan yang dilengkapi dengan
meja dan kursi yang sesuai dengan jumlah penghuni yang menggunakannya.
4. Memiliki
kamar mandi dan WC yang memadai dengan jumlah pemakai (kira-kira satu sampai
lima dari jumlah penghuni), serta dilengkapi dengan peralatan yang sesuai
dengan kebutuhan.
5. Memiliki
kamar belajar yang cukup luas dan dapat diselaraskan dengan kebutuhan belajar
para penghuninya, misalnya apabila asrama diadakan selokasi dengan sekolah,
maka kegiatan belajar dapat dilaksanakan atau menempati kelas-kelas yang ada.
6. Memiliki
tempat mencuci pakaian yang memadai dengan kebutuhan para penghuninya, serta
dengan persediaan air yang cukup dan alat-alat yang diperlukan.
7. Memiliki
halaman yang dapat dipergunakan untuk sekedar rekreasi atau bersantai dikala
istirahat sehabis menjalankan kegiatan yang melelahkan.
8. Memiliki
lapangan olah raga dan atau bangsal olahraga, yang juga dapat dipergunakan
untuk latihan kesenian, senam, dan kegiatan lainya yang memerlukan bangsal.
9. Memiliki
tempat ibadah, yang disesuaikan dengan kebutuhan beribadah para penghuninya.
10. Memiliki
ruang untuk menerima tamu.
11. Memiliki
perpustakaan beserta ruang baca yang memadai.
12. Memiliki
ruangan khusus untuk mereka yang sedang menderita sakit untuk memudahkan
pelayanan dan memungkinkan penularan penyakit dapat dicegah.
B. Pengelolaan Asrama di Pondok Pesantren
Daarul Muttaqien
Berdasarkan
observasi yang telah peneliti lakukan mengenai pengelolaan di Pondok Pesantren
Daarul Muttaqien pada tanggal 12 Maret 2015, maka peneliti dalam terjun ke
lapangan melakukan wawancara dengan narasumber selaku pengurus Pondok Pesantren
Daarul Muttaqien yaitu Bapak Kamal Izzi, kemudian peneliti melakukan observasi
dalam rangka pengambilan data-data yang
menyangkut Pondok Pesantren Daarul Muttaqien serta dokumentasi di setiap
kegiatan yang peneliti lakukan dalam menjawab setiap fokus penelitian yang
peneliti sajikan. Sehingga berdasarkan keadaan atau kondisi di Pondok Pesantren
yang telah peneliti amati, melalui wawancara yang telah peneliti lakukan
serta hasil observasi yang telah
peneliti rangkum berupa data-data serta pengkajian teori yang sudah peneliti
jabarkan sebelumnya, maka dapat dijelakan sebagai berikut:
Pengelolaan
asrama di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien kurang lebihnya dapat berjalan dengan baik. Hal
tersebut dapat diperjelas dengan kondisi lingkungan yang asri dengan sistem
kekeluargaan yang ada di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien, sehingga membuat
siswa yang berada di pondok pesantren merasa nyaman untuk menimba dan
memperdalam ilmu di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya. Murobby pondok pesantren ini juga sudah
berpengalaman dalam rangka mendidik siswa pondok pesantren. Program yang
dijalankan di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya diantaranya: Tahfidz,
Kitab Kuning, Bahasa Arab dan Bahasa Inggris yang menurut peneliti hal
tersebut dapat membina dan membimbing siswa.
Program yang ada di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien
Surabaya ini tidak akan dapat berbenturan dengan program yang ada di sekolah,
karenakan program yang dijalankan disesuaikan dengan kondisi program sekolah
yang ada. Setiap manusia pasti selalu memiliki kekurangan begitupun program
yang telah dibuat oleh manusia. Sarana prasarana yang
telah peneliti amati diPondok Pesantren Daarul Muttaqien baik kondisi kamar
putra maupun putri menurut peneliti kurang
efektif dan kondisinya masih berantakan terutama pada kamar
putra. Begitupun juga dengan tidak adanya teras untuk keperluan pendidikan yang
memungkinkan siswa pondok pesantren kurang bisa bersantai menenangkan pikiran
setelah beraktivitas di luar pondok pesantren. Hal itu dapat terjadi dikarenakan penghuni pondok pesantren yang
masih SMP sehingga masih kurang mampu dalam mengatur atau menata kamarnya dan
juga kurang adanya koordinator yang tepat dalam mengatur kegiatan siswa di
Pondok pesantren Daarul Muttaqien Surabaya menurut pemaparan informan, untuk permasalahan tidak adanya teras
asrama peneliti mendapat penjelasan diantaranya masih adanya pembangunan di
Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya, sehingga penataan pun harus terus
dilakukan demi terciptanya suasana yang nyaman.
