Monday, March 21, 2016

Pengelolaan Asrama di Yayasan Podok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya (MANAJEMEN LAYANAN KHUSUS)

BAB 1
PENDAHULUAN
A.Konteks Penelitian
Sekolah merupakan tempat siswa atau peserta didik mengemban ilmu serta melaksanakan kegiatan pembelajaran dalam rangka mengembangkan kepribadian, keterampilan serta pengetahuan. Salah satu yang menunjang berlangsungnya kegiatan peserta didik tersebut agar berlangsung secara efektif dan efisien adalah asrama. Asrama merupakan suatu tempat penginapan yang ditujukan untuk anggota suatu kelompok, umumnya murid-murid sekolah.Alfin Toffler (dalam Kusmintardjo,1993)  memberikan batasan asrama sekolah sebagai berikut: “Asrama adalah
suatu tempat tinggal bagi anak-anak dimana mereka diberi pengajaran atau bersekolah”. Dengan demikian asrama sekolah dapat diartikan sebagai suatu tempat di mana para siswa bertempat tinggal dalam jangka waktu yang relatif tetap bersama dengan guru sebagai pengasuhnya yang memberikan bantuan kepada para siswa dalam proses pengembangan pribadinya melalui proses penghayatan dan pengembangan nilai budaya.
Masalah merupakan kesenjangan yang terjadi ketika hasil yang didapat tidak sesuai dengan harapan. Begitu juga yang terjadi dalam asrama. Masalah yang muncul dalam asrama sekolah sebagian besar adalah masalah yang terjadi akibat pelanggaran-pelaanggaran tata tertib. Tidak hanya itu terkadang fasilitas yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang disosialisasikan atau tidak mendukung sehingga peserta didik kurang nyaman untuk bertempat tinggal di asrama tersebut.
Seiring berjalannya waktu masalah yang terjadi dalam asrama tidak bisa dibiarkan begitu saja. Manajemen Layanan Khusus ditetapkan dan diorganisasikan untuk memudahkan atau memperlancar pembelajaran, serta dapat memenuhi kebutuhan khusus siswa di sekolah. Diantaranya meliputi: manajemen layanan bimbingan konseling, layanan perpustakaan sekolah, layanan kesehatan, layanan asrama, dan manajemen layanan kafetaria/kantin sekolah. Layanan-layanan tersebut harus di kelola secara baik dan benar sehingga dapat membantu memperlancar pencapaian tujuan pendidikan di sekolah. Menurut Kusmintardjo (1992:1) sekolah tidak akan berfungsi jika tidak ada sesuatu yang membuatnya berfungsi. Dalam sebuah pendidikan harus mempunyai unsur-unsur salah satunya yaitu Menejemen Layanan Khusus. Dengan begitu Manajemen Layanan Khusus sangat penting dalam pendidikan khususnya diterapkan dalam sebuah sekolah untuk mengatur berbagai layanan yang menunjang segala bentuk kegiatan yang ada disekolah.
Untuk mengetahui realisasi kegiatan Manajemen Layanan Khusus berjalan dengan baik dan dapat diterapkan sesuai dengan esensinya di sekolah, peneliti akan melakukan observasi atau penelitian. Penelitian atau observasi tersebut akan peneliti lakukan di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya, dengan mengambil tema “Pengelolaan Asrama Pondok Pesantren Daarul Muttaqien”. Pondok Pesantren ini berada di kawasan permukiman mewah di Surabaya Barat, seperti Darmo Satelit, Darmo Permai, dan Citra Land. Kecuali itu, cukup dekat dengan jantung kota Surabaya, dan transportasinya mudah dijangkau, karena berada di Jl. Raya Manukan Raya dan Candi Lontar, serta dekat terminal bemo Manukan. Pondok Pesantren Daarul Muttaqien merupakan pondok pesantren paling bontot yang pernah ada di Jawa Timur. Pondok pesantren ini dibangun sejak tahun 16 Juni 2002 dan diresmikan pada tahun 2009. Pondok pesantren ini Menggabungkan dua wajah, menerapkan sistem pendidikan umum dan modern. Pondok Pesantren Daarul Muttaqien ini dipimpin oleh KH Achmad Shofwan Lc. Ponpes Darul Muttaqien memiliki beragam fasilitas, salah satunya yakni asrama putri dan putra berlantai III mampu menampung 500 santri. Untuk itu disini peneliti akan membahas mengenai “Pengelolaan Asrama di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien.”manajemen layanan khusus atau pengelolaan  terhadap asrama di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya.
    B. Fokus Penelitian
Berdasarkan pernyataan dari Konteks Penelitian maka fokus penelitian yang akan dibahas adalah :
1.      Bagaimana gambaran kondisi asrama di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya?
2.      Bagaimana pengadaan asrama  di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya?
3.      Bagaimana pengelolaan asrama di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya?
4.      Bagaimana administrasi keuangan di asrama Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya?
5.      Apa saja yang menjadi permasalahan dalam pengelolaan asrama di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya?
6.      Bagaimana upaya-upaya pihak yayasan dalam mengatasi permasalahan asramadi Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya
    C.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan pembahasan dalam fokus penelitian maka tujuan penelitian ini adalah :
1.      Untuk mengetahui gambaran kondisi asrama Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya
2.      Untuk mengetahui pengadaan asrama Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya
3.      Untuk mengetahui pengelolaan asramaPondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya
4.      Untuk mengetahui administrasi keuangan dalam pengelolaan asrama di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya
5.      Untuk mengetahui apa saja yang menjadi pemasalahan dalam pengelolaan asrama di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya
6.      Untuk mengetahui bagaimana upaya-upaya pihak yayasan dalam mengatasi permasalahan asrama di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya


BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.    Manajemen Layanan Khusus
Manajemen layanan khusus di sekolah ditetapkan dan diorganisasikan untuk memudahkan atau memperlancar pembelajaran, serta dapat memenuhi kebutuhan khusus siswa di sekolah. Diantaranya meliputi: manajemen layanan bimbingan konseling, layanan perpustakaan sekolah, layanan kesehatan, layanan asrama, dan manajemen layanan kafetaria/kantin sekolah. Layanan-layanan tersebut harus di kelola secara baik dan benar sehingga dapat membantu memperlancar pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.Kusmintardjo (1992:4), pelayanan khusus atau pelayanan bantuan diselenggarakan di sekolah dengan maksud untuk memperlancar pelaksanaan pengajaran dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.
Pada hakekatnya, untuk mempermudah penyelenggaraan kegiatan layanan khusus kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan menerapkan pendekatan psikologis didalam mengadministrasian personal. Para petugas kesehatan, pekerja kafetaria, dan petugas bimbingan, serta personel lainnya, harus merasa bahwa mereka merupakan bagian yang penting dari penyelenggaraan sekolah secara keseluruhan. Kepala sekolah harus membantu staf non-edukatif untuk mencapai sikap tersebut, dengan memberikan kesempatan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.
B.     Prinsip-Prinsip Layanan Khusus Sekolah
Prinsip-prinsip layanan khusus sekolah terdiri atas prinsip-prinsip yang berhubungan dengan siswa, pembimbing dan orgnisasi dan administrasi.
1.      Prinsip-prinsip yang berhubungan dengan siswa yang dibimbing:
a.    Pelayanan bimbingan harus diberikan kepada seluruh peserta.
b.    Harus ada kriteria untuk mengatur prioritas layanan bimbingan kepada siswa. Diperlukan suatu alat pengukur yang cermat agar dapat dibedakan siswa yang mana yang harus didahulukan.
c.    Program bimbingan hrus dipusatkan kepada siswa.
d.   Pelayanan bimbingan harus dapat memenuhi kebutuhan kebutuhan individu yang bersangkutan.
e.    Keputusan terakhir dalam proses bimbingan ditentukan oleh individu yang dibimbing. Pembimbing bertugas membantu siswa untuk menenggulangi masalah dengan berbagai alternatif keputuasan, sehingga pengembalian keputusan pada siswa sendiri.
f.     Individu yang mendapat bimbingan harus dapat berangsur-angsur dapat membingan dirinya sendiri.
2.      Prinsip-prinsip yang berhubungan dengan pembimbing:
a.       Petugas-petugas bimbingan harus melakukan tugasnya sesuai dengan kemampuan dan kewajiban masing-masing.
b.      Petugas-petugas bimbingan di sekolah dipilih atas dasar kualifikasi keperibadian, pendidikan, pengalaman dan kemampuan.
c.       Petugas bimbingan harus mendapat kesempatan untuk memperkembangkan diri serta kealhlliannya melalui berbagai latihan.
d.      Petugas bimbingan hendaknya mempergunakan informasi yang tersedia mengenai individu yang dibimbing beserta lingkungannya sebagai bahan untuk membuat individu yang bersangkutan kea rah penyesuaian diri yang lebih baik.
e.       Petugas bimbingan harus menghormati dan menjaga kerahasiaan informasi tentang individu yang dibimbing.
f.       Petugas-petugas bimbingan hendaknya mempergunakan berbagai jenis metode dan teknik yang tepat dalam melaksanakan tugasnya.
g.      Petugas-petugas bimbingan hendaknya memperhatikan dan mempergunakan hasil penelitian dalam bidang minat kemampuan dan hasil belajar individu untuk kepentingan perkembangn kurikulum sekolah.
C.    Layanan Asrama Sekolah
Asrama adalah suatu tempat penginapan yang ditujukan untuk anggota suatu kelompok, umumnya murid-murid sekolah. Asrama biasanya merupakan sebuah bangunan dengan kamar-kamar yang dapat ditempati oleh beberapa penghuni di setiap kamarnya.
Alfin Toffler (dalam Kusmintardjo, 1993) memberikan batasan asrama sekolah (school-house) sebagai berikut: “Asrama adalah suatu tempat tinggal bagi anak-anak dimana mereka diberi pengajaran atau bersekolah”. Dengan demikian asrama sekolah dapat diartikan sebagai suatu tempat di mana para siswa bertempat tinggal dalam jangka waktu yang relatif tetap bersama dengan guru sebagai pengasuhnya yang memberikan bantuan kepada para siswa dalam proses pengembangan pribadinya melalui proses penghayatan dan pengembangan nilai budaya.
Tujuan diselenggarakannya asrama sekolah secara umum adalah untuk menunjang keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan di sekolah, sedangkan secara khusus tujuan penyelenggaraan asrama adalah sebagai berikut:
a.    Menanamkan rasa disiplin pada diri siswa.
b.    Membiasakan para siswa untuk mecintai belajar bersama-sama dengan teman sebayanya.
c.    Membantu para siswa agar dapat menyesuaikan diri pada kehidupan sosial dalam lingkungan sebayanya.
d.   Membantu para siswa dalam proses pengembangan pribadinya melalui penghayatan dan pengembangan nilai- nilai kecerdasan dan ketrampilan.
Ada dua aspek yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan asrama sekolah, yaitu: aspek sarana (hardware), dan aspek pengelola asrama (software).
1.      Pengelolaan Sarana Fisik (hardware)
Agar pengelolaan asrama sekolah dapat berjalan dengan lancar, diperlukan fasilitas-fasilitas yang menunjang penyelenggaraan asrama, misalnya: pengadaan sarana yang sangat diperlukan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan belajar, bermain, makan, dan sebagainya.
Di samping itu hal yang juga perlu diperhatikan adalah pengaturan sarana serta lokal asrama. Di dalam upaya mengatur sarana dan lokal-lokal tersebut, hendaknya pertimbangan lebih difokuskan pada gagasan agar kegiatan-kegiatan yang dilakukan di tempat-tempat itu masing-masing dapat mencapai hasil yang maksimal. Jangan sampai terjadi kegiatan-kegiatan yang satu dapat menghambat kemajuan kegiatan lain yang juga sama pentingnya. Selain itu ada juga beberapa hal yang harus diperhatikan dalam kehidupan di asrama sekolah, diantaranya:
a)      Memberikan kesempatan untuk mengembangkan bakat-bakat, seperti bakat kesenian dan bakat-bakat di bidang lain, dari penghuni asrama sekolah.
b)      Memberikan kesempatan yang cukup untuk mengerjakan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianut oleh para penghuni asrama.
c)      Memberikan kesempatan kepada para penghuni asrama untuk bergaul dengan masyarakat atau organisasi/perkumpulan di luar asrama, sehingga mereka terbiasa dalam pergaulan di luar asrama, misalnya melalui pertandingan persahabatan dalam bidang olahraga, dan sebagainya.
2.      Aspek Pengelola Asrama (software)
Yang dimaksud pengelola asrama adalah pengurus asrama dan pelaksana asrama sekolah. Pengurus asrama dapat berjumlah 5 sampai 7 orang, yang terdiri atas guru dan anggota Dharma Wanita sekolah yang bersangkutan serta diketuai oleh wakil kepala sekolah (urusan kesiswaan). Masa kerja pengurus asrama dapat 3-5 tahun, dan setelah itu perlu ada pilihan lagi. Karena pengurus asrama ini merupakan salah satu bagian dari system sekolah, maka pengurus asrama dalam melaksanakan kegiatannya bertanggung jawab langsung kepada kepala sekolah. Sedangkan pelaksana asrama terdiri atas pegawai tetap sekolah yang berkantor dan bertempat tinggal di asrama. Mereka dibantu oleh beberapa pembantu pelaksana operasional yang bertugas dalam bidang kebersihan dan keamanan.
Adapun tugas dari pengelola asrama sekolah adalah sebagai berikut:
a.       Membuat peraturan-peraturan penyelenggaraan asrama
1)      Menentukan beberapa syarat dalam penerimaan (atau pelepasan) para siswa untuk dapat diterima sebagai penghuni asrama sekolah.
2)      Menentukan biaya yang minimum (tidak komersial) dalam arti bahwa penentuan tarif biaya disini adalah untuk mendidik para penghuni asrama agar dapat bertanggung jawab, mandiri dan mengahargai diri.
3)      Menentukan waktu pembayaran sewa, misalnya ditarik setiap satu semester sekali atau setiap bulan.
4)      Mengatur atau memberi sanksi kepada penghuni asrama yang melanggar peraturan.
b.      Menyusun rencana anggaran belanja untuk pengelolaan pertahun
a.       Menentukan besarnya biaya untuk pemeliharaan gedung, termasuk pengecatan dan perbaikan kerusakan-kerusakan ringan.
b.      Menentukan besarnya biaya untuk menjaga kebersihan gedung da halaman asrama sekolah termasuk peralatannya;
c.       Membuat peraturan yang berkaitan dengan keamanan asrama sekolah, misalnya:
a.       Kunci kamar harus disimpan di kantor asrama, apabila penghuni hendak pergi ke sekolah atau bepergian untuk suatu keperluan, dan sebaiknya di kantor asrama disediakan tempat kunci tersendiri yang masing-masing kunci diberi kode monor kunci.
b.      Membuat jadwal piket jaga asrama sekolah secara bergiliran selama 24 jam, dimana masing-masing 6 jam.
d.      Menyusun peraturan yang berkaitan dengan hak dan kewajiban petugas pelaksana termasuk pembantu-pembantunya.




BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Pendekatan dan Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian kualitatif.Karena data dan informasi yang peneliti kumpulkan lebih banyak bersifat keterangan-keterangan atau penjelasan yang bukan berbentuk angka.Menurut M. Nazir (1986:159) pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan dalam melakukan penelitian yang beroriantasi pada gejala-gejala yang bersifat alamiah karena orientasinya demikian, maka sifatnya naturalistik dan mendasar atau bersifat kealamiahan serta tidak bisa dilakukan di laboratorium melainkan harus terjun di lapangan. Oleh sebab itu, penelitian semacam ini disebut dengan field study. 
Peneliti menggunakan teknik wawancara dalam memperoleh semua sumber yang dibutuhkan sebagai dasar acuan dalam penelitian.Diharapkan setelah melalui wawancara dengan para informan data yang diberikan lengkap mengenai pengelolaan Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya. Adapaun kendala yang ada di lapangan diantaranya pengurusan ijin di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya karena waktu yang tidak memungkinkan terhadap observasi yang dilakukan untuk mengetahui proses pengelolaan asrama dengan baik. Oleh karena itu, peneliti melakukan pendekatan interview (wawancara) kepada pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya khususnya pengelola pondok pesantren.Peneliti juga menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya, kemudian peneliti mengembangkan pertanyaan tersebut berdasarkan situasi dan kondisi yang ada di lapangan. Setelah itu, peneliti akan menggunakan data-data sekunder seperti dokumen, foto-foto dan alat yang menunjuang lainnya dalam melengkapi observasi peneliti.
B.     Kehadiran Peneliti
Peneliti melakukan observasi mengamati dengan cermat terhadap obyek penelitian. Untuk memperoleh data tentang penelitian ini, pertama-tama peneliti  terjun langsung ke lapangan untuk memperoleh data sesuai dengan ciri penelitian kualitatif. Sebelum peneliti hadir di lapangan peneliti memperoleh izin terlebih dahulu dari pihak-pihak atau instansi-instansi terkait yang bertanggungjawab sesuai dengan prosedur yang berlaku. Peneliti hadir sebagai pewancara atau pengumpul data tanpa mempengaruhi kehidupan yang diteliti. Peneliti memilih sekolah atau Yayasan Pondok Pesantren Daarul Muttaqien untuk dijadikan acuan dalam pengambilan data-data, karena menurut peneliti Yayasan ini memiliki karakteristik yang unik dengan penyebutan nama Murobby untuk ustadz dan ustadzah yang mengurusi pondok pesantren tersebut, tidak hanya itu Yayasan Pondok Pesantren Daarul Muttaqien ini dipimpin oleh K.H Achmad Shofwan Lc.ini memakai pola perpaduan antara pesantren salaf dan modern.
Kiai Shofwan mengatakan, para santri Daarul Muttaqien akan dibekali pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan masalah kemandirian. Ini guna menciptakan lapangan kerja. Selain yang lebih utama santri ditanamkan akhlak mulia, berbuat adil, toleran (tasamuh), serasi (tawazun) dan terhindar dari sifat ekstrim (tathorruf) dalam mengabdikan diri kepada agama, masyarakat, nusa dan bangsa.
Sedangkan tujuan khusus pendidikan mendorong para santri mampu berbahasa Arab dengan baik dan benar, sebagai alat untuk mengkaji ilmu Islam. Sehingga bisa membaca dan memahami Al Quran, sunnah, kitab kuning, berakhlakul karimah dan terampil dalam urusan duniawi-ukhrowi.

C.    Lokasi Penelitian
Penelitian ini terletak di daerah Surabaya tepatnya di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya. Pondok pesantren ini juga berada di kawasan permukiman mewah di Surabaya Barat, seperti Darmo Satelit, Darmo Permai, dan Citra Land. Kecuali itu, cukup dekat dengan jantung kota Surabaya, dan transportasinya mudah dijangkau, karena berada di Jl. Raya Manukan Raya dan Candi Lontar, serta dekat terminal bemo Manukan.
Berikut peneliti sajikan denah Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya yang diambil dari google map.
Gambar 3.1 Arah menuju Pondok Pesantren
daarul muttaqien sby.PNGPondok Pesantren Daarul Muttaqien merupakan pondok pesantren modern di surabaya. Pondok pesantren tersebut dikelola dan dikembangkan oleh satu keluarga yakni mulai dari ketua yayasan atau pemimpin yayasan, pengurus dan pengelola yayasan lainnya tidak lain adalah satu anggota keluarga. Pendiri atau ketua yayasan adalah K.H Achmad shofwan Lc. Itu merupakan keunikan tersendiri dari Pondok Pesantren Daarul Muttaqien. Alasan itulah yang menarik peneliti untuk melaksanakan observasi di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien.
D.    Sumber Data
Sumber data untuk kepentingan analisis dalam penelitian ini dibagi dalam dua kategori, yakni : pertama, sumber bahan cetak (kepustakaan), meliputi buku teks, dokumen-dokumen kurikulum, makalah, klipping, jurnal, surat kabar, situs internet, dan lain-lain, yang menjelaskan tentang manajemen Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya.
Kedua, sumber responden (human resources)dipilih secara purposive sampling, yang didasarkan pada: (a) memainkan peran penting di sekolah, (b) memiliki pengetahuan yang berharga sesuai dengan kajian penelitian, (c) memiliki keinginan bekerja sama dan berbagi informasi tentang kajian penelitian. Selain itu, peneliti juga menggunakan snowball technique, yakni dengan menghubungi beberapa narasumber, yang kemudian ditanya tentang narasumber lain yang potensi seperti Ketua Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya, Pimpinan Yayasan Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya, pengawas Yayasan Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya, begitu seterusnya sampai semua data yang dibutuhkan untuk mengetahui konsepsi dan implementasi model pengembangan budaya demokrasi konstitusional dalam perspektif school-based democracy education terkumpul.

