Thursday, December 12, 2013

MAKALAH KELOMPOK LANDASAN PENDIDIKAN " EKSISTENSI"


Makalah
Landasan Pendidikan
“Aliran Eksistensialisme”
Dosen Pengajar :
Dr. Erny Roesminingsih, M.Si
Nama Kelompok 1 :
1.    Cici Hizwati                 (131714033)
2.    Divta Registia             (131714067)
3.    Ely Rahmawati           (131714050)
4.    Devi Diana Hasna      (131714058)
5.    Luckita H.P                 (131714001)
6.    Imellatin Adhasani     (131714068)
7.    Asmi Leonita R           (131714024)
8.    Alfiyan Z.H                  (131714015)



Universitas Negeri Surabaya
Tahun Ajaran 2013/2014
Kata Pengantar


Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai Aliran Eksistensialisme guna menyelesaikan tugas pada mata kulaih Landasan Pendidikan.

Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan refrensi dari berbagai pihak dan media massa untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. 

Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih ada beberapa kekurangan, oleh karena itu kami mohon maaf. Kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang membangun. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian. 






Surabaya, 03 Oktober 2013 

Penulis 




Daftar isi

Kata pengantar
Daftar isi
Bab l          pendahuluan
A.   Latar belakang
B.   Tujuan
Bab ll                   pembahasan
A.   Berkenalan dengan eksistensialisme
B.   Latar belakang lahirnya aliran eksistensialisme
C.   Berkenalan dengan eksistensialisme
D.   Ciri-ciri eksistensi
E.   Tokoh-tokoh pencetus eksistensialisme
F.    Beberapa pemikiran filsafat tentang eksistensialisme
Bab lll        penutup
                   kesimpulan







BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar belakang
Pada dasarnya pendidikan mempunyai peran penting dalam kehidupan. Pendidikan yang dimaksud bertujuan untuk memberi arahan manusia agar mencapai sesuatu yang maksimal. Dalam hal ini, muncul berbagai aliran dalam pendidikan. Diantaranya aliran eksistensialisme. Aliran eksistensialisme dapat diartikan sebagai berdiri sendiri sebagai dirinya sekaligus keluar dari dirinya. Aliran eksistensialisme dalam pendidikan berangkat dari ilmu filsafat.

B.   Tujuan
·         Untuk mengetahui latar belakang lahirnya aliran eksistensialisme
·         Untuk mengetahui tokoh-tokoh pencetus aliran eksistensialisme
·         Untuk mengetahui ciri-ciri eksistensialisme
·         Untuk mengetahui pemikiran filsafat tentang aliran eksistensialisme
















BAB II
PEMBAHASAN

A.   Berkenalan dengan Eksistensialisme
Dari sudut etimologi eksistensi berasal dari kata eks yang berarti diluar dan sistensi yang berarti berdiri atau menempatkan, jadi secara luas eksistensi dapat diartikan sebagai berdiri sendiri sebagai dirinya sekaligus keluar dari dirinya.
Eksistensialisme merupakan suatu aliran dalam ilmu filsafat yang menekankan pada manusia, dimana manusia dipandang sebagai suatu mahluk yang harus bereksistensi, mengkaji cara manusia berada di dunia dengan kesadaran. Jadi dapat dikatakan pusat renungan eksistensialisme adalah manusia konkret.