Berikut gambaran kondisi kamar putra dan putri di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya:
Gambar 5.1 Kamar Putra Gambar 5.2
Kamar Putri
Berikut paparan peneliti mengenai permasalahan yang telah peniliti kaji
berdasarkan landasan teori di Pondok pesantren Daarul Muttaqien Surabaya:
1.
Sarana
dan prasarana yang ada dalam Pondok pesantren Daarul Muttaqien Surabaya maupun yang tersedia dalam asrama kurang
efektif dan kurang mendukung jalannya kegiatan siswa. Hal tersebut dapat dibuktikan
dengan kondisi Pondok pesantren Daarul Muttaqien Surabaya yangt telah peneliti amati. Di Pondok Pesantren
Daarul Muttaqien Surabaya peneliti melihat bahwasanya dalam satu kamar putra
berisi 10 sampai 15 siswa dengan matras tanpa penyangga matras dimana matras
tersebut hanya berukuran setinggi badan siswa. Sama seperti kamar putri
kondisinya juga demikian. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi sarana dan
prasarana yang ada di Pondok Pesantren kurang efektif meskipun tujuannya sendiri untuk memandirikan
siswa.
Pada dasarnyaMenurut F. Patty (1983) dalam Junaidi menyebutkan
beberapa fasilitas yang harus dimiliki asrama sekolah sebagai berikut:
13. Memiliki
kamar tidur yang cukup luas, yang dapat menampung semua penghuni asrama beserta pengawas-pengawasnya, yang jumlahnya
disesuaikan dengan jumlah penghuni.
14. Memiliki
kamar pakaian yang dilengkapi almari pakaian serta rak sepatu/sandal yang
jumlahnya disesuaikan dengan jumlah penghuni, dan apabila tidak mungkin kedua
kamar (kamar tidur dan kamar pakaian) dipisahkan, maka kedua kamar tersebut
dapat disusun menjadi satu kamar dengan pengaturan yang sesuai dengan kebutuhan
dan fungsi masing-masing.
15. Memiliki ruang makan yang dilengkapi dengan
meja dan kursi yang sesuai dengan jumlah penghuni yang menggunakannya.
16. Memiliki
kamar mandi dan WC yang memadai dengan jumlah pemakai (kira-kira satu sampai
lima dari jumlah penghuni), serta dilengkapi dengan peralatan yang sesuai
dengan kebutuhan.
17. Memiliki
kamar belajar yang cukup luas dan dapat diselaraskan dengan kebutuhan belajar
para penghuninya, misalnya apabila asrama diadakan selokasi dengan sekolah,
maka kegiatan belajar dapat dilaksanakan atau menempati kelas-kelas yang ada.
18. Memiliki
tempat mencuci pakaian yang memadai dengan kebutuhan para penghuninya, serta
dengan persediaan air yang cukup dan alat-alat yang diperlukan.
19. Memiliki
halaman yang dapat dipergunakan untuk sekedar rekreasi atau bersantai dikala
istirahat sehabis menjalankan kegiatan yang melelahkan.
20. Memiliki
lapangan olah raga dan atau bangsal olahraga, yang juga dapat dipergunakan
untuk latihan kesenian, senam, dan kegiatan lainya yang memerlukan bangsal.
21. Memiliki
tempat ibadah, yang disesuaikan dengan kebutuhan beribadah para penghuninya.
22. Memiliki
ruang untuk menerima tamu.
23. Memiliki
perpustakaan beserta ruang baca yang memadai.
24. Memiliki
ruangan khusus untuk mereka yang sedang menderita sakit untuk memudahkan
pelayanan dan memungkinkan penularan penyakit dapat dicegah.