E.     Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dan informasi dalam penelitian ini dilakukan dengan berbagai cara dan teknik yang berasal dari berbagai sumber. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dan informasi yang digunakan adalahwawancara, observasi, dan studi dokumentasi.
a.      Wawancara
Wawancara dilakukan dengan tujuan menggali manajemen layanan khusus Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya. Bersandar pada klasifikasi Patton (Moleong, 2008:187-188) bahwa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Pertama, wawancara percakapan informal (the informal conversation interview), ialah wawancara yang sepenuhnya didasarkan pada susunan pertanyaan spontan ketika interaksi berlangsung khususnya pada proses observasi partisipatif di lapangan. Terkadang orang yang diwawancarai tidak diberitahu bahwa mereka sedang diwawancarai.
Kedua, wawancara umum dengan pendekatan terarah (the general interview guide approach), ialah jenis wawancara yang menggariskan sejumlah isu yang harus digali dari setiap responden sebelum wawancara dimulai. Pertanyaan yang diajukan tidak perlu dalam urutan yang diatur terlebih dahulu atau dengan kata-kata yang dipersiapkan. Panduan wawancara memberikan checklist selama wawancara untuk meyakinkan bahwa topik-topik yang sesuai telah terakomodasi. Peneliti menyesuaikan baik urutan pertanyaan maupun kata-kata untuk responden tertentu.
Ketiga, wawancara terbuka yang baku (the standardized open-ended interview), meliputi seperangkat pertanyaan yang secara seksama disusun dengan maksud untuk menjaring informasi mengenai isu-isu yang sesuai dengan urutan dan kata-kata yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Jenis wawancara yang dijelaskan di atas digunakan oleh peneliti untuk memperoleh informasi dari subjek penelitian, sesuai dengan permasalahan yang dirumuskan. Seringkali peneliti sendiri melakukan intervensi dan mendesakkan pendapat para narasumber agar informasi yang diperoleh terjamin reliabilitasnya.
b.      Observasi
Observasi ini dilakukan untuk mendapatkan data dan fakta tentang manajemen layanan khusus asrama. Orientasinya menyangkut pengembangan materi, metode, media, evaluasi dan semua fenomena aktivitas yang berkait dengan pembelajaran manajemen layanan khusus di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya; melalui potret iklim budaya Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya, dan kegiatan ekstrakurikuler dalam kehidupan Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya. Observasi partisipan dan non-partisipan dilakukan peneliti secara berulang sesuai konteks permasalahan yang dikaji diatas. Observasi yang dilakukan secara berulang ini pun bertujuan agar responden terbiasa, sehingga dapat berperilaku sewajarnya dan mengungkap budaya yang sesungguhnya (tidak dibuat-buat). Untuk kepentingan dalam penelitian ini, maka observasi ini dilakukan perekaman dan pemotretan yang akan dijadikan bahan analisis lebih lanjut.
c.      Studi Dokumentasi
Peneliti memanfaatkan sumber-sumber berupa catatan dandokumen (non human resources) untuk pengembangan analisis kajian. Sebagaimana Lincoln dan Guba (1985:276-277) menjelaskan bahwa catatan dan dokumen ini dapat dimanfaatkan sebagai saksi dari kejadian-kejadian tertentu atau sebagai bentuk pertanggungjawaban.
Kajian dokumen difokuskan pada aspek materi dan substansi yang terkait dengan asrama dalam manajemen layanan khusus.Dokumen-dokumen itu adalah kurikulum Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya, Dokumen Pembelajaran, Jurnal, Profil Sekolah, Tata Tertib Sekolah, dan sebagainya yang mendukung informasi dan data kajian.
F.     Analisis Data
Data yang telah peneliti kumpulkan selama mengadakan penelitian perlu diolah dan dianalisis dengan penuh ketelitian, keuletan dan secara cermat sehingga mendapatkan suatu kesimpulan tentang obyek-obyek penelitian yang baik. Menurut kasiram (2008:127) data yang terkumpul tanpa dianalisis menjadi tidak bermakna, tidak berarti, menjadi data yang mati dan tidak berbunyi. Oleh karena itu, analisis data ini untuk memberi arti, makna, dan nilai yang terkandung dalam data. Dapat disimpulkan bahwa analisis data merupakan suatu cara untuk mengelolah, mengamati dan memaparkan data secara sistematis dan terorganisir.
Suatu penelitian yang efektif dan efesien, bila semua data yang dikumpulkan dapat dianalisis dengan teknik analisis tertentu. Itulah kirahnya, pada saat merancang penelitian, sudah harus dipikirkan data yang akan dikumpulkan dan teknik analisis data yang akan digunakan. Adapun analisis yang digunakan adalah analisis data non statistik atau biasa disebut dengan data kualitatif  yang secara umum, pedoman yang digunakan dalam analisis data secara kualitatif berdasar pada pola berpikir ilmiah, yang mempunyai ciri; sistematis dan logis. Orang bisa mulai dari data-data konkrit, kemudian dihubungkan dengan dalil-dalil umum, yang sudah dianggap benar. Ini disebut analisis secara induksi. Sebaliknya orang bisa mulai dari dalil-dalil umum, postulat atau paradigma tertentu, kemudian menghubungkan dengan data-data empiris, sebagai pangkal tolak mengambil kesimpulan. Ini disebut analisis secara deduksi.
G.    Pengecekan Keabsahan Data
Untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteri tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability).
Berikut ikhtisar yang terdiri dari kriteria yang diperiksa dengan satu atau beberapa teknik pemeriksaan tertentu.
Tabel 3. 1 Teknik Pemeriksaan
KRITERIA
TEKNIK PEMERIKSAAN
Kredibilitas
(derajat kepercayaan)
(1)   Perpanjangan keikutsertaan
(2)   Ketekunan pengamatan
(3)   Triangulasi
(4)   Pengecekan sejawat
(5)   Kecukupan referensial
(6)   Kajian kasus negatif
(7)   Pengecekan anggota
Kepastian
(8)   Uraian rinci
Kebergantungan
(9)   Audit kebergantungan
Kepastian
(10)                       Audit kepastian
           
Berdasarkan tabel keabsahan data di atas peneliti menggunakan teknik :
a.       Ketekuanan pengamatan
Ketekunan pengamat bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Hal itu berarti bahwa peneliti hendaknya mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesianambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol.
b.      Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di duar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Denzin (1978) membedahkan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori.
c.       Pengecekan Anggota
Pengecekan dengan anggota yang terlibat dalam proses pengumpulan data sangat penting dalam pemeriksaan derajat kepercayaan. Yang dicek dengan anggota yang terlibat meliputi data, kategori analitis, penafsiran dan kesimpulan.

H.    Tahap-Tahap Penelitian
1.      Perencanaan Observasi
Perencanaan merupakan suatu kegiatan untuk menerka, menentukan serta menetapkan rancangan kegiatan agar sesuai dengan tujuan yang diinginkan.  Perencanaan biasanya dilakukan di awal kegiatan dalam upaya meminimalisir adanya kesenjangan dan ketidaksesuaian proses pelaksanaan dengan tujuan yang ingin dicapai.
Dalam kegiatan observasi atau penelitian perencanaan merupakan tahap yang paling penting dan sangat berpengaruh terhadap jalannya proses observasi. Oleh karena itu perencanaan dilaksanakan diawal kegiatan sebelum melaksanakan observasi. Perencanaan dalam kegiatan observasi atau penelitian yang akan peneliti lakukan diantaranya :
1.      Menentukan tema mengenai observasi yang akan dilaksanakan
2.      Menentukan objek yang akan di observasi
3.      Menentukan metode penelitian yang nantinya akan diterapkan dalam observasi
4.      Menyiapkan pertanyaan-pertanyaan  yang nantinya akan digunakan dalam sesi wawancara didasarkan pada tema dan objek yang akan di observasi
5.      Membuat proposal penelitian sebagai pedoman objek yang akan diobservasi dalam mempersiapkan kegiatan observasi.
6.      Membuat surat izin observasi
2.      Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan kegiatan realisasi dari perencanaan yang dilakukan sebelumnya. Melalui pelaksanaan peneliti dapat mengetahui bagaimana realisasi atau implementasi perencanaan yang telah dirancang apakah sesuai dengan perencanaan yang telah disusun ditetapkan atau tidak.
Dalam kegiatan observasi pelaksanaan merupakan tahap yang paling berpengaruh terhadap hasil dari observasi apakah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai atau tidak. Kegiatan pelaksanaan dalam observasi meliputi :
1.      Terjun langsung ke lapangan penelitian atau objek penelitian yang telah ditetapkan.
2.      Melakukan kegiatan observasi sesuai dengan metode penelitian yang telah direncanakan sebelumnya yaitu melalui teknik pengumpulan data Meliputi :
1.      wawancara : memberikan beberapa pertanyaan kepada narasumber atau informan sesuai dengan tema yang telah direncanakan sebelumnya.
2.      Studi dokumentasi : memanfaatkan sumber-sumber berupa catatan dandokumen (non human resources) untuk pengembangan analisis kajian. Dalam pengambilan dokumentasi disesuaikan dengan tema yang telah direncanakan.

3.    Hasil
Hasil merupakan realisasi dari pelaksanaan dalam kegiatan observasi. Dalam kegiatan observasi hasil sangat menentukan dari semua tahap-tahap penelitian yang telah dilakukan. Pada hakikatnya hasil akan menentukan apakah perencanaan yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai atau ditetapkan. Hasil nantinya akan di realisasikan berupa laporan penelitian yang disusun dan dibukukan sebagai bukti dari kegiatan observasi tersebut.