B.   Latar Belakang Lahirnya Eksistensialisme
            Istilah eksistensialisme dikemukakan oleh ahli filsafat Jerman Martin Heidegger (1889-1976). Eksistensialisme adalah filsafat dan akar metodologinya berasal dari metoda fenomologi yang dikembangkan oleh Hussel (1859-1938). Munculnya eksistensialisme berawal dari ahli filsafat Kieggard dan Nietzche. Kiergaard Filsafat Jerman (1813-1855) filsafatnya untuk menjawab pertanyaan “Bagaimanakah aku menjadi seorang individu)”. Hal ini terjadi karena pada saat itu terjadi krisis eksistensial (manusia melupakan individualitasnya). Kiergaard menemukan jawaban untuk pertanyaan tersebut manusia (aku) bisa menjadi individu yang autentik jika memiliki gairah, keterlibatan, dan komitmen pribadi dalam kehidupan. Nitzsche (1844-1900) filsuf jerman tujuan filsafatnya adalah untuk menjawab pertanyaan “bagaimana caranya menjadi manusia unggul”. Jawabannya manusia bisa menjadi unggul jika mempunyai keberanian untuk merealisasikan diri secara jujur dan berani
            Gerakan eksistensialis dalam pendidikan berangkat dari aliran filsafat yang menamakan dirinya eksistensialisme, yang para tokohnya antara lain :
1.       Kierkegaard (1813 – 1915)
2.      Nietzsche (1811 – 1900)
3.      Jean Paul Sartre
Inti ajaran ini adalah respek terhadap individu yang unik pada setiap orang. Kita lahir dan eksis lalu menentukan dengan bebas esensi kita masing-masing. Setiap individu menentukan untuk dirinya sendiri apa itu yang benar, salah, indah dan jelek. Tidak ada bentuk universal, setiap orang memiliki keinginan untuk bebas (free will) dan berkembang.
            Manusia adalah pencipta esensi dirinya. Dalam kelas guru berperan sebagai fasilitator untuk membiarkan siswa berkembang menjadi dirinya dengan membiarkan berbagai bentuk dan jalan untuk dilalui. Karena perasaan tidak terlepas dari nalar, maka kaum eksistensialis menganjurkan pendidikan sebagai cara membentuk manusia secara utuh, bukan hanya sebagai pembangunan nalar. Sejalan dengan tujuan itu, kurikulum menjadi fleksibel dengan menyajikan sejumlah pilihan untuk dipilih siswa. Eksistensialisme biasa dialamatkan sebagai salah satu reaksi dari sebagian terbesar reaksi terhadap peradaban manusia yang hampir punah akibat perang dunia kedua.
            Sebagai aliran filsafat, eksistensialisme berbeda dengan filsafat eksistensi. Paham Eksistensialisme secara radikal menghadapkan manusia pada dirinya sendiri, sedangkan filsafat eksistensi adalah benar-benar sebagai arti katanya, yaitu: “filsafat yang menempatkan cara wujud manusia sebagai tema sentral (Fuad Hassan:1974:7-8).
            Dengan demikian Eksistensialisme pada hakikatnya adalah merupakan aliran filsafat yang bertujuan mengembalikan keberadaan umat manusia sesuai dengan keadaan hidup asasi yang dimiliki dan dihadapinya.Filsafat eksistensialisme adalah salah satu aliran filsafat yang mengguncangkan dunia walaupun filsafat ini tidak luar biasa dan akar-akarnya ternyata tidak dapat bertahan dari berbagai kritik (Ahmad, Tafsir:1992:190). Filsafat eksistensialisme lahir dari berbagai krisis atau reaksi atas aliran filsafat yang telah ada sebelumnya atau situasi dan kondisi dunia, yaitu :
1.              Materialisme
            Menurut pandangan materialisme, manusia itu pada akhirnya adalah benda seperti halnya kayu dan batu. Memang orang materialis tidak mengatakan bahwa manusia sama dengan benda, akan tetapi mereka mengatakan bahwa pada akhirnya, jadi pada prinsipnya, pada dasarnya, pada instansi yang terakhir manusia hanyalah sesuatu yang material; dengan kata lain materi; betul-betul materi. Menurut bentuknya memang manusia lebih unggul ketimbang sapi tapi pada eksistensinya manusia sama saja dengan sapi.
2.              Idealisme
            Aliran ini memandang manusia hanya sebagai subyek, hanya sebagai kesadaran; menempatkan aspek berpikir dan kesadaran secara berlebihan sehingga menjadi seluruh manusia, bahkan dilebih-lebihkan lagi sampai menjadi tidak ada barang lain selain pikiran.
3.             Situasi dan Kondisi Dunia
            Munculnya eksistensialisme didorong juga oleh situasi dan kondisi di dunia Eropa Barat yang secara umum dapat dikatakan bahwa pada waktu itu keadaan dunia tidak menentu. Tingkah laku manusia telah menimbulkan rasa muak atau mual. Penampilan manusia penuh rahasia, penuh imitasi yang merupakan hasil persetujuan bersama yang palsu yang disebut konvensi atau tradisi. Manusia berpura-pura, kebencian merajalela, nilai sedang mengalami krisis, bahkan manusianya sendiri sedang mengalami krisis. Sementara itu agama di sana dan di tempat lain dianggap tidak mampu memberikan makna pada kehidupan (Ahmad, Tafsir:1992:194).

