Makalah
Landasan Pendidikan
“Aliran Eksistensialisme”
Dosen Pengajar :
Dr. Erny Roesminingsih, M.Si
Nama Kelompok 1 :
1.
Cici Hizwati (131714033)
2.
Divta Registia (131714067)
3.
Ely Rahmawati (131714050)
4.
Devi Diana Hasna (131714058)
5.
Luckita H.P (131714001)
6.
Imellatin Adhasani (131714068)
7.
Asmi Leonita R (131714024)
8.
Alfiyan Z.H (131714015)
Universitas Negeri Surabaya
Tahun Ajaran 2013/2014
Kata Pengantar
Puji dan
Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan
tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai Aliran
Eksistensialisme guna menyelesaikan tugas pada mata kulaih Landasan Pendidikan.
Makalah ini
dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan refrensi dari berbagai
pihak dan media massa untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan
selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam makalah
ini masih ada beberapa kekurangan, oleh karena itu kami mohon maaf. Kami sangat
mengharapkan kritik serta saran yang membangun. Akhir kata
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Surabaya, 03
Oktober 2013
Penulis
Daftar isi
Kata
pengantar
Daftar isi
Bab l pendahuluan
A. Latar belakang
B. Tujuan
Bab ll pembahasan
A. Berkenalan dengan eksistensialisme
B. Latar belakang lahirnya aliran
eksistensialisme
C. Berkenalan dengan eksistensialisme
D. Ciri-ciri eksistensi
E. Tokoh-tokoh pencetus
eksistensialisme
F. Beberapa pemikiran filsafat tentang
eksistensialisme
Bab lll penutup
kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada dasarnya pendidikan mempunyai peran penting dalam
kehidupan. Pendidikan yang dimaksud bertujuan untuk memberi arahan manusia agar
mencapai sesuatu yang maksimal. Dalam hal ini, muncul berbagai aliran dalam
pendidikan. Diantaranya aliran eksistensialisme. Aliran eksistensialisme dapat
diartikan sebagai berdiri sendiri sebagai dirinya sekaligus keluar dari
dirinya. Aliran eksistensialisme dalam pendidikan berangkat dari ilmu filsafat.
B. Tujuan
·
Untuk mengetahui latar belakang lahirnya aliran
eksistensialisme
·
Untuk mengetahui tokoh-tokoh pencetus aliran
eksistensialisme
·
Untuk mengetahui ciri-ciri eksistensialisme
·
Untuk mengetahui pemikiran filsafat tentang aliran
eksistensialisme
BAB II
PEMBAHASAN
A. Berkenalan
dengan Eksistensialisme
Dari sudut etimologi eksistensi berasal dari kata eks yang berarti diluar dan sistensi yang berarti berdiri
atau menempatkan, jadi secara luas eksistensi dapat diartikan sebagai
berdiri sendiri sebagai dirinya sekaligus keluar dari dirinya.
Eksistensialisme merupakan suatu aliran dalam ilmu
filsafat yang menekankan pada manusia, dimana manusia dipandang sebagai suatu
mahluk yang harus bereksistensi, mengkaji cara manusia berada di dunia dengan
kesadaran. Jadi dapat dikatakan pusat renungan eksistensialisme adalah manusia
konkret.
B.
Latar Belakang Lahirnya
Eksistensialisme
Istilah eksistensialisme dikemukakan oleh ahli filsafat Jerman Martin
Heidegger (1889-1976). Eksistensialisme adalah filsafat dan akar metodologinya
berasal dari metoda fenomologi yang dikembangkan oleh Hussel (1859-1938).
Munculnya eksistensialisme berawal dari ahli filsafat Kieggard dan Nietzche.
Kiergaard Filsafat Jerman (1813-1855) filsafatnya untuk menjawab pertanyaan
“Bagaimanakah aku menjadi seorang individu)”. Hal ini terjadi karena pada saat
itu terjadi krisis eksistensial (manusia melupakan individualitasnya).
