Sunday, March 20, 2016

Laporan Penelitian SMP SHAFTA SBY (Evaluasi Program Pendidikan)

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Evaluasi merupakan kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat untuk mengambil sebuah keputusan. Evaluasi di gunakan untuk pengambilan keputusan yang berguna untuk menjadikan suatu program maupun pekerjaan menjadi lebih baik ( Arikunto, Suharsini 2014 : 4 ).  
Arikunto, suharsini (Stufflebeam 1971:2,) menyatakan bahwa evaluasi merupakan proses penggambaran, pencarian, dan pemberian informasi yang sangat bermanfaat bagi pengambilan keputusan dalam menentukan alternatif  keputusan. Sedangkan evaluasi program adalah langkah awal dari supervisi,yaitu pengumpulan data yang tepat agar dapat dilanjutkan dengan pemberian pembinaan yang tepat pula (Suharsini, arikunto 2014 : 29 )
Sekolah merupakan lembaga pendidikan, yang menampung peserta didik dan dibina agar mereka memiliki kemampuan, kecerdasan dan keterampilan. Dalam proses pendidikan diperlukan pembinaan secara berkoordinasi dan terarah. Dengan Demikian siswa diharapkan dapat mencapai prestasi belajar yang maksimal sehingga tercapainya tujuan pendidikan.
Dalam pembinaan siswa di sekolah, banyak wadah atau program yang dijalankan demi menunjang proses pendidikan yang kemudian atas prakarsa sendiri dapat meningkatkan kemampuan, keterampilan ke arah pengetahuan yang lebih maju. Salah satu wadah pembinaan siswa di sekolah adalah kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan-kegiatan yang diadakan dalam program ekstrakurikuler didasari atas tujuan dari pada kurikulum sekolah. Melalui kegiatan ekstrakurikuler
yang beragam siswa dapat mengembangkan bakat, minat dan kemampuannya.
Kegiatan-kegiatan siswa di sekolah khususnya kegiatan ko/ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang terkoordinasi terarah dan terpadu dengan kegiatan lain di sekolah, guna menunjang pencapaian tujuan kurikulum. Kegiatan terkoordinasi di sini adalah kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan program yang telah ditentukan. Dalam pelaksanaannya kegiatan ekstrakurikuler dibimbing oleh guru, sehingga waktu pelaksanaan berjalan dengan baik.
Melalui kegiatan ekstrakurikuler siswa dapat bertambah wawasan mengenai mata pelajaran yang erat kaitannya dengan pelajaran di ruang kelas. Melalui kegiatan ekstrakurikuler juga siswa dapat menyalurkan bakat, minat dan potensi yang dimiliki. Salah satu ciri kegiatan ekstrakurikuler adalah keanekaragamannya, hampir semua minat remaja dapat digunakan sebagai bagian dari kegiatan ekstrakurikuler. Pada pembahasan kali ini akan mengacu pada minat peserta didik terhadap kegiatan ekstrakulikuler, pelaksanaan ekstrakulikuler, dan kondisi ekstrakulikuler di sekolah
B.        Rumusan Masalah
1.      Bagaimana minat peserta didik terhadap kegiatan ekstrakulikuler di SMP SHAFTA SURABAYA?
2.      Bagaimana pelaksanaan ekstrakulikuler di SMP SHAFTA SURABAYA?
3.      Bagaimana kondisi ekstrakulikuler di SMP SHAFTA SURABAYA
C.    Tujuan Penelitian
1.      Mengetahui minat peserta didik terhadap kegiatan ekstrakulikuler di SMP SHAFTA SURABAYA
2.      Mengetahui pelaksanaan ekstrakulikuler di SMP SHAFTA SURABAYA
3.      Menjelaskan kondisi ekstrakulikuler di SMP SHAFTA SURABAYA