C.          Ciri-ciri Eksistensi

Ada beberapa ciri-ciri dalam Eksistensi :

1.             Selalu melihat cara manusia berada
2.             Eksistensi diartikan secara dinamis sehingga ada unsur berbuat dan menjadi
3.             Manusia dipandang sebagai suatu realitas yang terbuka dan belum selesai
4.             Berdasarkan pengalaman yang konkret.
Jadi dapat disimpulkan bahwa eksistensialisme memandang manusia sebagai suatu yang tinggi, dan keberadaannya itu selalu ditentukan oleh dirinya, karena hanya manusialah yang dapat bereksistensi, yang sadar akan dirinya dan tahu bagaimana cara menempatkan dirinya.
Dan ilmu-ilmu lain yang berkaitan dengan eksistensialisme ini saya kita ilmu-ilmu yang berkaitan dengan manusia seperti sosiologi (berkaitan dengan manusia dan keberadaannya didalam lingkungan sosial), antropologi (berkaitan anatar manusia dengan lingkungan budayanya)



D.   Tokoh-tokoh Pencetus  Eksistensialisme.

1.             Soren Aabye Kiekeegaard
Inti pemikirannya adalah eksistensi manusia bukanlah sesuatu yang statis tetapi senantiasa menjadi, manusia selalu bergerak dari kemungkinan menuju suatu kenyataan, dari cita-cita menuju kenyataan hidup saat ini. Jadi ditekankan harus ada keberanian dari manusia untuk mewujudkan apa yang ia cita-citakan atau apa yang ia anggap kemungkinan.
2.             Friedrich Nietzsche
Menurutnya manusia yang berkesistensi adalah manusia yang mempunyai keinginan untuk berkuasa (will to power), dan untuk berkuasa manusia harus menjadi manusia super (uebermensh) yang mempunyai mental majikan bukan mental budak. Dan kemampuan ini hanya dapat dicapai dengan penderitaan karena dengan menderita orang akan berfikir lebih aktif dan akan menemukan dirinya sendiri.
3.             Karl Jaspers
Memandang filsafat bertujuan mengembalikan manusia kepada dirinya sendiri. Eksistensialismenya ditandai dengan pemikiran yang menggunakan semua pengetahuan obyektif serta mengatasi pengetahuan obyektif itu, sehingga manusia sadar akan dirinya sendiri.


E.           Pandangan eksistensialisme

1.      Menurut metafisika (hakekat kenyataan)
Pribadi manusia tak sempurna, dapat diperbaiki melalui penyadaran diri dengan menerapkan prinsip & standar pengembangan kepribadian.
2.      Epistimologi (hakekat pengetahuan)
Data Internal Pribadi, acuannya kebebasan individu memilih.
3.      Logika (hakekat penalaran)
Mencari pemahaman tentang kebutuhan & dorongan internal melaui analis & intropeksi diri.
4.      Aksiologi (hakekat nilai)
Standar dan prinsip yang bervariasi pada tiap individu bebas untuk dipilih-diambil.
5.      Etika (hakekat kebaikan)
Tuntutan moral bagi kepentingan pribadi tanpa menyakiti yang lain
6.      Estetika (hakekat keindahan)
Keindahan ditentukan secara individual pada tiap orang oleh dirinya. Tujuan hidup menyempurnakan diri melalui pilihan standar secara bebas oleh tiap individu, mencari kesempurnaan hidup.