Kiergaard menemukan jawaban untuk pertanyaan tersebut manusia (aku) bisa
menjadi individu yang autentik jika memiliki gairah, keterlibatan, dan komitmen
pribadi dalam kehidupan. Nitzsche (1844-1900) filsuf jerman tujuan filsafatnya
adalah untuk menjawab pertanyaan “bagaimana caranya menjadi manusia unggul”.
Jawabannya manusia bisa menjadi unggul jika mempunyai keberanian untuk
merealisasikan diri secara jujur dan berani
Gerakan eksistensialis dalam pendidikan berangkat dari aliran filsafat yang
menamakan dirinya eksistensialisme, yang para tokohnya antara lain :
1. Kierkegaard (1813 – 1915)
2.
Nietzsche (1811 – 1900)
3. Jean Paul
Sartre
Inti ajaran ini adalah respek
terhadap individu yang unik pada setiap orang. Kita lahir dan eksis lalu
menentukan dengan bebas esensi kita masing-masing. Setiap individu menentukan
untuk dirinya sendiri apa itu yang benar, salah, indah dan jelek. Tidak ada
bentuk universal, setiap orang memiliki keinginan untuk bebas (free will) dan
berkembang.
Manusia adalah pencipta esensi dirinya. Dalam kelas guru berperan sebagai
fasilitator untuk membiarkan siswa berkembang menjadi dirinya dengan membiarkan
berbagai bentuk dan jalan untuk dilalui. Karena perasaan tidak terlepas dari
nalar, maka kaum eksistensialis menganjurkan pendidikan sebagai cara membentuk
manusia secara utuh, bukan hanya sebagai pembangunan nalar. Sejalan dengan
tujuan itu, kurikulum menjadi fleksibel dengan menyajikan sejumlah pilihan
untuk dipilih siswa. Eksistensialisme biasa dialamatkan sebagai salah satu reaksi
dari sebagian terbesar reaksi terhadap peradaban manusia yang hampir punah
akibat perang dunia kedua.
Sebagai aliran filsafat, eksistensialisme berbeda dengan filsafat eksistensi.
Paham Eksistensialisme secara radikal menghadapkan manusia pada dirinya
sendiri, sedangkan filsafat eksistensi adalah benar-benar sebagai arti katanya,
yaitu: “filsafat yang menempatkan cara wujud manusia sebagai tema sentral (Fuad
Hassan:1974:7-8).
Dengan demikian Eksistensialisme pada hakikatnya adalah merupakan aliran
filsafat yang bertujuan mengembalikan keberadaan umat manusia sesuai dengan
keadaan hidup asasi yang dimiliki dan dihadapinya.Filsafat eksistensialisme
adalah salah satu aliran filsafat yang mengguncangkan dunia walaupun filsafat
ini tidak luar biasa dan akar-akarnya ternyata tidak dapat bertahan dari
berbagai kritik (Ahmad, Tafsir:1992:190). Filsafat eksistensialisme lahir dari
berbagai krisis atau reaksi atas aliran filsafat yang telah ada sebelumnya atau
situasi dan kondisi dunia, yaitu :
1.
Materialisme
Menurut pandangan materialisme, manusia itu pada akhirnya adalah benda seperti
halnya kayu dan batu. Memang orang materialis tidak mengatakan bahwa manusia
sama dengan benda, akan tetapi mereka mengatakan bahwa pada akhirnya, jadi pada
prinsipnya, pada dasarnya, pada instansi yang terakhir manusia hanyalah sesuatu
yang material; dengan kata lain materi; betul-betul materi. Menurut bentuknya
memang manusia lebih unggul ketimbang sapi tapi pada eksistensinya manusia sama
saja dengan sapi.
2.
Idealisme
Aliran ini memandang manusia hanya sebagai subyek, hanya sebagai kesadaran;
menempatkan aspek berpikir dan kesadaran secara berlebihan sehingga menjadi
seluruh manusia, bahkan dilebih-lebihkan lagi sampai menjadi tidak ada barang
lain selain pikiran.
3.