BAB II
KAJIAN TEORI
A.    Teori Evaluasi Program
1.      Teori Evaluasi dan Program
Ada beberapa pengertian evaluasi yang dikemukakan oleh para ahli seperti yang dikemukakan oleh Scriven yang dikutip oleh Fitzpatrick, Sanders dan Worthen menyatakan bahwa “evaluation as  judging the worth or merit of something”. Berdasarkan definisi dari Scriven ini selanjutnya  Fitzpatrick, Sanders dan Worthen mempertegas bahwa evaluasi adalah mendeterminasi manfaat atau nilai dari suatu objek evaluasi. Secara lebih luas evaluasi dapat didefinisikan sebagai  mengidentifikasi, mengklarifikasi dan menerapkan sejumlah kriteria untuk mendeterminasi obyek yang dievaluasi.
Tayibnapis  dengan mengutip pendapat Tyler menyatakan bahwa evaluasi merupakan proses untuk menentukan sampai sejauhmana  kemampuan yang dapat dicapai siswa dalam proses pembelajaran. Kemudian  dijelaskan pula bahwa evaluasi dilakukan melalui pengukuran dan penilaian yang merupakan dasar untuk  memperbaiki proses pembelajaran dan sistem pembelajaran secara keseluruhan.
Brinkerhoff  sebagaimana dikutip oleh Widoyoko, menyatakan bahwa evaluasi merupakan suatu proses menentukan sejauhmana tujuan pendidikan dapat dicapai. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa ada tujuh elemen yang harus dilakukan dalam pelaksanaan evaluasi. Tujuh elemen tersebut meliputi:
 1) penentuan fokus yang akan dievaluasi.
 2) penyusunan desain evaluasi.
3) pengumpulan informasi.
 4) analisis dan interpretasi informasi.
 5) pembuatan laporan.
 6) pengelolaan evaluasi dan
7) evaluasi untuk evaluasi.
joint commitee ini, Stufflebeam  dan Shinkfield memberikan definisi  evaluasi sebagai penilaian  tentang suatu obyek secara sistematik dan fokus. Namun kemudian mereka   menambahkan bahwa harus ada batasan dan kriteria umum yang penting  untuk bahan pertimbangan ketika menilai program.
Djaali menyatakan bahwa evaluasi dapat juga diartikan sebagai proses menilai sesuatu berdasarkan kriteria atau tujuan yang ditetapkan sebelumnya, yang selanjutnya diikuti dengan pengambilan keputusan atas obyek yang dievaluasi. Sebagai contoh evaluasi proyek, kriterianya adalah tujuan dari pembangunan proyek tersebut, apakah tercapai atau tidak, apakah sesuai dengan rencana atau tidak, jika tidak mengapa  dan langkah-langkah apa yang akan ditempuh selanjutnya. Demikian pula  Arikunto menyatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu dan kemudian informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat ketika mengambil keputusan.
Program dapat juga diartikan sebagai sejumlah sarana hubungan yang didesain dan diimplementasikan sesuai dengan tujuan. Sedang program menurut Joan L. Herman  sebagaimana dikutip oleh Tayibnapis adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh seseorang dengan harapan akan mendatangkan hasil atau pengaruh.
Arikunto menyatakan ada dua pengertian dari program, yakni secara umum dan khusus. Secara umum program dapat diartikan sebagai rencana, seperti rencana seseorang setelah lulus ujian, apakah kemudian bekerja atau melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Secara khusus  program yang dikaitkan dengan evaluasi, didefinisikan Arikunto sebagai suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung secara berkesinambungan dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang. Selanjutnya evaluasi program dapat didefinisikan sebagai sebuah upaya untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan suatu kebijakan secara cermat dengan cara mengetahui efektivitas masing-masing komponennya.