BAB IV
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A.    Profil Pondok Pesantren Daarul Muttaqien
Pondok Pesantren ini berada di kawasan permukiman mewah di Surabaya Barat, seperti Darmo Satelit, Darmo Permai, dan Citra Land. Kecuali itu, cukup dekat dengan jantung kota Surabaya, dan transportasinya mudah dijangkau, karena berada di Jalan Raya Manukan Raya dan Candi Lontar, serta dekat terminal bemo Manukan. Pondok Pesantren Daarul Muttaqien merupakan pondok pesantren paling bontot yang pernah ada di Jawa Timur. Pondok pesantren ini dibangun sejak tahun 16 Juni 2002 dan diresmikan pada tahun 2009. Pondok pesantren ini Menggabungkan dua wajah, menerapkan sistem pendidikan umum dan modern. Pondok Pesantren Daarul Muttaqien ini dipimpin oleh KH Achmad Shofwan Lc.
B.     Sejarah Terbentuknya Pondok Pesantren Daarul Muttaqien
Pesantren paling bontot yang pernah ada di Jawa Timur. Sejak 16 Juni 2002, Kota Surabaya memiliki pondok pesantren (ponpes) baru, yakni Darul Muttaqien. Ponpes yang terletak di Jl. Candi Lontar ini, berbeda dengan pesantren lama yang lebih kental dengan sistem salafiyahnya. Ponpes Darul Muttaqien memilih terobosan baru. Menggabungkan dua wajah, menerapkan sistem pendidikan umum dan modern. Ponpes Darul Muttaqien ini dipimpin oleh KH Achmad Shofwan Lc.
Kiai Shofwan mengatakan, para santri Darul Muttaqien akan dibekali pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan masalah kemandirian. Ini guna menciptakan lapangan kerja. Selain yang lebih utama santri ditanamkan akhlak mulia, berbuat adil, toleran (tasamuh), serasi (tawazun) dan terhindar dari sifat ekstrim (tathorruf) dalam mengabdikan diri kepada agama, masyarakat, nusa dan bangsa. Sedangkan tujuan khusus pendidikan mendorong para santri mampu berbahasa Arab dengan baik dan benar, sebagai alat untuk mengkaji ilmu Islam. Sehingga bisa membaca dan memahami Al Quran, sunnah, kitab kuning, berakhlakul karimah dan terampil dalam urusan duniawi-ukhrowi.Ponpes Darul Muttaqien memiliki beragam fasilitas masing-masing mushala, asrama putri berlantai III mampu menampung 500 santri, gedung sekolah, balai kesehatan, koperasi, kantor, laboratorium bahasa, komputer, perpustakaan, kantin, guest house untuk wali santri, agrobisnis, sarana olahraga dan lainnya.Sedangkan program sekolah yang ditawarkan adalah kajian kitab agama Islam dalam bentuk pondok pesantren terpadu, taman pendidikan Alquran, pendidikan formal seperti play group/TK, SD, SLTP/MTsN, SMU/MA (full day school) dan perguruan tinggi.
Selain itu, terdapat pembinaan dan pengembangan bahasa Arab dan Inggris, wiraswasta, majelis ta'lim, dakwah Islamiyah, seminar, kursus, perbankan (Bank Muamalat Islam), manajemen, wiraswasta dan lainnya. Yayasan Ponoes ini independen tidak berada di bawah satu golongan tertentu, melainkan dia atas semua golongan. Sehingga semua lapisan masyarakat bisa datang belajar di Darul Muttaqien.Yayasan ini memakai pola perpaduan antara pesantren salaf dan modern. Ditambah keterampilan khusus pengembangan agrobisnis dan agroindustri.Pondok pesantren ini juga berada di kawasan permukiman mewah di Surabaya Barat, seperti Darmo Satelit, Darmo Permai, dan Citra Land. Kecuali itu, cukup dekat dengan jantung kota Surabaya, dan transportasinya mudah dijangkau, karena berada di Jl. Raya Manukan Raya dan Candi Lontar, serta dekat terminal bemo Manukan.
C.    Paparan Data
Peneliti mendeskripsikan hasil temuan di lapangan berdasarkan pada fokus gambaran kondisi Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya, pengadaan pondok pesantren Daarul Muttaqien Surabaya, pengelolaan Pondok PesantrenDaarul Muttaqien Surabaya, administrasi keuangan di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya, permasalahan yang ada di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya, upayapihak yayasan dalam mengatasi permasalahan Pondok PesantrenDaarul Muttaqien Surabaya. Informasi yang diperoleh dari proses observasi, dokumentasi dan wawancara diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana situasi dan kondisi Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya.
Informan utama dari penelitian ini adalah Ketua Yayasan Daarul Muttaqien, akan tetapi karena informan utama ada halangan yang tidak memungkinkan informan ini hadir. Oleh karena itu, informan utama di wakilkan oleh Bapak Kamal Izzi selaku wakil ketua yayasan yang menangani masalah pendidikan non formal yang diberi wewenang sebagai pengurus Pondok Pesantren Daarul Muttaqien dan juga selaku menantu dari Ketua Yayasan Daarul Muttaqien Surabaya. Bapak Kamal adalah seorang pengurus yayasan yang mengerti dan paham benar mengenai pengelolaan Pondok Pesantren Daarul Muttaqien ini, sehingga melalui informan utama inilah semua gambaran kondisi mengenai Pondok Pesantren Daarul Muttaqien dapat terjawab dengan  baik, selain itu kami melakukan pewancara dengan salah satu Murobby          Mu’in selaku koodinator Murobby dan juga bertanggung jawab pondok pesantren.
Bapak Kamal menanyai kami lebih detail perihal observasi yang diadakan atau dilakukan saat itu, kemudian Bapak Kamal memperkenalkan dirinya dan mulai bercerita mengenai latar belakang Pondok PesantrenDaarul Muttaqien. Kami mulai bertanya atau melakukan wawancara terhadap Bapak Kamal mengenai pengelolaan Pondok PesantrenDaarul Muttaqien.
1.      Gambaran kondisi Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya
Kondisi merupakan suatu keadaan yang ada pada suatu tempat yang dapat dinilai, seperti dalam kondisi Pondok Pesantren Daarul Muttaqien yang terlihat kekeluargaan, saling berbagi kasih dan gotong royong. Berikut paparan yang disampaikan wakil ketua yayasan yang juga menantu dari ketua dan pemilik yayasan:
“Kami menciptakan kondisi lingkungan yang bersifat kekeluargaan, berbagi kasih, tolong menolong dan juga gotong royong yang terlaksana di dalam lingkup Pondok Pesantren Daarul Muttaqien ini, karena mereka jauh dari orang tua dan orang tua mereka juga sudah memasrahkan anaknya untuk dididik di lingkungan pondok pesantren ini.”
2.      Pengadaan Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya
Pengadaan biasanya dapat berupa sarana prasarana yang ada di lingkungan pondok pesantren untuk kenyamanan penghuni Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya, seperti pemaparan berikut:
“Kami biasanya melakukan pemeriksaan, mencatat sarana prasarana yang dibutuhkan pada saat siswa tersebut masuk ke pondok pesantren, jadi kami bisa dipastikan kami melakukan pengadaan pondok pesantren pada saat siswa sudah ditetapkan resmi menjadi penghuni pondok pesantren.”
Adapun tujuan dari pengadaan Pondok Pesantren Daarul Muttaqien ini yang disampaikan oleh Bapak Kamal selaku informan utama:
“Tujuan dari adanya asrama ini sendiri yaitu untuk memandirikan siswa, mendisiplinkan siswa  dan memperdalam ilmu keagamaan siswa melalui kegiatan mengaji (Qur’an), sholat lima waktu, sholat tahajjud dan masih banyak lagi. Dimana kegiatan siswa berlangsung mulai pukul empat sore (setelah pulang sekolah) sampai subuh. Kegiatan asrama dilakukan mulai pukul empat sore karena yayasan menerapkan full day school. Selain itu asrama ini hanya ditujukan kepada siswa SMP saja tidak untuk siswa SD karena memang emosionalnya belum bisa diatur atau masih labil serta masih perlu bimbingan orang tua. Sehingga asrama ini hanya ditujukan kepada siswa SMP baik putri maupun putra mulai dari kelasVII, VIII maupun IX SMP.”
Berikut akan disajikan paparan tambahan yang ada di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien oleh Bapak Kamal:
“Karena di sini masih dalam rangka pembangunan jadi daya tampung yang ada di asrama ini masih sedikit. Untuk asrama putri hanya dua kamar dan asrama putra ada empat kamar. Untuk asrama putri jumlah penghuni asrama hanya sepuluh sampai lima belassiswa, yaknisatu kamar diisi lima sampai tujuh siswa. Sedangkan jumlah penghuni asrama putra sekitar  lima puluh siswa,yakni satu kamar berisi sekitar sepuluh sampai lima belas siswa. Jadi di asrama ini siswa tidak diwajibkan atau diharuskan untuk menetap di asrama melainkan bagi mereka yang ingin mandiri dan lebih memperdalam ilmu keagamaan (mengajidan lain-lain) di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien. Di Pondok PesantrenDaarul Muttaqien ini juga membuka kesempatan bagi mereka yang ingin memperdalam ilmu agamanya, jadi asrama tidak hanya untuk siswa dari Pondok PesantrenDaarul Muttaqien melainkan juga untuk umum. Tetapi ada tempat tersendiri yang dikhususkan untuk umum. Seperti yang saya katakan tadi”.
3.      Pengelolaan Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya
Sekolah Daarul Muttaqien atau yang biasa disebut Pondok PesantrenDaarul Muttaqien merupakan sekolah swasta  SDIT dan SMP terpadu yang dinaungi oleh yayasan yang diasuh atau dikelola oleh satu keluarga dalam artian yang mengelola Pondok PesantrenDaarul Muttaqien adalah semua anggota keluarganya sendiri. Jadi bisa disebut yayasan dikelola oleh keluarga sendiri, dimana pendiri yayasannadalah Bapak K.H Achmad Sofwan yang juga sebagaipembimbing ibadah haji dan umrah.Berikut paparan pertanyaan wawancara yang disampaikan oleh informan utama:
“Sebenarnya yayasan ini kami sekeluarga yang mengelola, jadi Bapak K.H Achmad Sofwan sebenarnya adalah ayah mertua saya, saya sendiri menjabat bagian pendidikan non formalnya, kemudian adik ipar saya juga salah satu ustadzah di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien ini. Jadi bisa dibilang yayasan ini seluruhnya dikelola oleh keluarga sendiri.”
4.      Administrasi keuangan dalam pengelolaan Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya

Informasi Pendaftaran Pondok:
-          Pendaftaran                                         : Rp 50.000,00
-          Infaq Makan/Bulan                             : Rp 250.000,00
-          Infaq Pendidikan dan Asrama                        : Rp 50.000,00
-          Perlengkapan                                       : Rp 200.000,00
Jumlah                                                 : Rp 550.000,00
            Infaq Pondok Setiap Bulan:
-          Infaq Pendidikan dan Asrama                        : Rp 50.000,00
-          Infaq Makan/Bulan                             : Rp 250.000,00
Jumlah                                                 : Rp 300.000,00
5.      Pemasalahan di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya
Permasalahan adalah kesenjangan antara kenyataan yang ada tidak sesuai dengan yang diharapkan. Pondok Pesantren Daarul Muttaqien ini memiliki sejumlah permasalahan yang harus diselesaikan oleh pihak yayasan Pondok Pesantren Daarul Muttaqien ini. Diantaranya seperti yang dipaparkan oleh informan utama yaitu:
“Untuk kendala di siswanya sendiri biasanya terjadi di awal semester dimana adanya murid baru di pondok. Biasanya mereka belum bisa menyesuaikan diri diasrama dan belum bisa mengatur emosi serta bersosialisasi dengan baik. Karena biasanya yang namanya anak SD masuk ke SMP apalagi tinggal di asrama perlu meyesuaikan waktu yang sedikit lama. Jadi kami harus ekstra hati-hati dalam membimbing siswa yang seperti itu. Jadi kebanyakan kendalanya hanya disitu. Untuk kendala sarana dan prasarananya karena asrama ini masih dalam rangka pembangunan juga jadi sarana dan prasarananya masih kurang. Sehingga masih seadanya seperti yang terlihat saat ini.
6.      Upaya pihak yayasan dalam mengatasi permasalahan di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya
Merujuk permasalahan yang sudah dipaparkan sebelumnya maka Pondok Pesantren Daarul Muttaqien ini memiliki sejumlah peraturan yang harus ditaati oleh seluruh warga pondok pesantren ini.
“Iya ada, peraturan yang ditetapkan antara lain siswa harus manaati peraturan yang telah dibuat seperti jadwal piket, dan lain-lain. Siswa juga wajib mengikuti seluruh kegiatan yang dilakukan di ponpes seperti mengaji, sholat tahajjud berjama’ah dan lain-lain.  Apabila ada siswa yang melanggar maka siswa akan dikenakan hukuman seperti membaca Al Qur’an tetapi siswa tidak sembarangan membaca Al Qur’an melainkan harus menggunakan pengeras suara sehingga siswa merasa malu apabila baca’annya salah dan siswa akan merasa jenuh dan tidak akan mengulangi perbuatannya lagi.”
D.    Temuan Penelitian
Temuan peneliti berdasar hasil penelitian atau paparan data sebelumnya adalah sebagai berikut:
1.      Gambaran kondisi pondok pesantren Daarul Muttaqien Surabaya
Berdasarkan kondisi di lapangan yang telah dipaparkan sebelumnya maka dalam hal ini peneliti mendeskripsikan kondisi lingkungan kekeluargaan yang ada di pondok pesantren Daarul Muttaqien dengan adanya keterlibatan guru secara langsung dalam menangani peserta didik yang bermasalah secara personal dan melalui musyawarah dengan orang tua siswa secara intern dan juga dalam berbagi kasih sudah dapat dipastikan bahwa dalam hal berbagi kasih semua siswa yang berada di pondok pesantren Daarul Muttaqien sangat peduli terhadap sesama dilihat dari Muhrobin yang siap sedia menolong permasalahan siswa pondok pesantren tersebut,Akan tetapi dalam hal gotong royong peneliti masih belum menemukan dalam lingkungan pondok pesantren Daarul Muttaqien di karenakan keterbatasan waktu dalam meneliti hal-hal yang bersifat mendalam.
Peneliti dalam mengobservasi menemukan kondisi yang nyaman dengan sambutan yang menghangatkan, karena para pengurus pondok pensatren menerima peneliti dengan tangan terbuka dan menjelaskan serta menjawab seluruh kebutuhan pertanyaan dari peneliti. Dengan demikian, jelaslah bahwa sistem kekeluargaan yang diterapkan oleh Pondok Pesantren Daarul Muttaqien ini dapat terealisasi dengan baik.
Gambar 4.1 Suasana hangat saat sesi wawancara berlangsung
DSCF4442.JPG
2.      Pengadaan Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya
Berdasarkan beberapa pemaparan yang disampaikan oleh informan dapat dipastikan bahwa:
Pondok pesantren Daarul Muttaqien ini hanya diperuntukan untuk siswa SMP dari mulai kelas VII-IX SMP. Jarak antara asrama putra dan putri terbilang cukup jauh sehingga hal tersebut dapat meminimalisir hal-hal negatif yang selalu ada di pondok-pondok pada umumnya. Ada sekitar empat kamar untuk laki-laki dan di setiap kamar terisi sepuluh sampai lima belas siswa, sedangkan kamar perempuan hanya disediakan dua kamar yang berisikan lima sampai tujuh siswa. Pada saat ini Pondok Pesantren Daarul Muttaqien ini sedang mengadakan renovasi bangunan sebagai tempat pondok pesantren perempuan. Program yang disediakan oleh Pondok Pesantren Daarul Muttaqien yaitu: sholat dhuha, sholat tahajjud, mengaji, sholat tasbih dilakukan pada awal bulan Masehi, memperingati hari-hari besar Islam, TPQ, pengajian umum, dan memperingati milad Pondok Pesantren Daarul Muttaqien.
Berikut salah satu program Pondok Pesantren Daarul Muttaqien:
DSCF4457.JPGGambar 4.2 Jadwal piket Pondok Pesantren Daarul Muttaqien







                                               












Gambar 4.3 Jadwal Baca Yasin Sebelum Subuh
DSCF4456.JPG
3.      Pengelolaan Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya
Pondok Pesantren Daarul Muttaqien ini dikelola oleh keluarga dari Bapak K.H Achmad Sofwan selaku pimpinan yayasan Daarul Muttaqien beserta seluruh keluarga besarnya.Peneliti menemukan sejumah permasalahan dalam pengelolaan Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya. Pondok pesantren ini pada dasarnya kurang lebih sedikit dapat berjalan dengan baik.  Hal tersebut dapat diperjelas dengan kondisi asrama yang telah peneliti amati di Pondok Pesantren Daarul Muttaqienbaik kondisi kamar putra maupun putri. Kondisi kamar yang ada di asrama Pondok Pesantren Daarul Muttaqien menurut kelompok kami kurang efektif dan kondisinya masih berantakan terutama kamar putra. Hal itu dapat dikarenakan penghuninya yang masih SMP sehingga masih kurang bisa dalam mengatur atau menata kamarnya atau karena tidak adanya koordinator yang tepat dalam mengatur kegiatan siswa di asrama.Peneliti tidak menemukan adanya permasalahan pada sarana seperti toilet, dapur dan tempat mencuci.
Gambar 4.4 Dapur                                   Gambar 4.5 Kamar Mandi
DSCF4453.JPGDSCF4474.JPG
4.      Administrasi keuangan dalam pengelolaan Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya
Berikut peneliti sajikan Tabel dari Keuangan Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya
Tabel 4.1 Pendaftaran Pondok Pesantren
Informasi Pendaftaran Pondok Pesantren
Pendaftaran
Rp 50.000,00
Infaq Makan/Bulan
Rp 250.000,00
Infaq Pendidikan dan Asrama
Rp 50.000,00
Perlengkapan
Rp 200.000,00
Jumlah
Rp 550.000,00


Tabel 4.2 Infaq pondok pesantren
Infaq Pondok Setiap Bulan
Infaq Pendidikan dan Asrama
Rp 50.000,00
Infaq Makan/Bulan
Rp 250.000,00
Jumlah
Rp 300.000,00

5.      Pemasalahan di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya
Berdasarkan pemaparan data oleh Informan utama maka dapat disimpulkan bahwa Manajemen dalam pengurusan siswa di pondok pesantren terbilang cukup baik, karena sudah adanya pembagian wewenang dalam hal membimbing peserta didik terutama peserta didik kelas VII SMP yang memiliki masa transisi dari masa anak-anak yaitu pada jenjang sekolah dasar menuju ketingkat masa pubertas.Menurut pendapat peneliti setelah melakukan observasi dan juga wawancara terhadap subjek yang diteliti maka manajemen sarana prasana yang ada di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien masih kurang baik perawatannya maupun penataanya. Hal tersebut dikarenakan adanya pembangunan (perbaikan) pondok pesantren untuk memperluas wilayah bagian pondok pesantren. Sarana prasarana yang ada di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien masih belum memadai, dikarenakan peneliti menemukan sejumlah permasalahan yang ada di dalam kamar tidur laki-laki dan juga perempuan diantaranya adanya alas tidur yang masih berupa matras yang menurut peneliti hal tersebut tidak layak digunakan karena dapat mempengaruhi kondisi kesehatan siswa pondok pesantren tersebut. Begitupun juga dengan tidak adanya teras untuk keperluan pendidikan yang memungkinkan siswa pondok pesantren kurang bisa bersantai menenangkan pikiran setelah beraktivitas di luar pondok pesantren.
Hal tersebut bisa dikarenakan pondok pesantren masih dalam dalam tahap pembangunan seperti yang dikatakan oleh pengurus yayasan maupun pengurus asrama, dan jugadi Pondok Pesantren tersebut lebih mengutamakan pendidikan formal dan pendidikan non formalnya.Asrama hanya mendukung kegiatan formal serta tidak diwajibkan semua siswa untuk tinggal di pondok pesantren dan hanya beberapa siswa yang mau dalam rangka memperdalam ilmu agama serta memandirikan diri. Hal itu dibuktikan dengan disahkannya pondok pesantren pada tanggal 11 Oktober 2009.




Gambar 4.6Peresmian Pondok Pesantren Daarul Muttaqien
DSCF4485.JPG





                       


6.      Upayapihak yayasan dalam mengatasi permasalahan di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya
Pihak Yayasan menerapkan tata tertib bagi yang melanggar peraturan yang sudah dibuat oleh pihak yayasan pondok pesantren dengan tujuan mendidik siswa untuk disiplin dan bertanggung jawab dalam setiap kegiatan yang berlangsung. Tata tertib yang dibuat diantaranya: Apabila siswa tidak mengikuti kajian kitab dan Jamm’iyah tanpa ijin, maka siswa akan dikenakan sanksi seperti membaca Al-Quran satu juz dengan pengeras suara atau membersihkan seluruh asrama (toilet, teras, kamar). Berikut lebih lengkapnya akan dilampirkan pada Lampiran 1 mengenai tata tertib yang ada di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien dalam rangka meningkatkan kedisiplinan siswa.



BAB V
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Asrama
Menurut Toffler, asrama adalah suatu tempat tinggal bagi anak-anak dimana mereka diberi pengajaran atau bersekolah. Sedangkan menurut Carter V. Good asrama sekolah merupakan lembaga pendidikan baik tingkat dasar ataupun tingkat menengah yang menjadi tempat bagi para siswa untuk dapat bertempat tinggal selama mengikuti program pengajaran. Demikian dapat disimpulkan bahwa asrama sekolah adalah suatu tempat dimana para siswa bertempat tinggal dalam jangka waktu yang relative tetap bersama dengan guru sebagai pengasuhnya yang memberikan bantuan kepada para siswa dalam proses pengembangan pribadinya melalui proses penghayatan dan pengembangan nilai budaya.
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam mengelola asrama sekolah adalah sebagai berikut:
1.      Sesuai dengan tujuan menyelenggarakan asrama
2.      Ide-ide pengelolaan asrama sekolah tidak akan terlepas dari lokasi, lingkungan dan situasi sekolah.
3.      Dalam asrama sekolah hendaknya diciptakan suatu suasanahome yaitu suatu situasi dimana para penghuni asrama merasa berada dirumahnya sendiri, sehingga mereka selalu bersikap wajar dan merasa turut memiliki asrama tersebut.
4.      Asrama hendaknya memberikan pengaruh positif dalam pembentukan dan penanaman sikap serta kebiasaan-kebiasaan yang baik pada diri siswa.
5.      Asrama perlu menetapkan tata tertib dan disiplin yang disertai dengan usaha pengawasan untuk membantu pertumbuhan sikap yang baik bagi para penghuniya.
6.      Pengawasan di asrama hendaknya dilakukan secara bersahabat dan kekeluargaan, sehingga para penghuni tidak merasa selalu diawasi.