F.           Beberapa Pemikiran Filsafat Eksistensialisme
            Ada beberapa pemikiran yang sangat menonjol dikalangan eksistensialisme. Antara lain:
1.             Realitas
            Menurut eksistensialitas, ada dua jenis filsafat tradisional, yaitu : Filsafat Spekulatif dan Skeptis. Filsafat spekulatif menjelaskan  tentang hal-hal yang fundamental tentang pengalaman, dengan berpangkal pada realitas yang lebih dalam yang secara inheren telah ada dalam diri individu. Filsafat skeptis berpandangan bahwa semua pengalaman manusia adalah palsu, tidak ada satupun yang dapat kita kenal dari realitas.
2.              Pengetahuan
            Teori pengetahuan eksistensialisme banyak dipengaruhi oleh filsafat fenomologi,suatu pandangan yang mengambarkan penampakan benda-benda dan peristiwa-peristiwa sebagaimana banda-benda tersebut menampakkan dirinya terhadap kesadaran manusia. Pengetahuan manusia tergantung pada pemahamannya tentang realitas, tergantung pada interpretasi manusia terhadap realitas. Pengetahuan yang diberikan disekolah bukanlah sebagai alat untuk memperoleh pekerjaan atau karir anak, melainkan dapat dijadikan alat perkembangan dan alat pemenuhan diri (Usiono:2006:137).
3.              Nilai
            pemahaman eksistensi terhadap nilai, menekankan kebebasan dalam bertindak. Kebebasan bukan tujuan atau suatu cita-cita, melainkan suatu potensi untuk suatu tindakan. Manusia memiliki kebebasan untuk memilih, namun untuk menentukan pilhan yang terbaik itu yang paling sulit. Berbuat akan menghasilkan akibat, dimana seseorang kan menerima akibat dari perbuatannya
4.               Pendidikan
            Secara relatif, eksistensialisme tidak begitu dikenal dalam dunia pendidikan, tidak menampakkan pengaruh yang besar pada sekolah. Sebaliknya, penganut eksistensialisme kebingungan dengan apa yang akan mereka temukan melalui pembangunan pendidikan.  Mereka menilai bahwa tidak ada yang disebut pendidikan, tetapi bentuk propaganda untuk memikat orang lain. Mereka juga menunjukkan bahwa bagaimana pendidikan memunculkan bahaya yang nyata, sejak penyiapan murid sebagai konsumen atau menjadikan mereka penggerak mesin pada teknologi industri dan birokrasi modern. Malahan sebaliknya pendidikan tidak membantu membentuk kepribadian dan kreativitas, sehingga para eksistensialis mengatakan sebagian besar sekolah  melemahkan dan mengganggu atribut-atribut esensi kemanusiaan.
            Mereka mengkritik kecenderungan masyarakat masa kini dan praktik pendidikan bahwa ada pembatasan realisasi diri karena ada tekanan sosio-ekonomi yang membuat persekolahan hanya menjadi pembelajaran peran tertentu. Sekolah menentukan peran untuk kesuksesan ekonomi seperti memperoleh pekerjaan dengan gaji yang tinggi dan menaiki tangga menuju ke kalangan ekonomi kelas atas; sekolah juga menentukan tujuan untuk menjadi warga negara yang baik, juga menentukan apa yang menjadi kesuksesan sosial di masyarakat. Siswa diharapkan untuk belajar peran-peran ini dan berperan dengan baik pula.
            Eksistensialitas sebagai filsafat sangat menekankan individualitas, dalam hubungannya dengan pendidikan sangatt erat sekali, kerena keduanya bersinggungan satu masalah dengan masalah yang lainnya, yaitu manusia, hidup, hubungan antara manusia, hakikat kepribadian, dan kebebasan (usiono:2006:139). Pendidikan, proses pembelajaran harus berlangsung sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik, tidak ada pemaksaan penguasaan pengetahuanm sikap dan keterampilan, melainkan ditaawarkan. Tuntutlah peserta didik agar dapat menemukan dirinya dan kesadaran akan dunianya. Guru hendaknya memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk memilih dan memberi mereka pengalaman-pengalaman yang akan membantu menemukan makna dari kehidupan mereka (TIM Pengajar UNIMED:2011:32).
5.             Tujuan pendidikan
            Tujuan pendidikan adalah untuk mendorong setiap individu agar mampu mengembangkan semua potensinya untuk pemenuhan diri. Setiap individu memiliki kebutuhan dan perhatian yang spesifik berkaitan dengan pemenuhan dirinya, sehingga dalam menentukan kurikulum tidak ada kurikulum yang pasti dan berlaku secara umum.
            Kurikulum pada sekolah menurut eksistensialis haruslah  terbuka terhadap perubahan karena  ada dinamika dalam konsep kebenaran, penerapan, dan perubahan-perubahannya. Melalui perspektif tersebut, siswa harus  memilih mata pelajaran yang terbaik. Tetapi, hal ini tidak berarti bahwa mata pelajaran dan pendekatan kurikuler pada filsafat tradisional tidak diberi tempa.
6.             Peranan guru
            Urusan manusia yang paling berharga yang mungkin paling bermanfaat dalam mengangkat pencarian pribadi akan makna merupakan proses edukatif. Sekalipun begitu, para guru harus memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih dan memberi mereka pengalaman-pengalaman yang akan membantu mereka menemukan makna dari kehidupan mereka. Guru harus mampu membimbing dan mengarahkan siswa dengan seksama sehingga siswa mampu berfikir relatif dengan melalui pertanyaan-pertanyaan. Dalam arti, guru tidak mengarahkan dan tidak memberikan interuksi. Guru hadir dalam kelas dengan wawasan yang luasa agar betul-betul menghasilkan diskusi yang memuaskan tentang mata pelajaran. Diskusi adalah salah satu metode utama dalam pandangan eksistensialisme (usiono:2006:141).





























BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Eksistensialisme merupakan suatu aliran dalam ilmu filsafat yang menekankan pada manusia, dimana manusia dipandang sebagai suatu mahluk yang harus bereksistensi, mengkaji cara manusia berada di dunia dengan kesadaran. Jadi dapat dikatakan pusat renungan eksistensialisme adalah manusia konkret. Menurut latar belakang aliran eksistensialisme, gerakan eksistensialis dalam pendidikan berangkat dari aliran filsafat. Sebagai aliran filsafat, eksistensialisme berbeda dengan filsafat eksistensi. Paham Eksistensialisme secara radikal menghadapkan manusia pada dirinya sendiri, sedangkan filsafat eksistensi adalah benar-benar sebagai arti katanya, yaitu: “filsafat yang menempatkan cara wujud manusia sebagai tema sentral (Fuad Hassan:1974:7-8). Filsafat eksistensialisme lahir dari berbagai krisis atau reaksi atas aliran filsafat yang telah ada sebelumnya atau situasi dan kondisi dunia, yaitu :
1.      Materialisme
2.      Idealisme
3.      Situasi dan Kondisi Dunia
Adapun ciri-ciri eksistensi sebagai berikut:
1.      Selalu melihat cara manusia berada
2.      Eksistensi diartikan secara dinamis sehingga ada unsur berbuat dan menjadi
3.      Manusia dipandang sebagai suatu realitas yang terbuka dan belum selesai
4.      Berdasarkan pengalaman yang konkret.
Jadi dapat disimpulkan bahwa eksistensialisme memandang manusia sebagai suatu yang tinggi, dan keberadaannya itu selalu ditentukan oleh dirinya, karena hanya manusialah yang dapat bereksistensi, yang sadar akan dirinya dan tahu bagaimana cara menempatkan dirinya.

No comments:

Post a Comment