Sementara menurut Tayibnapis, evaluasi suatu program berarti mengumpulkan informasi secara teratur (sistematik) tentang bagaimana program itu berjalan, dampak yang mungkin terjadi atau untuk menjawab pertanyaan yang diminati. Selanjutnya Stake sebagaimana dikutip oleh Tayibnapis mengatakan bahwa, menilai atau mengevaluasi suatu program berarti melakukan perbandingan secara relatif program tersebut dengan program lain atau melakukan perbandingan absolut suatu program dengan standar tertentu. Stake juga menekankan bahwa ada dua kegiatan atau proses dalam evaluasi program yang terbagi menjadi  kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis dan penyajian informasi yang selanjutnya digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan dan penyusunan program berikutnya
2.      Model Evaluasi Program
Untuk memudahkan pengembangan sebuah evaluasi diperlukan pengetahuan tentang model-model evaluasi khususnya dalam bidang pendidikan agar diperoleh hasil sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Good seperti dikutip Sukardi mendifinisikan model sebagai sesuatu yang membantu dalam pemahaman struktur atau proses yang digunakan oleh ahli ketika menerangkan fenomena yang dipelajari. Selanjutnya Sukardi memberi batasan bahwa model atau paradigma adalah struktur sejenis yang berfungsi sebagai penyederhana konsep yang digunakan untuk menjelaskan fenomena yang dipelajari. Dikatakan pula sedikitnya saat ini ada lima model evaluasi yang dapat digunakan sebagai acuan, yakni: model Tyler, sumatif-formatif, Countenance, CIPP, dan Connaisance.
Menurut Arikunto,2014 model atau desain evaluasi program dikatagorikan berdasarkan pada para ahli yang menemukan dan mengembangkannya serta ada juga yang diberi sebutan sesuai dengan sifat kerjanya. Ada beberapa ahli evaluasi yang dikenal sebagai penemu model evaluasi program, antara lain: Stufflebeam, Michael Scriven, Metfessel, Robert Stake dan Glaser. Menurut Stephen Isaac, ada empat pendekatan yang digunakan untuk membedakan ragam evaluasi program, yakni evaluasi program yang berorientasi pada:
1)   tujuan atau goal oriented.
2)   keputusan atau decision oriented.
3) kegiatan dan orang-orang yang menanganinya atau transaction oriented.dan
4)    pengaruh dan dampak program atau research oriented.
Selanjutnya Kaufman dan Thomas membagi model evaluasi program menjadi delapan yaitu:
1)   Goal-Oriented Evaluation Models yang dikembangkan oleh Tayler.
 2) Goal–Free Evaluation yang dikembangkan Scriven,
3)   Formative–Sumative Models oleh Scriven,
4)   Countenance Evaluation Models oleh Stake,
5)   Responsif Evaluation oleh Stake,
 6) CSE-UCLA Models (Center for the Study of Evaluation) oleh Alkin,
 7) CIPP Evaluation Models oleh Stufflebeam, dan
 8) Descrepancy Models oleh Provus.
  Fitzpatrick mengklasifikasikan model evaluasi berdasarkan beberapa pendekatan, yakni: 1) Tujuan, 2) Manajemen, 3) Konsumen, 4) Keahlian, dan, 6) Partisipan. Pendekatan evaluasi yang berorientasi pada tujuan, memperhatikan pencapaian tujuan dalam suatu program. Evaluasi dilakukan untuk mengukur efektivitas program dengan mengacu pada tujuan sebagai standar. Pendekatan evaluasi yang berorientasi pada manajemen, ditujukan untuk identifikasi dan pengumpulan informasi yang dibutuhkan oleh manajer dalam pengambilan keputusan. Pendekatan evaluasi yang berorientasi pada keahlian sangat bergantung pada penerapan suatu keahlian secara profesional untuk memutuskan apakah pendidikan yang diupayakan berkualitas atau tidak. Selanjutnya pendekatan evaluasi partisipan memusatkan perhatian pada penentuan nilai-nilai, kriteria, kebutuhan dan data evaluasi.
Dapat disimpulkan bahwa ada beberapa pendekatan yang digunakan untuk mengevaluasi suatu program. Pendekatan tersebut antara lain berdasarkan:  1) tujuan atau goal oriented, 2) keputusan / manajemen atau decision oriented, 3) kegiatan dan orang-orang yang menanganinya atau transaction oriented, dan 4) pengaruh dan dampak program atau research oriented. Model atau disain evaluasi program yang dapat digunakan dalam evaluasi pendidikan, antara lain, model: CIPP, UCLA, Scriven, countenance Stake, responsive Stake, dan Descrepancy.