Pada dasarnyaMenurut F. Patty (1983) dalam Junaidi menyebutkan beberapa fasilitas yang harus dimiliki asrama sekolah sebagai berikut:
1.      Memiliki kamar tidur yang cukup luas, yang dapat menampung semua penghuni asrama  beserta pengawas-pengawasnya, yang jumlahnya disesuaikan dengan jumlah penghuni.
2.      Memiliki kamar pakaian yang dilengkapi almari pakaian serta rak sepatu/sandal yang jumlahnya disesuaikan dengan jumlah penghuni, dan apabila tidak mungkin kedua kamar (kamar tidur dan kamar pakaian) dipisahkan, maka kedua kamar tersebut dapat disusun menjadi satu kamar dengan pengaturan yang sesuai dengan kebutuhan dan fungsi masing-masing.
3.       Memiliki ruang makan yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang sesuai dengan jumlah penghuni yang menggunakannya.
4.      Memiliki kamar mandi dan WC yang memadai dengan jumlah pemakai (kira-kira satu sampai lima dari jumlah penghuni), serta dilengkapi dengan peralatan yang sesuai dengan kebutuhan.
5.      Memiliki kamar belajar yang cukup luas dan dapat diselaraskan dengan kebutuhan belajar para penghuninya, misalnya apabila asrama diadakan selokasi dengan sekolah, maka kegiatan belajar dapat dilaksanakan atau menempati kelas-kelas yang ada.
6.      Memiliki tempat mencuci pakaian yang memadai dengan kebutuhan para penghuninya, serta dengan persediaan air yang cukup dan alat-alat yang diperlukan.
7.      Memiliki halaman yang dapat dipergunakan untuk sekedar rekreasi atau bersantai dikala istirahat sehabis menjalankan kegiatan yang melelahkan.
8.      Memiliki lapangan olah raga dan atau bangsal olahraga, yang juga dapat dipergunakan untuk latihan kesenian, senam, dan kegiatan lainya yang memerlukan bangsal.
9.      Memiliki tempat ibadah, yang disesuaikan dengan kebutuhan beribadah para penghuninya.
10.  Memiliki ruang untuk menerima tamu.
11.  Memiliki perpustakaan beserta ruang baca yang memadai.
12.  Memiliki ruangan khusus untuk mereka yang sedang menderita sakit untuk memudahkan pelayanan dan memungkinkan penularan penyakit dapat dicegah.
B.     Pengelolaan Asrama di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien
Berdasarkan observasi yang telah peneliti lakukan mengenai pengelolaan di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien pada tanggal 12 Maret 2015, maka peneliti dalam terjun ke lapangan melakukan wawancara dengan narasumber selaku pengurus Pondok Pesantren Daarul Muttaqien yaitu Bapak Kamal Izzi, kemudian peneliti melakukan observasi dalam rangka pengambilan data-data yang  menyangkut Pondok Pesantren Daarul Muttaqien serta dokumentasi di setiap kegiatan yang peneliti lakukan dalam menjawab setiap fokus penelitian yang peneliti sajikan. Sehingga berdasarkan keadaan atau kondisi di Pondok Pesantren yang telah peneliti amati, melalui wawancara yang telah peneliti lakukan serta  hasil observasi yang telah peneliti rangkum berupa data-data serta pengkajian teori yang sudah peneliti jabarkan sebelumnya, maka dapat dijelakan sebagai berikut:
Pengelolaan asrama di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien kurang lebihnya dapat berjalan dengan baik.  Hal tersebut dapat diperjelas dengan kondisi lingkungan yang asri dengan sistem kekeluargaan yang ada di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien, sehingga membuat siswa yang berada di pondok pesantren merasa nyaman untuk menimba dan memperdalam ilmu di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya. Murobby pondok pesantren ini juga sudah berpengalaman dalam rangka mendidik siswa pondok pesantren. Program yang dijalankan di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya diantaranya: Tahfidz, Kitab Kuning, Bahasa Arab dan Bahasa Inggris yang menurut peneliti hal tersebut dapat membina dan membimbing siswa.
Program yang ada di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya ini tidak akan dapat berbenturan dengan program yang ada di sekolah, karenakan program yang dijalankan disesuaikan dengan kondisi program sekolah yang ada. Setiap manusia pasti selalu memiliki kekurangan begitupun program yang telah dibuat oleh manusia. Sarana prasarana yang telah peneliti amati diPondok Pesantren Daarul Muttaqien baik kondisi kamar putra maupun putri menurut peneliti kurang efektif dan kondisinya masih berantakan terutama pada kamar putra. Begitupun juga dengan tidak adanya teras untuk keperluan pendidikan yang memungkinkan siswa pondok pesantren kurang bisa bersantai menenangkan pikiran setelah beraktivitas di luar pondok pesantren. Hal itu dapat terjadi dikarenakan penghuni pondok pesantren yang masih SMP sehingga masih kurang mampu dalam mengatur atau menata kamarnya dan juga kurang adanya koordinator yang tepat dalam mengatur kegiatan siswa di Pondok pesantren Daarul Muttaqien Surabaya menurut pemaparan informan, untuk permasalahan tidak adanya teras asrama peneliti mendapat penjelasan diantaranya masih adanya pembangunan di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya, sehingga penataan pun harus terus dilakukan demi terciptanya suasana yang nyaman.
DSCF4458.JPG

Berikut gambaran kondisi kamar putra dan putri di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya:
DSCF4475.JPGGambar 5.1 Kamar Putra                                                Gambar 5.2 Kamar Putri

Berikut paparan peneliti mengenai permasalahan yang telah peniliti kaji berdasarkan landasan teori di Pondok pesantren Daarul Muttaqien Surabaya:
1.      Sarana dan prasarana yang ada dalam Pondok pesantren Daarul Muttaqien Surabaya maupun yang tersedia dalam asrama kurang efektif dan kurang mendukung jalannya kegiatan siswa. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan kondisi Pondok pesantren Daarul Muttaqien Surabaya yangt telah peneliti amati. Di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya peneliti melihat bahwasanya dalam satu kamar putra berisi 10 sampai 15 siswa dengan matras tanpa penyangga matras dimana matras tersebut hanya berukuran setinggi badan siswa. Sama seperti kamar putri kondisinya juga demikian. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi sarana dan prasarana yang ada di Pondok Pesantren kurang efektif  meskipun tujuannya sendiri untuk memandirikan siswa.
Pada dasarnyaMenurut F. Patty (1983) dalam Junaidi menyebutkan beberapa fasilitas yang harus dimiliki asrama sekolah sebagai berikut:
13.  Memiliki kamar tidur yang cukup luas, yang dapat menampung semua penghuni asrama  beserta pengawas-pengawasnya, yang jumlahnya disesuaikan dengan jumlah penghuni.
14.  Memiliki kamar pakaian yang dilengkapi almari pakaian serta rak sepatu/sandal yang jumlahnya disesuaikan dengan jumlah penghuni, dan apabila tidak mungkin kedua kamar (kamar tidur dan kamar pakaian) dipisahkan, maka kedua kamar tersebut dapat disusun menjadi satu kamar dengan pengaturan yang sesuai dengan kebutuhan dan fungsi masing-masing.
15.   Memiliki ruang makan yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang sesuai dengan jumlah penghuni yang menggunakannya.
16.  Memiliki kamar mandi dan WC yang memadai dengan jumlah pemakai (kira-kira satu sampai lima dari jumlah penghuni), serta dilengkapi dengan peralatan yang sesuai dengan kebutuhan.
17.  Memiliki kamar belajar yang cukup luas dan dapat diselaraskan dengan kebutuhan belajar para penghuninya, misalnya apabila asrama diadakan selokasi dengan sekolah, maka kegiatan belajar dapat dilaksanakan atau menempati kelas-kelas yang ada.
18.  Memiliki tempat mencuci pakaian yang memadai dengan kebutuhan para penghuninya, serta dengan persediaan air yang cukup dan alat-alat yang diperlukan.
19.  Memiliki halaman yang dapat dipergunakan untuk sekedar rekreasi atau bersantai dikala istirahat sehabis menjalankan kegiatan yang melelahkan.
20.  Memiliki lapangan olah raga dan atau bangsal olahraga, yang juga dapat dipergunakan untuk latihan kesenian, senam, dan kegiatan lainya yang memerlukan bangsal.
21.  Memiliki tempat ibadah, yang disesuaikan dengan kebutuhan beribadah para penghuninya.
22.  Memiliki ruang untuk menerima tamu.
23.  Memiliki perpustakaan beserta ruang baca yang memadai.
24.  Memiliki ruangan khusus untuk mereka yang sedang menderita sakit untuk memudahkan pelayanan dan memungkinkan penularan penyakit dapat dicegah.
Untuk dapat melihat semua kondisi sarana prasana Pondok Pesantren Daarul Muttaqien peneliti melampirkan dalam lampiran yang ke dua.
Berdasarkan hasil analisis data tersebut, diperoleh lima temuan hasil penelitian sebagai berikut:
1.      Manajemen sarana dan prasarana asrama sekolah di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien mempunyai peran yang secara langsung membantu kelancaran pondok pesantrenmeskipun pendayagunaan sarana prasaran masih terbilang kurang efektif
2.      Proses pengelolaan asrama di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien meliputi: perencanaan kebutuhan apa saja yang dibutuhkan siswa di pondok pesantren, kegiatan apa saja yang mendukung siswa dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa, sanksi yang di berikan kepada siswa apabila melanggar tata tertib. Kegiatan tersebut dilakukan dalam rangka mengoptimalkan kegiatan atau program yang sedang berjalan di pondok pesantren agar berjalan dengan efektif dan efisisen.
3.      Pengorganisasian dilakukan untuk mengatur mekanisme kerja organisasi atau pengurus agar tidak ada kesenjangan serta kegiatan yang tidak sesuai dengan tujuan sehingga melalui pengorganisasian dapat menjamin pencapaian tujuan yang ditentukan.
4.      Pelaksanaan pengadaan kegiatan maupun kebutuhan siswa, serta pemberian sanksi dilakukan oleh pihak asrama sekolah sendiri atau pengurus Yayasan Daarul Muttaqien.
5.      Pengevaluasian pengelolaan asrama, untuk mengetahui bahwa hasil pelaksanaan pekerjaan sedapat mungkin sesuai dengan rencana atau tujuan yang ingin dicapai apakah sudaf efektif dan efisien atau belum.