Situasi dan
Kondisi Dunia
Munculnya eksistensialisme didorong juga oleh situasi dan kondisi di dunia
Eropa Barat yang secara umum dapat dikatakan bahwa pada waktu itu keadaan dunia
tidak menentu. Tingkah laku manusia telah menimbulkan rasa muak atau mual.
Penampilan manusia penuh rahasia, penuh imitasi yang merupakan hasil
persetujuan bersama yang palsu yang disebut konvensi atau tradisi. Manusia
berpura-pura, kebencian merajalela, nilai sedang mengalami krisis, bahkan
manusianya sendiri sedang mengalami krisis. Sementara itu agama di sana dan di
tempat lain dianggap tidak mampu memberikan makna pada kehidupan (Ahmad,
Tafsir:1992:194).
C.
Ciri-ciri
Eksistensi
Ada beberapa ciri-ciri dalam Eksistensi :
1.
Selalu melihat cara manusia berada
2.
Eksistensi diartikan secara dinamis sehingga ada unsur
berbuat dan menjadi
3.
Manusia dipandang sebagai suatu realitas yang terbuka
dan belum selesai
4.
Berdasarkan pengalaman yang konkret.
Jadi dapat disimpulkan bahwa eksistensialisme
memandang manusia sebagai suatu yang tinggi, dan keberadaannya itu selalu
ditentukan oleh dirinya, karena hanya manusialah yang dapat bereksistensi, yang
sadar akan dirinya dan tahu bagaimana cara menempatkan dirinya.
Dan ilmu-ilmu lain yang berkaitan dengan
eksistensialisme ini saya kita ilmu-ilmu yang berkaitan dengan manusia seperti
sosiologi (berkaitan dengan manusia dan keberadaannya didalam lingkungan
sosial), antropologi (berkaitan anatar manusia dengan lingkungan budayanya)
D. Tokoh-tokoh
Pencetus Eksistensialisme.
1.
Soren Aabye Kiekeegaard
Inti pemikirannya adalah eksistensi manusia bukanlah
sesuatu yang statis tetapi senantiasa menjadi, manusia selalu bergerak dari kemungkinan
menuju suatu kenyataan, dari cita-cita menuju kenyataan hidup saat ini. Jadi
ditekankan harus ada keberanian dari manusia untuk mewujudkan apa yang ia
cita-citakan atau apa yang ia anggap kemungkinan.
2.
Friedrich Nietzsche
Menurutnya manusia yang berkesistensi adalah manusia
yang mempunyai keinginan untuk berkuasa (will to power), dan untuk berkuasa
manusia harus menjadi manusia super (uebermensh) yang mempunyai mental majikan
bukan mental budak. Dan kemampuan ini hanya dapat dicapai dengan penderitaan
karena dengan menderita orang akan berfikir lebih aktif dan akan menemukan
dirinya sendiri.
3.
Karl Jaspers
Memandang filsafat bertujuan mengembalikan manusia
kepada dirinya sendiri. Eksistensialismenya ditandai dengan pemikiran yang
menggunakan semua pengetahuan obyektif serta mengatasi pengetahuan obyektif
itu, sehingga manusia sadar akan dirinya sendiri.
E.
Pandangan
eksistensialisme
1. Menurut metafisika (hakekat kenyataan)
Pribadi
manusia tak sempurna, dapat diperbaiki melalui penyadaran diri dengan menerapkan
prinsip & standar pengembangan kepribadian.
2. Epistimologi (hakekat pengetahuan)
Data
Internal Pribadi, acuannya kebebasan individu memilih.
3. Logika (hakekat penalaran)
Mencari
pemahaman tentang kebutuhan & dorongan internal melaui analis & intropeksi
diri.
4. Aksiologi (hakekat nilai)
Standar
dan prinsip yang bervariasi pada tiap individu bebas untuk dipilih-diambil.
5. Etika (hakekat kebaikan)
Tuntutan
moral bagi kepentingan pribadi tanpa menyakiti yang lain
6. Estetika (hakekat keindahan)
Keindahan
ditentukan secara individual pada tiap orang oleh dirinya. Tujuan hidup
menyempurnakan diri melalui pilihan standar secara bebas oleh tiap individu,
mencari kesempurnaan hidup.