B.     Konsep Evaluasi Program
1.         Pengertian Program dan Evaluasi Program
Program adalah suatu rencana yang melibatkan berbagai unit  yang berisi kebijakan dan rangkaian kegiatan yang harus dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.
Evaluasi program adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan yang bertujuan mengumpulkan informasi tentang  realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang guna pengambilan keputusan.
2.         Kaitan antara Penelitian dengan Evaluasi program
Pada kegiatan penelitian  peneliti ingin mengetahui gambaran tentang sesuatu kemudian dideskripsikan, sedangkan dalam evaluasi program, pelaksana (evaluator) ingin mengetahui seberapa tinggi mutu atau kondisi sesuatu sebagai hasil pelaksanaan program, setelah data terkumpul dibandingkan dengan kriteria atau standar tertentu.
Pada kegiatan penelitian, peneliti dituntun oleh rumusan masalah, sedangkan dalam evaluasi program, pelaksana (evaluator) ingin mengatahui tingkat ketercapaian program, dan apabila tujuan belum tercapai pelaksana (evaluator) ingin mengetahui letak kekurangan dan sebabnya. Hasilnya digunakan untuk menentukan tindak lanjut atau keputusan yang akan diambil.

3.      Ciri-ciri dan Persyaratan Evaluasi Program
Ciri dan persyaratan evaluasi program mengacu pada kaidah yang berlaku, dilakukan secara sistematis, teridentrifikasi penentu keberhasilan dan kebelumberhasilan program, menggunakan tolok ukur baku, dan hasil evaluasi dapat digunakan sebagai tindak lanjut atau pengambilan keputusan.
4.      Komponen, Subkomponen, dan Indikator Program
Program merupakan  satu kesatuan dari beberapa bagian atau komponen yang saling berkait untuk mencapai tujuan yang ditentukan oleh sistem tersebut.  Komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Masing-masing komponen terdiri atas beberapa subkomponen dan masing-masng subkomponen terdapat beberapa indikator.
Dalam kegiatan evaluasi program, indikator merupakan petunjuk untuk mengetahui keberhasilan atau ketidakberhasilan suatu kegiatan. Perlu diketahui bahwa ketidakberhasilan suatu kegiatan dapat juga dipengaruhi oleh komponen atau subkomponen yang lain.
5.      Tujuan Evaluasi Program
Evaluasi program bertujuan untuk mengetahui pencapaian tujuan program yang telah dilaksanakan. Selanjutnya, hasil evaluasi program digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan tindak lanjut atau untuk melakukan pengambilan keputusan berikutnya.
6.      Manfaat Evaluasi Program
Evaluasi  sama artinya dengan kegiatan supervisi. Kegiatan evaluasi/supervisi dimaksudkan untuk mengambil keputusan atau melakukan tindak lanjut dari program yang telah dilaksanakan. Manfaat dari evaluasi program dapat berupa penghentian program, merevisi program, melanjutkan program, dan menyebarluaskan program.
C.    Ekstrakurikuler
Depdikbud (1994) ekstrakulikuler merupakan kegiatan yang diselenggarakan di luar jam pelajaran yang tercantum dalam susunan program sesuai dengan keadaan dan kebutuhan sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler berupa kegiatan pengayaan atau kegiatan perbaikan yang berkaitan dengan program kurikuler. Program pencapaian tujuan pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan di luar jam pelajaran (tatap muka), bisa pagi atau sore hari; malam hari atau waktu liburan. Kegiatannya berupa pengayaan dan kegiatan perbaikan yang mendukung program kurikuler dan kokurikuler. Kegiatan integral dari keseluruhan program pendidikan/kurikulum sesuai dengan keadaan dan kebutuhan sekolah. Bermaksud mengembangkan salah satu bidang yang diminati oleh sekelompok siswa (peserta didik), seperti oleh raga, kesenian, macam keterampilan dan kepramukaan. Lebih memantapkan pengembangan dalam kemampuan kepribadian siswa dan mengaitkan pengetahuan yang diperoleh dalam program kurikuler dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan.
a.       Tujuan Kegiatan Ekstrakurikuler
1.      Mengembangkan seluruh ranah kemampuan siswa secara komprehensif dan seimbang. Kegiatan belajar siswa di sekolah saat ini menekankan pada pengembangan fungsi otak sebelah kiri, yakni persepsi, kognisi, hal-hal yang logis, sekuensial dan rasional. Pengembangan fungsi otak sebelah kanan yang bersifat holistik, imajinatif dan kreatif kanan kurang mendapat perhatian. Akibatnya pengembangan aspek afeksi dan psikomotorik menjadi terabaikan. Bobi DePorter dan Mike Hernacki (1999) menyarankan untuk keseimbangan pengembangan fungsi kedua belahan otak itu hendaklah diusahakan cara belajar global (global learning).
2.      Mendorong rasa betah, gairah dan pencapaian prestasi belajar di sekolah.
3.      Mengembangkan bakat dan minat siswa menuju pembentukan integritas pribadi yang kuat dan produktif.
4.      Mengisi waktu luang agar efektif dan bermanfaat; bandingkan kegiatan belajar/ekstrakurikuler yang berlangsung pada sekolah dengan paruh waktu (part time), penuh waktu (full day) dan sepanjang waktu (berasrama/boarding system)!
5.      Memelihara nilai-nilai luhur budaya kehidupan bangsa yang relijius, berperadaban untuk saling menghormati, menjunjung tinggi rasa persatuan, musyawarah dan memupuk sikap berkeadilan.
6.      Secara langsung atau tidak langsung merespon masalah-masalah: Kehidupan sosial yang terkoyak. Pendidikan dan kebosanan belajar di sekolah. Kenakalan, kekerasan dan kejahatan yang mungkin terjadi di kalangan para siswa.
b.      Lingkup Kegiatan Ekstrakulikuler:
1.      Pengembangan pengetahuan dan kemampuan penalaran siswa
2.      Pengembangan keterampilan melalui hobi dan minat siswa
3.      Pengembangan sikap yang menunjang program kurikuler dan kokurikuler.
c.       Jenis Kegiatan Ekstrakulikuler
Variasi kegiatan ekstrakurikuler ditentukan oleh kemampuan guru, siswa, kemampuan dan kebijakan sekolah serta kondisi lingkungan sekolah. Amir Daien, membedakan kegiatan:
1.      Rutin: terus-menerus, seperti latihan bola voly, latihan silat dan seterusnya.
2.      Periodik: pada waktu-waktu tertentu, seperti lintas alam, kemping, pertandingan olah raga, dan seterusnya.
Prof. Dr. Oteng Sutisna, M.Sc. menjelaskan kegiatan yang bertumpu pada organisasi siswa, yaitu:
1.      Organisasi siswa tingkat sekolah.
2.      Organisasi siswa kelas.
3.      Organisasi siswa tingkat-tingkat kelas.
Antara lain:
1.      Atletik
2.      Olah raga kesehatan
3.      Olah raga prestasi
4.      Kesenian (seni musik, suara, menari, lukis, kaligrafi, dst.)
5.      Pramuka
6.      Klub-klub kegiatan yang berpusat pada mata pelajaran
7.      Klub-Klub pencinta alam
8.      Klub-klub hobi
9.      Pidato dan drama
10.  Publikasi sekolah
11.  Fotografi
12.  Kegiatan organisasi siswa yang disponsori (melalui kerja sama)