Kendala-kendala yang dihadapi yaitu masalah keuangan, dan tenaga untuk pemeliharaan, proses pelaksanaannya, serta sarana dan prasarana yang belum bisa terpenuhi secara maksimal. Faktor pendukung lebih kepada dukungan dari KetuaYayasan Daarul Muttaqien yaitu Bapak K.H. Achmad Shofwan Ilyas sehingga ketika keuangan asrama tidak mendapatkan dana yang cukup, ketua yayasan membantu dalam pendanaannya. Dalam proses manajemen sarana dan prasarana selain faktor internal yaitu pengurus dan penegelola yayasan juga faktor eksternal yaitu para santri yang juga peduli dalam pemeliharaan sarana dan prasarana yang ada serta pemeliharaan lingkungan yang asri agar tercipta suasana yang tentram, damai, dan menyenangkan.





BAB VI
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Asrama merupakan suatu tempat dimana para siswa bertempat tinggal dalam jangka waktu yang relatif tetap bersama dengan guru sebagai pengasuhnya yang memberikan bantuan kepada para siswa dalam upaya pengembangan pribadi serta memandirikan pribadinya melalui proses penghayatan dan pengembangan nilai budaya.

Pengelolaan atau manajemen merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap tercapainya tujuan asrama yaitu untuk memandirikan serta mengembangkan pribadi siswa melalui proses penghayatan dan pengembangan nilai budaya. Pengelolaan itu sendiri mencakup sarana prasarana, pribadi siswa serta kegiatan siswa yang mana itu semua dapat berjalan secara baik dan efektif apabila semua unsur (pengurus asrama, siswa/penghuni asrama) dapat menyatu dan saling mendukung satu sama lain.
Pengelolaan asrama di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya dirasa sudah cukup baik dalam menangani berbagai permasalahan siswa. Hal tersebut dikarenakan sistem kekeluargaan yang diterapkan oleh para Murobby sudah baik dan juga tata tertib yang diterapkan oleh Murobbysudah efektif yakni sanksi yang diberikan cukup tegas, mendidik dan sesuai dengan syariat islam. Sarana prasarana yang ada di asrama Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya sudah terbilang cukup memadai meskipun pengelolaan sarana prasarana di asrama kurang optimal dikarenakan asrama masih dalam proses pembangunan dalam rangkamemperluas asrama putri.
Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya, pengelolaan sangat penting dalam layanan khusus asrama dimana melalui pengelolaan yang baik dapat mewujudkan sarana prasarana, pribadi siswa serta kegiatan-kegiatan asrama sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Maka dapat disimpulkan bahwa Manajemen layanan khusus sangat berpengaruh dalam terciptanya asrama yang efektif dan efisien di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya.
B.     Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan kepada:
1.      Para pengurus atau yang biasa disebut Murhobi (ustadz) di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien hendaknya lebih mengoptimalkan kegiatannya atau meningkatkan lagi kinerjanya dalam mengelola asrama dengan baik. Baik dalam memenuhi kebutuhan sarana prasarana maupun dalam mengawasi kegiatan disiplin siswa. Sehingga asrama yang efektif dan efisien dapat tercapai dengan baik meskipun asrama tidak menjadi pendukung utama dalam kegiatan pembelajaran.
2.      Ketua atau kepala Yayasan hendaknya menambah anggaran dalam upaya mengoptimalkan kebutuhan sarana dan prasarana asrama demi mendukung lancarnya kegiatan siswa diasrama secara efektif dan efisisen. 
3.      Jurusan Administrasi Pendidikan, hendaknya dapat menjadikan bahan ini sebagai referensi tambahan dalam hubungannya dengan mata kuliah Manajemen Sarana dan Prasarana;
4.      Peneliti lain, hendaknya melakukan penelitian pengembangan tentang manajemen sarana dan prasarana asrama/ma’had dengan menambah situs penelitian yaitu dengan lebih memperdalam fokus dan kajian teori.





DAFTAR PUSTAKA


Imron, A. 1994. Manajemen Peserta Didik di Sekolah.Malang: IKIP Malang
Kasiram, Mohammad. 2008. Metodologi Penelitian. Malang: UIN Malang Press
Kusmintardjo. 1993. Pengelolaan Layanan Khusus di Sekolah (Jilid 2). Malang:OPFIKIP Malang.
Moleong. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Moleong. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Nazir, Muhammad. 1986. Metode Penelitian. Bandung: Remaja Rosdakarya
Sutisna, O. 1983.Administrasi Pendidikan: Dasar Teoritis untuk Praktik Profesional.Bandung : Penerbit Angkasa.
Aryawiga.2012. http://thawalibparabek.tripod.com/asrama.htmlDiakses pada tanggal 25 februari 2015.Pukul 09.30.




Lampiran 1: Daftar Pertanyaan Beserta Jawaban
1.      Berapa daya tampung asrama di ponpes darul muttaqien (asrama putra maupun putri) ?
Jawaban :
 karena di sini masih dalam rangka pembangunan jadi daya tampung yang ada di asrama ini masih sedikit. Untuk asrama putri hanya 2 kamar dan asrama putra ada 4 kamar. Untuk asrama putri jumlah penghuni asrama hanya 10 sampai 15 siswa  dimana 1 kamar diisi 5 sampai 7 siswa. Sedangkan jumlah penghuni asrama putra sekitar  50 siswa dimana satu kamar berisi sekitar 10 sampai 15 siswa. Jadi di asrama ini siswa tidak diwajibkan atau diharuskan untuk menetap di asrama melainkan bagi mereka yang ingin mandiri dan lebih memperdalam ilmu keagamaan (mengaji,dll) di ponpes darul muttaqien. Di asrama ponpes darull muttaqien ini juga membuka kesempatan bagi mereka yang ingin memperdalam ilmu agamanya jadi asrama tidak hanya untuk siswa dari ponpes darrul muttaqien melainkan juga untuk umum. Tetapi ada tempat tersendiri yang dikhususkan untuk umum. Seperti yang saya katakan tadi bahwa ponpes darul muttaqien ini diurus atau dikelola oleh keluarga sendiri maka disamping asarama putri juga terdapat rumah ustadzah atau guru yang mengajar di ponpes darull muttaqien yang juga merupakan keluarga dari pendiri yayasan.
2.      Apa Tujuan atau fungsi dengan adanya asrama di ponpes darul muttaqien ini ?
Jawaban :
 tujuan dari adanya asrama ini sendiri yaitu untuk memandirikan siswa, mendisiplinkan siswa  dan memperdalam ilmu keagamaan siswa melalui kegiatan mengaji (qur’an), sholat 5 waktu, sholat tahajjud dan masih banyak lagi. Dimana kegiatan siswa berlangsung mulai jam 4 sore (setelah pulang sekolah) sampai subuh. Kegiatan asrama dilakukan mulai jam 4 sore karena yayasan menerapkan sekolah full day school. Selain itu asrama ini hanya ditujukan kepada siswa SMP saja tidak untuk siswa SD karena memang emosionalnya belum bisa diatur atau masih labil serta masih perlu bimbingan orang tua. Sehingga asrama ini hanya ditujukan kepada siswa SMP baik putri maupun putra mulai dari kelas 7,8 maupun 9.
3.      Apakah dalam pengelolaan ponpes darull muttaqien ada aturan-aturan yang ditetapkan. Seperti apa aturan yang ditetapkan ?
Jawaban :
iya ada, peraturan yang ditetapkan antara lain siswa harus manaati peraturan yang telah dibuat seperti jadwal piket, dan lain-lain. Siswa juga wajib mengikuti seluruh kegiatan yang dilakukan di ponpes seperti mengaji, sholat tahajjud berjama’ah dan lain-lain.  Apabila ada siswa yang melanggar maka siswa akan dikenakan hukuman seperti membaca alqur’an tetapi siswa tidak sembarangan membaca alqur’an melainkan harus menggunakan microvon(pengeras suara) sehingga siswa merasa malu apabila baca’annya salah dan siswa akan merasa jenuh dan tidak akan mengulangi perbuatannya lagi.
4.      Apakah ada ketentuan khusus untuk jadwal pulang siswa atau siswa yang menentukan sendiri jadwal pulangnya seperti pulang satu minggu sekali ?
Jawaban :
Tentunya ada ketentuan mengenai jadwal pulang siswa. Jadi siswa diperbolehkan pulang selama satu bulan sekali itu pun juga ada izin pulangnya karena setelah memberikan surat izin maka siswa bukan menjadi tanggung jawab puhak sekolah lagi melainkan tanggung jawab orang tua masing-masing. Karena ada waktu yang dilarang untuk siswa pulang yaitu awal bulan. Karena diawal bulan ada kegiatan rutin yang biasanya dilakukan oleh pihak pesantren seperti mengaji (dengan para bapk/ibu KBIH). Bagi siswa yang memang benar-benar ada kepentingan keluarga dan ingin pulang cepat bisa memberikan surat izin. Apabila ada siswa yang melanggar dan pulang tanpa izin maka siswa akan diberikan sanksi salah satunya membaca alqur’an dengan menggunakan microvon.
5.      Adakah kendala yang dihadapi dalam mengelola atau mengurus asrama ?
Jawaban :
Untuk kendala di siswanya sendiri biasanya terjadi di awal semester dimana adanya murid baru di asrama. Biasanya mereka belum bisa menyesuaikan diri diasrama dan belum bisa mengatur emosi serta bersosialisasi dengan baik. Karena biasanya yan namanya anak SD masuk ke SMP apalagi tinggal di asrama kan perlu meyesuaikan waktu yang sedikit lama. Jadi kami harus ekstra hati-hati dalam membimbing siswa yang seperti itu. Jadi kebanyakan kendalanya hanya disitu. Untuk kendala sarana dan prasarananya karena asrama ini masih dalam rangka pembangunan juga jadi sarana dan prasarananya masih kurang. Sehingga masih seadanya seperti yang dilihat.
6.      Adakah kegiatan asrama yang sifatnya mendekatkan siswa dengan masyarakat disekitar ? jika ada seperti apa kegiatannya ?
Jawaban :
Ada, kegiatan asrama yang mendekatkan siswa dengan masyarakat disekitar. Kegiatan tersebut juga merupakan kegiatan umum dari yayasan daarul muttaqien sendiri. Kegiatan tersebut seperti mengadakan mengaji bersama dengan masyarakat sekitar, kegiatan tersebut biasanya dilakukan dalam waktu satu minggu sekali. Kegiatan tersebut juga disambut dengan antusias oleh masyarakat sekitar. Itulah kegiatan yang biasanya dilakukan oleh pihak yayasan dan para siswa bisa lebih dekat dengan masyarakat.
7.      Adakah kegiatan asramadalam upaya mendekatkan penghuni asrama satu dengan penghuni asrama lainnya maupun pengurus? seperti apa kegiatannya ?
Jawaban :
 Ada kegiatan yang dilakukan dalam rangka mendekatkan para siswa atau penghuni asrama. Karena kami dari awal sudah menekankan atau memberi tahu pada siswa bahwasanya “kita ini keluarga jadi jika ada apa-apa kita harus saling bicara saling curhat satu sama lain baik kepada sesama teman asrama maupun kepada para pengurus asrama” .ucap bapak mun’in selaku pengurus asrama. selain itu kami juga menerapkan peraturan jika ada ketidaknyamanan ketidakcocokan bisa dibicarakan secara baik-baik secara kekeluargaan. Sehingga kenyamanan dan kedekatan antara pihak pengurus serta antar sesama penghuni asrama dapat terjalin dengan baik.
8.      Adakah kendala atau permasalahan yang terjadi di asrama daarul muttaqien ini seperti kehilangan harta benda yang dimiliki penghuni asrama ? dan bagaimana upaya ppengurus asarama dalam mengatasi permasalahan tersebut ?
Jawaban :
Ada, dulu pernah ada. Cara mengatasinya pertama kali kami (pengurus asrama) menanyai siswa yang merasa kehilangan tersebut dulu seperti apa kronologis kejadiannya. Kedua jika sudah mengetahui kronologis kejadiannya barulah kami bertindak dengan mengecek kondisi kelas, menanyai siswa atau para penghuni lain apabila ada yang melihat atau menemukannya. Karena terkadang hal tersebut terjadi karena keteledoran dari siswanya sendiri yang lupa meletakkan barangnya. Jika sudah diketahui ada pihak yang sengaja mengambilnya maka kami akan melakukan tindakan seperti menahan siswa yang ditetapkan sebagai tersangka tersebut. Menahan disini dalam artian teman-temannya waktunya istirahat siswa tersebut tidak kami berikan waktu istirahat namun kami tahan untuk membeaca alqur’an dengan menggunakan microvon sehingga anak tersebut sedikit jera. Upaya seperti itu yang biasanya kami lakukan. Jadi sanksi yang kami berikan sanksi yang mendidik tidak menekankan kepada fisik siswa.