Untuk dapat melihat semua kondisi sarana prasana Pondok
Pesantren Daarul Muttaqien peneliti melampirkan
dalam lampiran yang ke dua.
Berdasarkan hasil analisis data tersebut, diperoleh lima temuan hasil
penelitian sebagai berikut:
1. Manajemen sarana dan prasarana asrama sekolah di Pondok Pesantren Daarul
Muttaqien mempunyai peran yang secara langsung membantu kelancaran pondok pesantrenmeskipun pendayagunaan sarana
prasaran masih terbilang kurang efektif
2. Proses pengelolaan asrama di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien meliputi:
perencanaan kebutuhan apa saja yang dibutuhkan siswa di pondok pesantren,
kegiatan apa saja yang mendukung siswa dalam upaya meningkatkan kemampuan
siswa, sanksi yang di berikan kepada siswa apabila melanggar tata tertib.
Kegiatan tersebut dilakukan dalam rangka mengoptimalkan kegiatan atau program yang sedang berjalan di pondok
pesantren agar berjalan dengan efektif dan efisisen.
3. Pengorganisasian dilakukan untuk mengatur mekanisme kerja organisasi atau
pengurus agar tidak ada kesenjangan serta kegiatan yang tidak sesuai dengan
tujuan sehingga melalui pengorganisasian dapat menjamin pencapaian tujuan yang
ditentukan.
4. Pelaksanaan pengadaan kegiatan maupun kebutuhan siswa, serta pemberian
sanksi dilakukan oleh pihak asrama sekolah sendiri atau pengurus Yayasan Daarul
Muttaqien.
5. Pengevaluasian pengelolaan asrama, untuk mengetahui bahwa hasil pelaksanaan
pekerjaan sedapat mungkin sesuai dengan rencana atau tujuan yang ingin dicapai
apakah sudaf efektif dan efisien atau belum.
Kendala-kendala yang
dihadapi yaitu masalah keuangan, dan tenaga untuk pemeliharaan, proses
pelaksanaannya, serta sarana dan prasarana yang belum bisa terpenuhi secara
maksimal. Faktor pendukung lebih kepada dukungan dari KetuaYayasan Daarul
Muttaqien yaitu Bapak K.H. Achmad Shofwan Ilyas sehingga ketika keuangan asrama
tidak mendapatkan dana yang cukup, ketua yayasan membantu dalam pendanaannya.
Dalam proses manajemen sarana dan prasarana selain faktor internal yaitu
pengurus dan penegelola yayasan juga faktor eksternal yaitu para santri yang
juga peduli dalam pemeliharaan sarana dan prasarana yang ada serta pemeliharaan
lingkungan yang asri agar tercipta suasana yang tentram, damai, dan
menyenangkan.
BAB VI
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Asrama merupakan suatu tempat dimana para siswa bertempat
tinggal dalam jangka waktu yang relatif tetap bersama dengan guru sebagai
pengasuhnya yang memberikan bantuan kepada para siswa dalam upaya pengembangan
pribadi serta memandirikan pribadinya melalui proses penghayatan dan
pengembangan nilai budaya.
Pengelolaan atau manajemen merupakan hal yang sangat
berpengaruh terhadap tercapainya tujuan asrama yaitu untuk memandirikan serta
mengembangkan pribadi siswa melalui proses penghayatan dan pengembangan nilai
budaya. Pengelolaan itu sendiri mencakup sarana prasarana, pribadi siswa serta
kegiatan siswa yang mana itu semua dapat berjalan secara baik dan efektif
apabila semua unsur (pengurus asrama, siswa/penghuni asrama) dapat menyatu dan
saling mendukung satu sama lain.
Pengelolaan asrama di Pondok Pesantren Daarul
Muttaqien Surabaya dirasa sudah cukup baik dalam menangani berbagai
permasalahan siswa. Hal tersebut dikarenakan sistem kekeluargaan yang
diterapkan oleh para Murobby sudah baik dan juga tata tertib yang
diterapkan oleh Murobbysudah efektif yakni sanksi yang diberikan cukup
tegas, mendidik dan sesuai dengan syariat islam. Sarana prasarana yang ada di asrama Pondok
Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya sudah terbilang cukup
memadai meskipun pengelolaan sarana prasarana di asrama kurang optimal dikarenakan
asrama masih dalam proses pembangunan dalam rangkamemperluas asrama putri.
Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan di
Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya, pengelolaan sangat penting dalam
layanan khusus asrama dimana melalui pengelolaan yang baik dapat mewujudkan
sarana prasarana, pribadi siswa serta kegiatan-kegiatan asrama sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai. Maka
dapat disimpulkan bahwa Manajemen layanan khusus sangat berpengaruh dalam
terciptanya asrama yang efektif dan efisien di Pondok Pesantren Daarul
Muttaqien Surabaya.
B.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini,
disarankan kepada:
1.
Para pengurus atau yang biasa
disebut Murhobi (ustadz) di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien hendaknya lebih
mengoptimalkan kegiatannya atau meningkatkan lagi kinerjanya dalam mengelola
asrama dengan baik. Baik dalam memenuhi kebutuhan sarana prasarana maupun dalam
mengawasi kegiatan disiplin siswa. Sehingga asrama yang efektif dan efisien
dapat tercapai dengan baik meskipun asrama tidak menjadi pendukung utama dalam
kegiatan pembelajaran.
2.
Ketua atau kepala Yayasan hendaknya
menambah anggaran dalam upaya mengoptimalkan kebutuhan sarana dan prasarana
asrama demi mendukung lancarnya kegiatan siswa diasrama secara efektif dan
efisisen.
3.
Jurusan Administrasi Pendidikan,
hendaknya dapat menjadikan bahan ini sebagai referensi tambahan dalam
hubungannya dengan mata kuliah Manajemen Sarana dan Prasarana;
4.
Peneliti lain, hendaknya melakukan
penelitian pengembangan tentang manajemen sarana dan prasarana asrama/ma’had
dengan menambah situs penelitian yaitu dengan lebih memperdalam fokus dan
kajian teori.
DAFTAR
PUSTAKA
Imron, A. 1994. Manajemen Peserta Didik di Sekolah.Malang:
IKIP Malang
Kasiram, Mohammad. 2008. Metodologi
Penelitian. Malang: UIN Malang Press
Kusmintardjo. 1993. Pengelolaan Layanan Khusus di Sekolah (Jilid 2). Malang:OPFIKIP
Malang.
Moleong. 2005. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Moleong.
2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Nazir, Muhammad. 1986. Metode
Penelitian.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Sutisna, O. 1983.Administrasi
Pendidikan: Dasar Teoritis untuk Praktik Profesional.Bandung : Penerbit Angkasa.
Aryawiga.2012. http://thawalibparabek.tripod.com/asrama.htmlDiakses
pada tanggal 25 februari 2015.Pukul 09.30.
Lampiran 1: Daftar Pertanyaan Beserta Jawaban
1.
Berapa daya
tampung asrama di ponpes darul muttaqien (asrama putra maupun putri) ?
Jawaban :
karena di sini masih dalam rangka pembangunan
jadi daya tampung yang ada di asrama ini masih sedikit. Untuk asrama putri
hanya 2 kamar dan asrama putra ada 4 kamar. Untuk asrama putri jumlah penghuni
asrama hanya 10 sampai 15 siswa dimana 1
kamar diisi 5 sampai 7 siswa. Sedangkan jumlah penghuni asrama putra
sekitar 50 siswa dimana satu kamar
berisi sekitar 10 sampai 15 siswa. Jadi di asrama ini siswa tidak diwajibkan
atau diharuskan untuk menetap di asrama melainkan bagi mereka yang ingin
mandiri dan lebih memperdalam ilmu keagamaan (mengaji,dll) di ponpes darul
muttaqien. Di asrama ponpes darull muttaqien ini juga membuka kesempatan bagi
mereka yang ingin memperdalam ilmu agamanya jadi asrama tidak hanya untuk siswa
dari ponpes darrul muttaqien melainkan juga untuk umum. Tetapi ada tempat
tersendiri yang dikhususkan untuk umum. Seperti yang saya katakan tadi bahwa
ponpes darul muttaqien ini diurus atau dikelola oleh keluarga sendiri maka
disamping asarama putri juga terdapat rumah ustadzah atau guru yang mengajar di
ponpes darull muttaqien yang juga merupakan keluarga dari pendiri yayasan.