BAB III
PEMBAHASAN
Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan siswa sekolah atau universitas, di luar jam belajar kurikulum standar. Kegiatan-kegiatan ini ada pada setiap jenjang pendidikan dari sekolah dasar sampai universitas. Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan agar siswa dapat mengembangkan kepribadian, bakat, dan kemampuannya di berbagai bidang di luar bidang akademik. Kegiatan ini diadakan secara swadaya dari pihak sekolah maupun siswa-siswi itu sendiri untuk merintis kegiatan di luar jam pelajaran sekolah. Kegiatan dari ekstrakurikuler ini sendiri dapat berbentuk kegiatan pada seni, olahraga, pengembangan kepribadian, dan kegiatan lain yang bertujuan positif untuk kemajuan dari siswa-siswi itu sendiri.
Peneliti melakukan observasi, wawancara, dan studi dokumentasi di SMP SHAFTA Surabaya pada tanggal 18 Mei 2015, dengan menanyakan tentang bagaimana evaluasi yang dilakukan oleh pihak sekolah khususnya pada waka Bakat dan Minat mengenai kegiatan ekstrakurikuler yang di adakan di sekolah SMP SHAFTA. Kegiatan Ekstrakurikuler yang dimiliki oleh SMP tersebut kurang lebih berjumlah 12 jenis kegiatan. Hal ini sangat membantu pada siswa siswi sendiri untuk mengembangkat bakat soft skill yang dimiliki dan dapat juga menjadi sebuah evaluasi diri dari setiap siswa-siswi yang berada di sekolah SMP SHAFTA sendiri.
Adapun beberapa fungsi dari kegiatan ekstrakurikuler
Ekstrakurikuler dapat berfungsi untuk:
1.      Membantu dalam pengembangan minat siswa-siswi di sekolah
2.      Membantu untuk membentuk suatu sifat kepemimpinan dan berlatih dalam pembentukan karakter
3.      Membantu dalam pengembangan potensi yang dimiliki oleh setiap siswa-siswi di sekolah
4.      Membantu mengembangkan rasa sosial dan kemampuan bertanggung jawab peserta didik.
5.       Membantu dalam mengembangkan persiapan karir peserta didik yang harus dimulai sejak dini.
Ekstrakurikuler memiliki beberapa manfaat:
1.      Menyalurkan Minat dan Bakat peserta didik pada bidang ekstrakurikuler
2.      Membantu dalam bidang akademis, mendapat nilai tambahan dari kegiatan ekstrakurikuler
3.      Memberikan pelajaran tambahan yang dapat mengisi waktu luang peserta didik
4.      Membantu dalam menyehatkan badan seperti ekstrakulikuler olahraga futsal, voli dan lain sebagainya.