F.
Beberapa Pemikiran Filsafat Eksistensialisme
Ada beberapa pemikiran yang sangat menonjol dikalangan eksistensialisme. Antara
lain:
1.
Realitas
Menurut eksistensialitas, ada dua jenis filsafat tradisional, yaitu : Filsafat Spekulatif dan Skeptis. Filsafat spekulatif menjelaskan tentang hal-hal yang
fundamental tentang pengalaman, dengan berpangkal pada realitas yang lebih
dalam yang secara inheren telah ada dalam diri individu. Filsafat skeptis berpandangan bahwa semua pengalaman manusia adalah
palsu, tidak ada satupun yang dapat kita kenal dari realitas.
2.
Pengetahuan
Teori pengetahuan eksistensialisme banyak dipengaruhi oleh filsafat
fenomologi,suatu pandangan yang mengambarkan penampakan benda-benda dan
peristiwa-peristiwa sebagaimana banda-benda tersebut menampakkan dirinya
terhadap kesadaran manusia. Pengetahuan manusia tergantung pada pemahamannya
tentang realitas, tergantung pada interpretasi manusia terhadap realitas.
Pengetahuan yang diberikan disekolah bukanlah sebagai alat untuk memperoleh pekerjaan
atau karir anak, melainkan dapat dijadikan alat perkembangan dan alat pemenuhan
diri (Usiono:2006:137).
3.
Nilai
pemahaman eksistensi terhadap nilai, menekankan kebebasan dalam bertindak.
Kebebasan bukan tujuan atau suatu cita-cita, melainkan suatu potensi untuk
suatu tindakan. Manusia memiliki kebebasan untuk memilih, namun untuk
menentukan pilhan yang terbaik itu yang paling sulit. Berbuat akan menghasilkan
akibat, dimana seseorang kan menerima akibat dari perbuatannya
4.
Pendidikan
Secara relatif, eksistensialisme tidak begitu dikenal dalam dunia pendidikan,
tidak menampakkan pengaruh yang besar pada sekolah. Sebaliknya, penganut
eksistensialisme kebingungan dengan apa yang akan mereka temukan melalui
pembangunan pendidikan. Mereka menilai bahwa tidak ada yang disebut
pendidikan, tetapi bentuk propaganda untuk memikat orang lain. Mereka juga
menunjukkan bahwa bagaimana pendidikan memunculkan bahaya yang nyata, sejak
penyiapan murid sebagai konsumen atau menjadikan mereka penggerak mesin pada
teknologi industri dan birokrasi modern. Malahan sebaliknya pendidikan tidak
membantu membentuk kepribadian dan kreativitas, sehingga para eksistensialis
mengatakan sebagian besar sekolah melemahkan dan mengganggu
atribut-atribut esensi kemanusiaan.
Mereka mengkritik kecenderungan masyarakat masa kini dan praktik pendidikan
bahwa ada pembatasan realisasi diri karena ada tekanan sosio-ekonomi yang
membuat persekolahan hanya menjadi pembelajaran peran tertentu. Sekolah
menentukan peran untuk kesuksesan ekonomi seperti memperoleh pekerjaan dengan
gaji yang tinggi dan menaiki tangga menuju ke kalangan ekonomi kelas atas;
sekolah juga menentukan tujuan untuk menjadi warga negara yang baik, juga
menentukan apa yang menjadi kesuksesan sosial di masyarakat. Siswa diharapkan
untuk belajar peran-peran ini dan berperan dengan baik pula.