2.
Apa Tujuan atau
fungsi dengan adanya asrama di ponpes darul muttaqien ini ?
Jawaban :
tujuan dari adanya asrama ini sendiri yaitu
untuk memandirikan siswa, mendisiplinkan siswa
dan memperdalam ilmu keagamaan siswa melalui kegiatan mengaji (qur’an),
sholat 5 waktu, sholat tahajjud dan masih banyak lagi. Dimana kegiatan siswa
berlangsung mulai jam 4 sore (setelah pulang sekolah) sampai subuh. Kegiatan
asrama dilakukan mulai jam 4 sore karena yayasan menerapkan sekolah full day
school. Selain itu asrama ini hanya ditujukan kepada siswa SMP saja tidak untuk
siswa SD karena memang emosionalnya belum bisa diatur atau masih labil serta
masih perlu bimbingan orang tua. Sehingga asrama ini hanya ditujukan kepada
siswa SMP baik putri maupun putra mulai dari kelas 7,8 maupun 9.
3.
Apakah dalam
pengelolaan ponpes darull muttaqien ada aturan-aturan yang ditetapkan. Seperti
apa aturan yang ditetapkan ?
Jawaban :
iya
ada, peraturan yang ditetapkan antara lain siswa harus manaati peraturan yang
telah dibuat seperti jadwal piket, dan lain-lain. Siswa juga wajib mengikuti
seluruh kegiatan yang dilakukan di ponpes seperti mengaji, sholat tahajjud
berjama’ah dan lain-lain. Apabila ada
siswa yang melanggar maka siswa akan dikenakan hukuman seperti membaca alqur’an
tetapi siswa tidak sembarangan membaca alqur’an melainkan harus menggunakan microvon(pengeras suara) sehingga siswa
merasa malu apabila baca’annya salah dan siswa akan merasa jenuh dan tidak akan
mengulangi perbuatannya lagi.
4.
Apakah ada
ketentuan khusus untuk jadwal pulang siswa atau siswa yang menentukan sendiri
jadwal pulangnya seperti pulang satu minggu sekali ?
Jawaban :
Tentunya
ada ketentuan mengenai jadwal pulang siswa. Jadi siswa diperbolehkan pulang
selama satu bulan sekali itu pun juga ada izin pulangnya karena setelah
memberikan surat izin maka siswa bukan menjadi tanggung jawab puhak sekolah
lagi melainkan tanggung jawab orang tua masing-masing. Karena ada waktu yang
dilarang untuk siswa pulang yaitu awal bulan. Karena diawal bulan ada kegiatan
rutin yang biasanya dilakukan oleh pihak pesantren seperti mengaji (dengan para
bapk/ibu KBIH). Bagi siswa yang memang benar-benar ada kepentingan keluarga dan
ingin pulang cepat bisa memberikan surat izin. Apabila ada siswa yang melanggar
dan pulang tanpa izin maka siswa akan diberikan sanksi salah satunya membaca
alqur’an dengan menggunakan microvon.
5.
Adakah kendala
yang dihadapi dalam mengelola atau mengurus asrama ?
Jawaban :
Untuk
kendala di siswanya sendiri biasanya terjadi di awal semester dimana adanya
murid baru di asrama. Biasanya mereka belum bisa menyesuaikan diri diasrama dan
belum bisa mengatur emosi serta bersosialisasi dengan baik. Karena biasanya yan
namanya anak SD masuk ke SMP apalagi tinggal di asrama kan perlu meyesuaikan
waktu yang sedikit lama. Jadi kami harus ekstra hati-hati dalam membimbing
siswa yang seperti itu. Jadi kebanyakan kendalanya hanya disitu. Untuk kendala
sarana dan prasarananya karena asrama ini masih dalam rangka pembangunan juga
jadi sarana dan prasarananya masih kurang. Sehingga masih seadanya seperti yang
dilihat.
6.
Adakah kegiatan
asrama yang sifatnya mendekatkan siswa dengan masyarakat disekitar ? jika ada
seperti apa kegiatannya ?
Jawaban :
Ada,
kegiatan asrama yang mendekatkan siswa dengan masyarakat disekitar. Kegiatan
tersebut juga merupakan kegiatan umum dari yayasan daarul muttaqien sendiri.