Dengan demikian beberapa manfaat dan fungsi kegiatan ekstrakurikuler yang mampu untuk mengembangkan berbagai hal kemampuan soft skill siswa-siswi sehingga kemampuan tersebut dapat tersalurkan sesuai dengan keinginan peserta didiknya. Kegiatan Ekstrakurikuler juga perlu di lakukan evaluasi terhadap programnya maupun proses kegiatan ekstrakurikuler
 














A.    Temuan Data/ Deskripsi Data
Data penelitian yang telah dihimpun oleh peneliti adalah melalui kegiatan wawancara, Observasi dan studi dokumentasi. Data yang dipaparkan mengenai evaluasi program ekstrakulikuler yang dilakukan oleh SMP SHAFTA Surabaya.
1.      Pengelolaan Ekstrakurikuler SMP SHAFTA
Dalam pengelolaan Ekstrakurikuler, SMP SHAFTA memiliki kurang lebih 12 ekstrakurikuler yang dilaksanakan di sekolah diantranya adalah
a.       Olahraga Futsal
b.      Bola Voli
c.       Renang
d.      Seni Tari
e.       Beladiri
f.       Paduan Suara
g.      Marching Band / Band
h.      PMR
i.        Terater
j.        Jurnalistik dan
k.      Pramuka
l.        Tartil Qur’an
Dari ke 12 ekstrakurikuler di atas dapat dikatakan bahwa sekolah SMP SHAFTA memiliki banyak kegiatan yang dapat menyalurkan bakat dan minat setiap siswa-siswinya. Dalam pengelolaan ekstrakulrikuler sekolah memberikan batasan pilihan bagi peserta didiknya untuk memilih Ekstrakurikuler yakni sebanyak 3 pilihan Ekstra yang harus di ikuti oleh setiap peserta didiknya. Hal ini dikarenakan untuk memfokuskan siswa-siswi dalam kegiatan ekstrakurikuler yang telah di pilih melalui kuisioner.