Lampiran 2: Tata Tertib Pondok Pesantren Daarul Muttaqien
KEWAJIBAN
LARANGAN
SANKSI
AQIDAH-AKHLAK-IBADAH
1.      Bertaqwa dan taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
1.      Tidak menjalankan syari’at islam.
1.      Pelanggaran terhadap tata tertib ini akan dikenakan sanksi sesuai dengan jenis pelanggarannya.
2.      Menjalankan sholat lima waktu secara berjamaah.
2.      Meliputi:
a.       Meninggalkan sholat
b.      Meninggalkan sholat berjamaah
2.      Jenis-jenis sanksi sebagaimana yang dimaksud yaitu:
a.       Sanksi ringan memiliki tiga kategori:
·               Diberi nasehat dan peringatan oleh guru atau murobby
·         Diberi teguran secara lisan atau tertulis oleh guru atau murobby
·         Membaca Al-Qur’an satu juz dengan pengeras suara atau membersihkan asrama (toilet, teras, kamar)
b.      Sanksi berat memiliki dua kategori :
·         Diskors satu minggu untuk mendapat bimbingan dari orang tuanya.
·         Diserahkan kembali ke orang tuanya
3.      Hormat dan taat kepada orang tua, pengasuh, guru dan murobby
3.      Meliputi:
a.       Melawan dan bicara kasar kepada kedua orang tua
b.      Tidak sopan terhadap kedua orang tua, pengasuh, guru dan murobby
3.      Jenis-jenis pelanggaran yang dimaksud yaitu:
a.       Pelanggaran berat:
·         Melakukan perbuatan melanggar syari’at yang termasuk dosa besar.
·         Mencemarkan pondok pesantren.
·         Melakukan pelanggaran ringan setelah mendapat peringatan tertulis dari pengasuh sebanyak tiga kali dalam waktu satu bulan.
b.      Pelanggaran ringan, yaitu semua jenis pelanggaran yang tidak termasuk dalam kategori pelanggaran berat diatas.
4.      Menjaga dan menjunjung tinggi almamateer Pondok Pesantren Terpadu Daarul Muttaqien
4.      Meliputi:
a.       Menggunjungkan aib pondok, sekolah atau teman santri
b.      Melakukan kegiatan di luar pondok dengan mengatasnamakan pondok tanpa seijin pengasuh atau pengurus pondok.

5.      Mendoakan kedua orang tua paling sedikit lima kali dalam sehari semalam (setelah sholat lima waktu)
5.      Tidak berdoa dan berzikir setelah sholat lima waktu

6.      Berada di ruang belajar masing-masing dan berdoa sebelum pelajaran dimulai
6.      Datang terlambat ke tempat belajar

7.      Bersikap tenang dan sopan pada waktu pelajaran berlangsung
7.      Ramai saat pelajaran berlangsung

8.      Minta ijin pada guru, bila karena sesuatu hal harus meninggalkan pelajaran pada saat pelajaran berlangsung
8.      Meninggalkan pelajaran tanpa ijin

9.      Memberitahukan kepada murobby apabila guru terlambat atau tidak hadir
9.      Tidak memberitahukan kepada murobby manakala guru yang datang terlambat atau tidak hadir

10.  Berdoa setelah menyelesaikan seluruh pelajaran dan tidak diperkenankan keluar mendahului guru
10.  Tidak berdoa setelah pelajaran selesai dan mendahului guru saat keluar ruang belajar

11.  Mengikuti kajian kitab dan jam’iyyah yang dilaksanakan dalam jam pelajaran pesantren
11.  Tidak mengikuti kajian kitab dan jam’iyyah tanpa ijin.

12.  Berpenampilan rapi dan sopan meliputi:
a.       Rambut dengan ketentuan ukuran maksimal panjang rambut untuk santri putra, ke belakang samapai krah baju, ke samping di atas telinga, dan ke depan tidak menutupi alis mata dan model potongan rambut wajar, rapi, dan sopan
b.      Pakaian ketika di luar kamar harus berdasarkan pada aturan dan etika islam dengan kriteria:
·         Menutup aurat
·         Longgar, tidak ketat
·         Rapi dan sopan
·         Tidak transparan
c.       Pakaian ketika di dalam asrama harus berdasarkan pada aturan dan etika islam, dengan kriteria:
·         Rapi dan sopan
·         Tidak transparan
·         Tidak ketat
12.  Penampilan tidak rapi dan tidak sopan meliputi:
a.       Rambut tidak sesuai ketentuan
b.      Pakaian tidak sesuai ketentuan
c.       Memakai perhiasan yang bukan pada tempatnya
d.      Memakai pakaian dan perhiasan yang berlebihan

KEDISIPLINAN
13.  Berada di kamar asrama pada pukul 21.30 untuk laki-laki dan pukul 21.00 untuk perempuan
13.  Berada di luar kamar di atas pukul 21.30 untuk laki-laki dan di atas pukul 21.00 untuk perempuan

14.  Ketentuan tentang perijinan diatur sebagai berikut:
a.       Ijin tidak mengikuti kegiatan sekolah
b.      Ijin tidak mengikuti kegiatan pondok
c.       Ijin keluar pondok
d.      Ijin pulang
14.  Tidak ijin sesuai ketentuan

15.  Proses pengijinan adalah sebagai berikut:
a.       Ijin tidak mengikuti kegiatan sekolah. Santri minta surat ijin kepada murobby dan surat tersebut disampaikan kepada sekolah. Bila santri sedang berada di rumah, maka orang tua/wali santri minta ijin kepada sekolah dan memberitahukan kepada murobby
b.      Ijin tidak mengikuti kegiatan pondok. Santri minta ijin kepada murobby dan surat tersebut disampaikan kepada guru yang sedang bertugas
c.       Keluar pondok minta ijin kepada murobby dan disetujui oleh Ustadz Izzi (untuk santri putra) Uztadzah Elok (untuk santri putri) atau pengurus yayasan yang mendapat mandat
d.      Surat ijin keluar pondok yang disetujui, disampaikan kepada petugas piketkeamanan pondok
e.       Meninggalkan pondok atau pulang harus dijemput oleh orang tua atau wali, dan harus minta ijin kepada pengasuh dengan membawa surat ijin dari murobby
f.       Permohonan ijin untuk santri yang terlambat datang masuk pondok. Orang tua/wali santri minta ijin kepada pengasuh atau pihak yang ditunjuk
15.  Tidak ijin sesuai prosedur yang ditetapkan

16.  Membayar biaya administrasi pondok tepat waktu sesuai ketentuan
16.  Tidak membayar biaya administrasi tepat waktu

KEBERSIHAN
17.  Menjaga lingkungan dan memelihara kebersihan pondok dan semua fasilitas pondok
17.  Meliputi:
a.       Membuang sampah sembarangan, corat-coret dinding, almari dan meja serta fasilitas pondok lainnya
b.      Membiarkan pakaian kotor, perlengkapan sekolah dan perlengkapan pribadi lainnya berserakan

18.  Melaksanakan piket harian dengan tertib dan baik
18.  Meninggalkan tugas piket tanpa ijin

KEAMANAN DAN KETERTIBAN
19.  Selalu menjaga keamanan almari dan barang pribadinya sendiri
19.  Lalai terhadap barang pribadi

20.  Mentaati peraturan pondok dan pemerintah tentang ketertiban dan kemanan dan keamanan di lingkungan tempat tinggalnya
20.  Meliputi:
a.       Membawa senjata dalam bentuk apapun yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan proses belajar mengajar
b.      Menggunakan dan membawa obat-obatan terlarang, bacaan dan gambar pornografi dan gambar lainnya yang bertentangan dengan undang-undang dan syari’at islam
c.       Membuat keonaran, baik didalam maupun di luar ingkingan pondok pesantren
d.      Bergaul dan mengadakan pertemuan yang tidak sesuai dengan syari’at islam, yaitu antara pria dan wanita yang bukan mahramnya, baik di dalam maupun di luar lingkungan pondok pesantren
e.       Merokok, baik di dalam maupun di luar lingkungan pondok pesantren
f.       Membawa HP
g.      Makan di dalam kamar kecuali bagi yang sakit
h.      Bermain di lantai tiga khususnya pada malam hari
i.        Menaiki dan melompati tembok pagar
j.        Menyimpan uang di lemari lebih dari Rp 50.000
k.      Memiliki kunci lemari lebih dari satu atau yang bukan miliknya
l.        Mengadakan olahraga di luar waktu yang telah ditentukan
m.    Berbicara kotor atau tidak pantas





Lampiran 3: Informasi Pendaftaran Pondok pesantren



Lampiran 4:  Surat observasi



Lampiran 5 : Dokumentasi di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya




Gambar 1: Tampak depan Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Surabaya. Foto diambil dengan Bapak Kamal Izzi selaku pengurus pondok pesantren.






Gambar 2: Kamar tidur asrama putra





Gambar 3: Kamar mandi asrama putra




Gambar 15: Rak sepatu asrama putri


Gambar 16: Dapur asrama putri

Gambar 17: Dapur utama





No comments:

Post a Comment