Kegiatan tersebut seperti mengadakan mengaji bersama dengan masyarakat sekitar,
kegiatan tersebut biasanya dilakukan dalam waktu satu minggu sekali. Kegiatan
tersebut juga disambut dengan antusias oleh masyarakat sekitar. Itulah kegiatan
yang biasanya dilakukan oleh pihak yayasan dan para siswa bisa lebih dekat
dengan masyarakat.
7.
Adakah kegiatan
asramadalam upaya mendekatkan penghuni asrama satu dengan penghuni asrama
lainnya maupun pengurus? seperti apa kegiatannya ?
Jawaban :
Ada kegiatan yang dilakukan dalam rangka
mendekatkan para siswa atau penghuni asrama. Karena kami dari awal sudah
menekankan atau memberi tahu pada siswa bahwasanya “kita ini keluarga jadi jika
ada apa-apa kita harus saling bicara saling curhat satu sama lain baik kepada
sesama teman asrama maupun kepada para pengurus asrama” .ucap bapak mun’in
selaku pengurus asrama. selain itu kami juga menerapkan peraturan jika ada
ketidaknyamanan ketidakcocokan bisa dibicarakan secara baik-baik secara
kekeluargaan. Sehingga kenyamanan dan kedekatan antara pihak pengurus serta
antar sesama penghuni asrama dapat terjalin dengan baik.
8.
Adakah kendala
atau permasalahan yang terjadi di asrama daarul muttaqien ini seperti
kehilangan harta benda yang dimiliki penghuni asrama ? dan bagaimana upaya
ppengurus asarama dalam mengatasi permasalahan tersebut ?
Jawaban :
Ada,
dulu pernah ada. Cara mengatasinya pertama kali kami (pengurus asrama) menanyai
siswa yang merasa kehilangan tersebut dulu seperti apa kronologis kejadiannya.
Kedua jika sudah mengetahui kronologis kejadiannya barulah kami bertindak
dengan mengecek kondisi kelas, menanyai siswa atau para penghuni lain apabila
ada yang melihat atau menemukannya. Karena terkadang hal tersebut terjadi
karena keteledoran dari siswanya sendiri yang lupa meletakkan barangnya. Jika
sudah diketahui ada pihak yang sengaja mengambilnya maka kami akan melakukan
tindakan seperti menahan siswa yang ditetapkan sebagai tersangka tersebut.
Menahan disini dalam artian teman-temannya waktunya istirahat siswa tersebut
tidak kami berikan waktu istirahat namun kami tahan untuk membeaca alqur’an
dengan menggunakan microvon sehingga anak tersebut sedikit jera. Upaya seperti
itu yang biasanya kami lakukan. Jadi sanksi yang kami berikan sanksi yang
mendidik tidak menekankan kepada fisik siswa.
Lampiran 2: Tata Tertib Pondok Pesantren Daarul Muttaqien
KEWAJIBAN
|
LARANGAN
|
SANKSI
|
AQIDAH-AKHLAK-IBADAH
|
||
1.
Bertaqwa dan
taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
|
1.
Tidak
menjalankan syari’at islam.
|
1.
Pelanggaran
terhadap tata tertib ini akan dikenakan sanksi sesuai dengan jenis
pelanggarannya.
|
2.
Menjalankan
sholat lima waktu secara berjamaah.
|
2.
Meliputi:
a. Meninggalkan sholat
b. Meninggalkan sholat berjamaah
|
2.
Jenis-jenis
sanksi sebagaimana yang dimaksud yaitu:
a. Sanksi ringan memiliki tiga kategori:
·
Diberi nasehat
dan peringatan oleh guru atau murobby
·
Diberi teguran
secara lisan atau tertulis oleh guru atau murobby
·
Membaca
Al-Qur’an satu juz dengan pengeras suara atau membersihkan asrama (toilet,
teras, kamar)
b. Sanksi berat memiliki dua kategori :
·
Diskors satu
minggu untuk mendapat bimbingan dari orang tuanya.
·
Diserahkan
kembali ke orang tuanya
|
3.
Hormat dan
taat kepada orang tua, pengasuh, guru dan murobby
|
3.