2.      Proses Evaluasi yang Dilaksanakan
Dari narasumber yang telah kita observasi bahwa ekstrakurikuler yang  dilaksanakan di sekolah SMP SHAFTA ini akan dilakukan Evaluasi selama 3 bulan sekali untuk memperbaiki maupun menambah kekurangan yang ada baik dari segi materil maupun pedagogik. Pengevaluasian ini dilakukan dengan cara memanggil  Pembina dari seluruh ekstra kemudian para Pembina tersebut mengemukakan keluhan-keluhan yang dialami selama proses pembelajaran ekstrakurikuler di lakukan. Hal ini di lakukan agar semua proses pembelajaran berjalan dengan baik dan memberikan hasil kontribusi yang baik bagi sekolah maupun kepada siswa-siswinya.
Dalam Evaluasi program ekstrakurikuler tersebut tidak hanya dari Waka pengurus Bakat dan Minat saja pihak sekolah juga ikut membantu dalam mengevaluasi program ekstrakurikuler yang di jalankan seperti para guru wali kelas, dimana wali kelas disini juga ikut memantau perkembangan siwanya baik dari segi pembelajaran dikelas sampai kegiatan Ekstrakurikuler. Wali kelas disini difungsikan untuk turut memberikan saran dan membimbing kepada siswa-siswinya dalam mengikuti kegiatan Ekstrakurikuler.
Adapun juga proses pengevaluasian ini bisa di ketahui sedari para peserta didik masuk di sekolah SMP SHAFTA dengan membandingkan kuisioner yang telah diberikan oleh pihak Sekolah kepada para peserta didiknya. Dengan ini peran sekolah membantu pengevaluasian dengan cara memberikan apa yang dibutuhkan oleh kegiatan ekstrakurikuler tersebut.
Program Evaluasi ini dilakukan dengan melibatkan semua pihak sekolah baik waka, wali kelas dan staf sekolah. Evaluasi sendiri dilakukan untuk memperbaiki hal yang kurang maupun yang belum tercapai agar kegiatan tersebut berjalan sesuai dengan keinginan dan tujuan yang sebelumnya telah ditetapkan.

3.      Usaha sekolah dalam menarik minat peserta didiknya
Setelah dilakukan Evaluasi terhadap program Ekstrakurikulernya sekolah berusaha untuk menarik minat siswa-siswi yang adfa di sekolah SMP SHAFTA dengan berbagai  cara diantaranya adalah memberikan Beasiswa kepada para siswa-siswi yang berprestasi khususnya di bidang bakat dan minat Ekstrakurikuler yang dilaksanakan oleh pihak sekolah, jika siswa-siswi minimal Juara 1 tingkat Kota di berikan Kebebasan SPP selama 3 bulan sedangkan jika siswa-siswi memberikan gelar juara di tingkat Provinsi maka siswa tersebut akan mendapatkan kebebasan Beasiswa selama 1 semester.
B.     Analisis Data

Analisis data diartikan sebagai upaya mengolah data menjadi informasi, sehingga karakteristik atau sifat-sifat data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian. 
Dengan demikian, teknik analisis data dapat diartikan sebagai cara melaksanakan analisis terhadap data, dengan tujuan mengolah data tersebut menjadi informasi, sehingga karakteristik atau sifat-sifat datanya dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian, baik berkaitan dengan deskripsi data maupun untuk membuat induksi, atau menarik kesimpulan tentang karakteristik populasi (parameter) berdasarkan data yang diperoleh dari sampel (statistik).
Teknik analisis data dalam penelitian, dibagi menjadi dua, yaitu teknik analisis data diskriptif dan teknik analisis data inferensial. Teknik analisis data penelitian secara deskriptif dilakukan melalui statistika deskritif, yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat generalisasi hasil penelitian. Temasuk dalam teknik analisis data statistik deskriptif antara lain penyajian data melalui tabel, grafik, diagram, persentase, frekuensi, perhitungan mean, median atau modus.
Sementara itu teknik analisis data inferensial dilakukan dengan statistik inferensial, yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan membuat kesimpulan yang berlaku umum. Ciri analisis data inferensial adalah digunakannya rumus statistik tertentu (misalnya uji t, uji F, dan lain sebagainya).   Hasil dari perhitungan rumus statistik inilah yang menjadi dasar pembuatan generalisasi dari sampel bagi populasi. Dengan demikian, statistik inferensial berfungsi untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel bagi populasi. Sesuai dengan fungsi tersebut maka statistik inferensial cocok untuk penelitian sampel.
Evaluasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas Program ekstrakurikuler yang dilakukan oleh sekolah SMP SHAFTA.  Hal ini dilakukan dalam rangka mengembangkan program maupun kinerja ekstrakurikuler yang berada di sebuah lembaga pendidikan, agar pendidikan tersebut mampu mengembangkan seluruh aspek yang dimiliki oleh setiap peserta didiknya, mulai dari aspek pedagogis maupun aspek sosialnya. Dengan melakukan penelitian evaluasi ini diharapkan hasilnya dapat digunakan sebagai masukan bagi Pustekkom dalam pengambilan keputusan khususnya program ini apakah akan dilanjutkan, dilanjutkan dengan perbaikan atau dihentikan. Oleh karena itu untuk mengevaluasi program ini lebih cocok dilakukan dengan menggunakan model evaluasi yang memiliki pendekatan keputusan. Sesuai dengan program yang akan dievaluasi maka model evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Countenance Evaluation Models yang dikembangkan oleh Stake.
Dalam kaitannya temuan data tentang Evaluasi Program  Ekstrakurikuler di SMP SHAFTA Surabaya para staf sekolah dan waka bakat dan minat menurut peneliti lebih menggunakan metode Countenance Evaluating Models yang mengedepankan tujuan untuk mengembnagkan sebuah proses kegiatan. SMP sendiri melakukan evaluasi untuk mengetahui ataupun memperbaiki apa saja yang menjadi kendala dalam pengelolaan program yang sudah berjalan termasuk salah satunya program kegiatan Ekstrakurikuler. Sekolah dan Waka Bakat dan Minat bekerja sama dalam menentukan keputusan apakah program tersebut bisa di lanjutkan ataupun diberhentikan dengan pengambilan keputusan yang menggunakan model dari  Countenance Evaluating Models  yang dikembangkan oleh Stake.










BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Evaluasi Program Ekstrakurikuler yang dilakukan oleh pihak SMP SHAFTA merupakan langkah yang tepat dalam memperbaiki kendala-kendala yang terjadi di suatu lembaga pendidikan. Evaluasi ini  di tujukan untuk pengambilan keputusan tentang berlangsungnya sebuah program. Ekstrakurikuler yang dilaksanakan di SMP SHAFTA ini sudah sesuai dengan kemendikbud tentang peraturan ekstrakurikuler yang ditetapkan dan sudah mengikuti peraturan kurikulum 2013 yang menetapkan Pramuka Sebagai Ekstrakurikuler wajib yang harus diikuti oleh semua siswa-siswi di sekolah
Sekolah Juga sudah menerapkan Program Evaluasi yang sangat baik dengan melakukannya rutin selama 3 bulan sekali.
B.     Rekomendasi
Sekolah sudah melakukan kegiatan evaluasi yang baik dengan mengadakannya selama 3 bulan sekali, tetapi alangkah baiknya bahwa evaluasi dilakukan secara rutin dengan skala waktu yang singkat, sehingga sekolah natinya akan mudah untuk melakukan pengambilan keputusan dalam pemberhentian program maupun kelanjutan program. misalnya dengan mengevaluasi bersaamaan debgan jalannya suatu program.











DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2014. Evaluasi Program Pendidikan (Pedoman Teoritis praktis bagi Mahasiswa dan Paraktis pendidikan). Jakarta: Bumi Aksara.
Hasyim, Muttaqien. 2009. Hubungan antara ekstrakulikuler dengan prestasi belajar siswa. Skripsi diajukan untuk memenuhi tugas akhir stata satu. https://muttaqinhasyim.wordpress.com/2009/07/12/latar-belakang-skripsihubungan-antara-ekstrakurikuler-dengan-prestasi-belajar/ (online) diakses pada tanggal 27 April 2015
Permana, Johar. Manajemen ekstrakulikuler. Makalah diajukan dalam memenuhi tugas jurusan administrasi pendidikan. http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/195908141985031-JOHAR_PERMANA/Manajemen_Ekstra_Kurikuler.pdf (online) diakses pada tanggal 27 April 2015
Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk Program Pendidikan dan  Penelitian (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), p. 3.
Djaali dan Puji Mulyono, Pengukuran dalam Bidang Pendidikan (Jakarta: PT Grasindo, 2008), p.1.
http://samparona.woedpress.com/2013/10/fungsi-dan-tujuan-pelaksanaan-kegiatan.html (online) diakses pada tanggal 19 Mei 2015 Pukul 21.00



   

No comments:

Post a Comment