Eksistensialitas sebagai filsafat sangat menekankan individualitas, dalam
hubungannya dengan pendidikan sangatt erat sekali, kerena keduanya bersinggungan
satu masalah dengan masalah yang lainnya, yaitu manusia, hidup, hubungan antara
manusia, hakikat kepribadian, dan kebebasan (usiono:2006:139). Pendidikan,
proses pembelajaran harus berlangsung sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta
didik, tidak ada pemaksaan penguasaan pengetahuanm sikap dan keterampilan,
melainkan ditaawarkan. Tuntutlah peserta didik agar dapat menemukan dirinya dan
kesadaran akan dunianya. Guru hendaknya memberikan kebebasan kepada peserta
didik untuk memilih dan memberi mereka pengalaman-pengalaman yang akan membantu
menemukan makna dari kehidupan mereka (TIM Pengajar UNIMED:2011:32).
5.
Tujuan
pendidikan
Tujuan pendidikan adalah untuk mendorong setiap individu agar mampu
mengembangkan semua potensinya untuk pemenuhan diri. Setiap individu memiliki
kebutuhan dan perhatian yang spesifik berkaitan dengan pemenuhan dirinya,
sehingga dalam menentukan kurikulum tidak ada kurikulum yang pasti dan berlaku
secara umum.
Kurikulum pada sekolah menurut eksistensialis haruslah terbuka
terhadap perubahan karena ada dinamika dalam konsep kebenaran, penerapan,
dan perubahan-perubahannya. Melalui perspektif tersebut, siswa harus
memilih mata pelajaran yang terbaik. Tetapi, hal ini tidak berarti bahwa mata
pelajaran dan pendekatan kurikuler pada filsafat tradisional tidak diberi tempa.
6.
Peranan guru
Urusan manusia yang paling berharga yang mungkin paling bermanfaat dalam
mengangkat pencarian pribadi akan makna merupakan proses edukatif. Sekalipun
begitu, para guru harus memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih dan
memberi mereka pengalaman-pengalaman yang akan membantu mereka menemukan makna
dari kehidupan mereka. Guru harus mampu membimbing dan mengarahkan siswa dengan
seksama sehingga siswa mampu berfikir relatif dengan melalui
pertanyaan-pertanyaan. Dalam arti, guru tidak mengarahkan dan tidak memberikan
interuksi. Guru hadir dalam kelas dengan wawasan yang luasa agar betul-betul
menghasilkan diskusi yang memuaskan tentang mata pelajaran. Diskusi adalah
salah satu metode utama dalam pandangan eksistensialisme (usiono:2006:141).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Eksistensialisme merupakan suatu aliran dalam ilmu
filsafat yang menekankan pada manusia, dimana manusia dipandang sebagai suatu
mahluk yang harus bereksistensi, mengkaji cara manusia berada di dunia dengan
kesadaran. Jadi dapat dikatakan pusat renungan eksistensialisme adalah manusia
konkret. Menurut latar belakang aliran eksistensialisme, gerakan eksistensialis
dalam pendidikan berangkat dari aliran filsafat. Sebagai aliran filsafat,
eksistensialisme berbeda dengan filsafat eksistensi. Paham Eksistensialisme
secara radikal menghadapkan manusia pada dirinya sendiri, sedangkan filsafat
eksistensi adalah benar-benar sebagai arti katanya, yaitu: “filsafat yang
menempatkan cara wujud manusia sebagai tema sentral (Fuad Hassan:1974:7-8). Filsafat
eksistensialisme lahir dari berbagai krisis atau reaksi atas aliran filsafat
yang telah ada sebelumnya atau situasi dan kondisi dunia, yaitu :
1. Materialisme
2. Idealisme
3. Situasi dan Kondisi Dunia
Adapun ciri-ciri eksistensi sebagai berikut:
1. Selalu
melihat cara manusia berada
2.
Eksistensi diartikan secara dinamis
sehingga ada unsur berbuat dan menjadi
3.
Manusia dipandang sebagai suatu realitas yang terbuka
dan belum selesai
4.
Berdasarkan pengalaman yang konkret.
Jadi dapat disimpulkan bahwa eksistensialisme
memandang manusia sebagai suatu yang tinggi, dan keberadaannya itu selalu
ditentukan oleh dirinya, karena hanya manusialah yang dapat bereksistensi, yang
sadar akan dirinya dan tahu bagaimana cara menempatkan dirinya.
No comments:
Post a Comment