Meliputi:
a. Melawan dan bicara kasar kepada kedua orang tua
b. Tidak sopan terhadap kedua orang tua, pengasuh,
guru dan murobby
|
3.
Jenis-jenis
pelanggaran yang dimaksud yaitu:
a. Pelanggaran berat:
·
Melakukan
perbuatan melanggar syari’at yang termasuk dosa besar.
·
Mencemarkan
pondok pesantren.
·
Melakukan
pelanggaran ringan setelah mendapat peringatan tertulis dari pengasuh
sebanyak tiga kali dalam waktu satu bulan.
b. Pelanggaran ringan, yaitu semua jenis pelanggaran
yang tidak termasuk dalam kategori pelanggaran berat diatas.
|
4.
Menjaga dan
menjunjung tinggi almamateer Pondok Pesantren Terpadu Daarul Muttaqien
|
4.
Meliputi:
a. Menggunjungkan aib pondok, sekolah atau teman
santri
b. Melakukan kegiatan di luar pondok dengan
mengatasnamakan pondok tanpa seijin pengasuh atau pengurus pondok.
|
|
5.
Mendoakan
kedua orang tua paling sedikit lima kali dalam sehari semalam (setelah sholat
lima waktu)
|
5.
Tidak berdoa
dan berzikir setelah sholat lima waktu
|
|
6.
Berada di
ruang belajar masing-masing dan berdoa sebelum pelajaran dimulai
|
6.
Datang
terlambat ke tempat belajar
|
|
7.
Bersikap
tenang dan sopan pada waktu pelajaran berlangsung
|
7.
Ramai saat
pelajaran berlangsung
|
|
8.
Minta ijin
pada guru, bila karena sesuatu hal harus meninggalkan pelajaran pada saat
pelajaran berlangsung
|
8.
Meninggalkan
pelajaran tanpa ijin
|
|
9.
Memberitahukan
kepada murobby apabila guru
terlambat atau tidak hadir
|
9.
Tidak
memberitahukan kepada murobby manakala
guru yang datang terlambat atau tidak hadir
|
|
10.
Berdoa setelah
menyelesaikan seluruh pelajaran dan tidak diperkenankan keluar mendahului
guru
|
10.
Tidak berdoa
setelah pelajaran selesai dan mendahului guru saat keluar ruang belajar
|
|
11.
Mengikuti
kajian kitab dan jam’iyyah yang
dilaksanakan dalam jam pelajaran pesantren
|
11.
Tidak
mengikuti kajian kitab dan jam’iyyah
tanpa ijin.
|
|
12.
Berpenampilan
rapi dan sopan meliputi:
a. Rambut dengan ketentuan ukuran maksimal panjang
rambut untuk santri putra, ke belakang samapai krah baju, ke samping di atas
telinga, dan ke depan tidak menutupi alis mata dan model potongan rambut
wajar, rapi, dan sopan
b. Pakaian ketika di luar kamar harus berdasarkan
pada aturan dan etika islam dengan kriteria:
·
Menutup aurat
·
Longgar, tidak
ketat
·
Rapi dan sopan
·
Tidak
transparan
c. Pakaian ketika di dalam asrama harus berdasarkan
pada aturan dan etika islam, dengan kriteria:
·
Rapi dan sopan
·
Tidak
transparan
·
Tidak ketat
|
12.
Penampilan
tidak rapi dan tidak sopan meliputi:
a. Rambut tidak sesuai ketentuan
b. Pakaian tidak sesuai ketentuan
c. Memakai perhiasan yang bukan pada tempatnya
d. Memakai pakaian dan perhiasan yang berlebihan
|
|
KEDISIPLINAN
|
||
13.
Berada di
kamar asrama pada pukul 21.30 untuk laki-laki dan pukul 21.00 untuk perempuan
|
13.
Berada di luar
kamar di atas pukul 21.30 untuk laki-laki dan di atas pukul 21.00 untuk
perempuan
|
|
14.
Ketentuan
tentang perijinan diatur sebagai berikut:
a. Ijin tidak mengikuti kegiatan sekolah
b. Ijin tidak mengikuti kegiatan pondok
c. Ijin keluar pondok
d. Ijin pulang
|
14.
Tidak ijin
sesuai ketentuan
|
|
15.
Proses pengijinan
adalah sebagai berikut:
a. Ijin tidak mengikuti kegiatan sekolah. Santri
minta surat ijin kepada murobby dan
surat tersebut disampaikan kepada sekolah. Bila santri sedang berada di
rumah, maka orang tua/wali santri minta ijin kepada sekolah dan memberitahukan
kepada murobby
b. Ijin tidak mengikuti kegiatan pondok. Santri minta
ijin kepada murobby dan surat
tersebut disampaikan kepada guru yang sedang bertugas
c. Keluar pondok minta ijin kepada murobby dan disetujui oleh Ustadz Izzi
(untuk santri putra) Uztadzah Elok (untuk santri putri) atau pengurus yayasan
yang mendapat mandat
d. Surat ijin keluar pondok yang disetujui,
disampaikan kepada petugas piketkeamanan pondok
e. Meninggalkan pondok atau pulang harus dijemput
oleh orang tua atau wali, dan harus minta ijin kepada pengasuh dengan membawa
surat ijin dari murobby
f. Permohonan ijin untuk santri yang terlambat datang
masuk pondok. Orang tua/wali santri minta ijin kepada pengasuh atau pihak
yang ditunjuk
|
15.
Tidak ijin
sesuai prosedur yang ditetapkan
|
|
16.
Membayar biaya
administrasi pondok tepat waktu sesuai ketentuan
|
16.
Tidak membayar
biaya administrasi tepat waktu
|
|
KEBERSIHAN
|
||
17.
Menjaga
lingkungan dan memelihara kebersihan pondok dan semua fasilitas pondok
|
17.
Meliputi:
a. Membuang sampah sembarangan, corat-coret dinding,
almari dan meja serta fasilitas pondok lainnya
b. Membiarkan pakaian kotor, perlengkapan sekolah dan
perlengkapan pribadi lainnya berserakan
|
|
18.
Melaksanakan
piket harian dengan tertib dan baik
|
18.
Meninggalkan
tugas piket tanpa ijin
|
|
KEAMANAN DAN
KETERTIBAN
|
||
19.
Selalu menjaga
keamanan almari dan barang pribadinya sendiri
|
19.
Lalai terhadap
barang pribadi
|
|
20.
Mentaati
peraturan pondok dan pemerintah tentang ketertiban dan kemanan dan keamanan
di lingkungan tempat tinggalnya
|
20.
Meliputi:
a. Membawa senjata dalam bentuk apapun yang tidak ada
hubungannya dengan kegiatan proses belajar mengajar
b. Menggunakan dan membawa obat-obatan terlarang,
bacaan dan gambar pornografi dan gambar lainnya yang bertentangan dengan
undang-undang dan syari’at islam
c. Membuat keonaran, baik didalam maupun di luar
ingkingan pondok pesantren
d. Bergaul dan mengadakan pertemuan yang tidak sesuai
dengan syari’at islam, yaitu antara pria dan wanita yang bukan mahramnya,
baik di dalam maupun di luar lingkungan pondok pesantren
e. Merokok, baik di dalam maupun di luar lingkungan
pondok pesantren
f. Membawa HP
g. Makan di dalam kamar kecuali bagi yang sakit
h. Bermain di lantai tiga khususnya pada malam hari
i.
Menaiki dan
melompati tembok pagar
j.
Menyimpan uang
di lemari lebih dari Rp 50.000
k. Memiliki kunci lemari lebih dari satu atau yang
bukan miliknya
l.
Mengadakan
olahraga di luar waktu yang telah ditentukan
m. Berbicara kotor atau tidak pantas
|
Lampiran 3: Informasi Pendaftaran Pondok pesantren
Lampiran 4: Surat observasi
Lampiran
5 : Dokumentasi di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien
Surabaya
Gambar 1: Tampak depan Pondok
Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya. Foto diambil dengan Bapak Kamal Izzi
selaku pengurus pondok pesantren.
Gambar 2: Kamar tidur asrama putra
Gambar 3: Kamar mandi asrama putra
Gambar 15: Rak sepatu asrama putri
Gambar 16: Dapur asrama putri
Gambar 17: Dapur utama
No comments:
Post a Comment